Menurut sumber hukum Ala Ala
56
Pendidikan Kewarganegaraan X
Telaah Konstitusi Telaah Konstitusi
seorang sarjana hukum mengenai soal yang harus diselesaikannya. Pendapat itu menjadi dasar keputusan hakim tersebut. Doktrin bisa menjadi sumber
hukum formal apabila digunakan oleh para hakim dalam memutuskan perkara melalui yurisprudensi di mana doktrin tersebut menjadi alasan atau dasar
hakim dalam memutuskan perkara tersebut.
Setelah mengerti dan memahami tentang doktrin sebagai salah satu sumber hukum, terutama dalam menyelesaikan sengketa-sengketa internasional, selanjutnya
kerjakan langkah-langkah berikut.
1. Buatlah sebuah tulisan singkat 3–4 halaman mengenai pendapat Anda
tentang sebuah peristiwa sengketa internasional yang penyelesaiannya menggunakan kebiasaan-kebiasaan internasional international custom
2. Anda dapat melengkapinya dengan mencari bahan-bahan tambahan dari
berbagai sumber, seperti internet, buku-buku pengetahuan umum, majalah, atau surat kabar.
3. Kumpulkan paper singkat Anda kepada guru untuk dinilaikan.
3 Undang-undang
Pengertian undang-undang dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu undang-undang dalam arti material dan undang-undang dalam arti formal.
a Undang-undang dalam arti material ialah setiap peraturan yang
dikeluarkan oleh pemerintah yang dilihat dari isinya disebut undang- undang dan mengikat setiap warga negara secara umum. Di dalam
UUD 1945, dapat kita jumpai beberