Pengadilan internasional khusus Peradilan terhadap pelanggar HAM internasionalllll

123 Bab 3 Penegakan Hak Asasi Manusia di Indonesia Bermusyawarah Bermusyawarah 1. Buatlah kelompok kerja yang terdiri atas 4–5 orang, laki-laki dan perempuan. 2. Diskusikanlah sebuah tema “Perbandingan antara Perang Bosnia dengan Perang Rwanda dalam kaitannya dengan aspek HAM”. 3. Buatlah sebuah ringkasan, lalu presentasikanlah di depan kelas di hadapan kelompok yang lain. Mintalah guru bertindak sebagai moderator. 4. Kumpulkanlah hasil pembahasan tiap kelompok kepada guru untuk dinilaikan. 4 . 4 . 4 . 4 . 4 . K K K K Ke ik e ik e ik e ik e ikutse r utse r utse r utse r utse r ta a n I ndone sia da la m k ta a n I ndone sia da la m k ta a n I ndone sia da la m k ta a n I ndone sia da la m k ta a n I ndone sia da la m kon on on on onv v v v ve nsi inte r na siona l e nsi inte r na siona l e nsi inte r na siona l e nsi inte r na siona l e nsi inte r na siona l Pada tahun 1948, Perserikatan Bangsa-Bangsa telah mengeluarkan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia Universal Declaration of Human Rights. Untuk menghormati ketentuan yang tercantum dalam deklarasi tersebut, bangsa Indonesia sebagai anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa mempunyai tanggung jawab untuk ikut serta secara aktif dan meratifikasi berbagai instrumen internasional HAM ke dalam perundang-undangannya sendiri. Meratifikasi suatu perjanjian berarti bahwa suatu negara mengikatkan diri untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan yang ada dalam perjanjian dan bahwa ketentuan-ketentuan itu menjadi bagian dari hukum nasionalnya. Pada umumnya, pelaksanaan suatu perjanjian internasional melalui proses negosiasi perundingan, penandatanganan, dan ratifikasi. Setelah diratifikasi, isi perjanjian tersebut berlaku sebagai hukum nasionalnya. Dengan meratifikasi berbagai instrumen internasional mengenai hak asasi manusia, maka Indonesia secara langsung sudah mengikatkan diri pada isi dokumen tersebut dan menjadikannya sebagai bagian dari hukum nasional Indonesia. Selain itu, Indonesia harus siap mendapat pengawasan dari dunia internasional sewaktu-waktu mengenai praktik-praktik pelaksanaan ataupun pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di Indonesia. Beberapa macam konvensi internasional tentang hak asasi manusia yang sudah diratifikasi Indonesia adalah sebagai berikut. a. Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan Convention on The Elimination of Discrimination Against Women diratifikasi dengan UU No. 7 tahun 1984. b. Konvensi Pelarangan, Pengembangan, Produksi, dan Penyimpanan Senjata Biologis dan Beracun serta Pemusnahannya Convention on the Prohibition of The Development, Production, and Stockpiling of Bacteriological Biological and Toxic Weapons and on Their Destruction diratifikasi dengan Keppres No. 58 tahun 1991. c. Konvensi Jenewa 12 Agustus 1949 diratifikasi dengan UU No. 59 tahun 1928. 124 Pendidikan Kewarganegaraan X d. Konvensi Hak Anak Convention on The Rights of the Child diratifikasi dengan Keppres No. 36 tahun 1990. e. Konvensi tentang Hak Politik Kaum Perempuan Convention on The Political Rights of Women diratifikasi dengan UU No. 68 tahun 1958. f. Konvensi Internasional terhadap Anti-Apartheid dalam Olahraga International Convention Against Apartheid in Sports diratifikasi dengan UU No. 48 tahun 1993. g. Konvensi Internasional tentang Penghapusan Semua Bentuk Diskriminasi Rasial Convention on the Elimination of Racial Discrimination diratifikasi dengan UU No. 29 tahun 1999. h. Protokol Tambahan Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan Convention on The Elimination of Discrimination Against Women ditandatangani Maret 2000 belum diratifikasi. i. Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi, atau Merendahkan Martabat Manusia Convention Against Torture and Other Cruet, Inhuman or Degrading Treatment or Punishment diratifikasi dengan UU No. 5 tahun 1998. j. Konvensi Organisasi Buruh Internasional Nomor 87 tahun 1998 tentang Kebebasan Berserikat dan Perlindungan Hak untuk Berorganisasi ILO Convention No. 87 Concerning Freedom of Association and Protection on The Rights to Organise diratifikasi dengan UU No. 83 tahun 1998. k. Protokol Tambahan Konvensi Hak Anak mengenai Perdagangan Anak, Prostitusi Anak, dan Pornografi Anak Optional Protocol to the Convention on the Rights of the Child on the Sale of Children, Child Prostitution and Child Pornography, ditandatangani pada tanggal 24 Sepetember 2001. l. Protokol Tambahan Konvensi Hak Anak mengenai Keterlibatan Anak dalam Konflik Bersenjata Optional Protocol to the Convention on the Rights of the Child on the Involvement of the Children in Armed Conflict, ditandatangani pada 24 September 2001. m. Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik The International Covenant on Civil and Political RightsICCPR, diratifikasi menjadi UU No. 12 tahun 2005. n. Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya The International Covenant on Economics, Social, and Cultural Rights ICESCR, diratifikasi menjadi UU No. 11 tahun 2005. o. Konvensi Internasional untuk Penghentian Pembiayaan Terorisme International Convention for the Suppression of the Financing Terrorism, ditandatangani pada 24 September 2001. 125 Bab 3 Penegakan Hak Asasi Manusia di Indonesia Cerdas dan Kritis Setelah mempelajari kembali sejarah singkat Komnas HAM berkaitan dengan keterlibatan Indonesia dalam konvensi-konvensi internasional tentang HAM, kerjakan langkah-langkah berikut. 1. Buatlah artikeltulisan ilmiah singkat 5–8 halaman dengan tema peran Komnas HAM dalam upaya perlindungan dan penegakan HAM di tanah air selama ini. 2. Pilih satu atau beberapa kasus atau peristiwa yang ditangani oleh Komnas HAM yang berakhir dengan sukses. 3. Anda dapat melengkapinya dengan mencari bahan-bahan tambahan dari berbagai sumber, seperti internet, buku-buku pengetahuan umum, majalah, atau surat kabar. Kumpulkan paper singkat Anda kepada gurumu untuk dinilaikan. 5 . 5 . 5 . 5 . 5 . Sa nk Sa nk Sa nk Sa nk Sa nksi inte r na siona l k si inte r na siona l k si inte r na siona l k si inte r na siona l k si inte r na siona l ke e e e e pa da sua pa da sua pa da sua pa da sua pa da suatu ne tu ne tu ne tu ne tu ne g g g g ga r a r a r a r a ra bila tida k a bila tida k a bila tida k a bila tida k a bila tida k me ne me ne me ne me ne me ne g g g g ga kk a kk a kk a kk a kka n H AM a n H AM a n H AM a n H AM a n H AM Tercatat dalam sejarah dunia bahwa berbagai penderitaan, kesengsaraan, dan kesenjangan sosial yang ada disebabkan oleh perilaku tidak adil dan diskriminatif atas dasar etnik, ras, jenis kelamin, budaya, bahasa, golongan, agama, warna kulit, dan status sosial lainnya. Pada intinya bahwa semua kesengsaraan, penderitaan, dan kesenjangan sosial tidak mempunyai penghargaan atas hak asasi manusia, harkat dan martabatnya. Telah disadari bahwa perdamaian dunia dan kesejahteraan merupakan dambaan dunia dan kesejahteraan merupakan dambaan umat manusia maka hal-hal yang menimbulkan kesengsaraan, penderitaan, dan kesenjangan, serta yang dapat menurunkan harkat dan martabat manusia harus ditanggulangi oleh setiap manusia dan bangsa, salah satunya melalui penegakan hak asasi manusia. HAM semakin menjadi kepedulian masyarakat internasional sejak pertengahan tahun 1990-an. Hal ini sesuai dengan seruan forum Konferensi Dunia megenai HAM pada bulan Juli 1983 yang diselenggarakan di Wina. Dinyatakan dalam konferensi itu bahwa masyarakat internasional harus memperlakukan HAM secara global dengan cara yang adil dan sama atas dasar pijakan yang sama dan dengan penekanan yang sama. Setiap negara, terlepas dari sistem politik-ekonomi- budayanya, wajib melindungi HAM. Dalam persoalan HAM, tidak berlaku prinsip nonintervensi atau tidak campur tangan sebagaimana dinyatakan dalam Piagam PBB. Saat ini telah berkembang prinsip baru dalam hubungan internasional dengan adanya perkembangan pesat gerakan-gerakan HAM internasional dan standar-standar HAM internasional. Dokumen hasil Konferensi Dunia mengenai HAM menyatakan bahwa dukungan dan perlindungan HAM adalah kepedulian yang sah dari masyarakat internasional. 126 Pendidikan Kewarganegaraan X Oleh sebab itu, adanya kritik dan perlakuan dari pemerintah negara lain atau LSM internasional dalam menanggapi kondisi HAM suatu negara tidak lagi dipandang sebagai campur tangan terhadap urusan internal negara tersebut. Telah disebutkan sebelumnya bahwa pelanggaran atas hak asasi manusia dapat dilakukan oleh dua pihak, yaitu penyelenggara negara dan masyarakat. Namun, tidak jarang pemerintah suatu negara memiliki kinerja yang kurang baik di bidang HAM. Bahkan, adakalanya suatu negara tetap tidak memedulikan perbaikan dalam penegakan HAM, meskipun telah dikecam oleh masyarakat internasional. Dalam kondisi demikian, masyarakat internasional bisa memberikan sanksi. Sanksi itu bisa bermula dari hal yang paling ringan sampai tindakan yang bisa sangat merugikan pemerintah dan masyarakat di negara tersebut. Sanksi yang akan dikenakan kepada negara-negara yang memiliki kinerja buruk di bidang HAM tersebut, antara lain, sebagai berikut.

a. Pemutusan hubungan diplomatik

Pecahnya hubungan antara dua negara diteruskan dengan adanya pemutusan hubungan politik dapat diawali dengan pengurangan jumlah korps diplomatik dan disusul pengurangan berbagai aktivitas kedutaan, sampai terjadi pemutusan hubungan diplomatik secara total. Pelaksanaan proses pemutusan hubungan diplomatik ini berlaku asas resiprositas atau timbal balik. Misalnya, pengurangan anggota korps diplomatik negara A di negara B dibalas oleh negara B dengan pengurangan anggota korps diplomatiknya di negara A.

b. Pengurangan bantuan ekonomi

Ketidakpuasan suatu negara terhadap perilaku dan sikap negara lain dapat ditunjukkan dengan melakukan pengurangan bantuan ekonomi. Sikap ini dapat pula dilakukan secara kolektif dengan mengajak negara-negara lain dalam suatu komunitas atau organisasi regional untuk mengurangi bantuan terhadap negara tertentu.

c. Embargo ekonomi

Satu upaya untuk menekan suatu negara yang dianggap menentang keputusan atau kebijakan bersama adalah pengertian dari embargo ekonomi. Cara adalah dengan melarang masuknya berbagai barang yang dianggap perlu agar negara yang diembargo mengubah kebijakan nasionalnya sesuai dengan keinginan negara pengembargo. Misalnya, Amerika Serikat dan sekutunya berupaya keras melaku-kan embargo ekonomi ke Irak. Barang- barang yang sekiranya mendukung kemajuan kekuatan militer dilarang masuk ke wilayah Irak. Hanya barang kebutuhan hidup yang mendasar atau pokok saja yang dikirim masuk ke wilayah Irak, seperti bahan makanan, susu bayi, dan obat-obatan. Negara-negara Arab juga pernah melakukan embargo minyak ke negara-negara Barat sebagai reaksi atas dukungan mereka terhadap Israel. Menurut negara-negara Arab, Israel telah melakukan agresi dan melanggar hak asasi bangsa Palestina. 127 Bab 3 Penegakan Hak Asasi Manusia di Indonesia d. Diberlakukannya travel warning peringatan bahaya berkunjung ke negara tertentu terhadap warga negaranya Apabila suatu negara dinilai tidak aman akibat ancaman terorisme, maka negara yang lain sering mengeluarkan imbauan terhadap warganya untuk tidak berkunjung dan berada di negara itu demi keselamatannya. Meskipun ini bersifat peringatan, namun dapat pula ditafsirkan sebagai penjatuhan sanksi secara halus terhadap suatu negara yang dianggap sebagai pelanggar hak asasi manusia. Hal ini secara langsung dapat mengakibatkan sepinya kunjungan wisatawan yang berasal dari negara tersebut, di samping terjadinya penundaan berbagai transaksi dagang yang jelas merugikan.

e. Pengurangan tingkat kerja sama

Pengurangan tingkat kerja sama antarnegara sering menjadi indikasi adanya ketidakcocokan. Sebaliknya, semakin tinggi intensitas dan variasi kerja sama antarnegara dapat menjadi indikasi akrabnya hubungan dan kerja sama antarnegara. Misalnya, pemerintah Amerika Serikat pernah membatalkan persetujuan transaksi jual beli pesawat tempur F-16 dan suku cadangnya ke Indonesia atas desakan Kongres. Mereka memandang bahwa pemerintah Indonesia kurang melindungi hak asasi manusia.

f. Pemboikotan produk ekspor

Ketidaksenangan pemerintah suatu negara dapat dimanifestasikan dalam bentuk penolakan terhadap produk industri atau barang perdagangan dari negara tertentu. Secara teknis, tindakan ini berupa proteksi secara legal formal melalui peningkatan tarif pajak masuk bagi barang dagangan dari negara lain.Cara ini merupakan bentuk penolakan terhadap sikap dan rasa persahabatan antarbangsa atau negara yang bersangkutan.

g. Pengalihan investasi atau penanaman modal asing

Penilaian tidak aman yang terkadang dikaitkan dengan ketidakmampuan suatu negara dalam mencegah pelanggaran hak asasi manusia dapat menimbulkan pengalihan investasi modal dari negara itu ke negara lain. Hal ini tentu akan menghambat roda pembangunan ekonomi dan perdagangan di negara tersebut. Itulah sebabnya, stabilitas keamanan yang baik sangat diperlukan untuk menciptakan rasa aman bagi penanam modal di suatu negara. Sebaliknya, banyaknya pelanggaran atau ancaman terhadap hak asasi manusia akan berdampak besar bagi kondisi ekonomi nasional.

h. Kesepakatan organisasi regionalinternasional

Sanksi sebagai reaksi atas pelanggaran dapat ditetapkan apabila suatu negara dianggap telah melanggar kesepakatan konvensi internasional, termasuk pelanggaran hak asasi manusia. Sebagai contoh adalah Resolusi Nomor 144 yang dikeluarkan oleh Dewan Keamanan PBB terhadap Irak tentang keharusan bagi negara itu untuk membuka diri dan bersedia diperiksa oleh tim inspeksi persenjataan dari PBB. Irak diduga telah menyimpan senjata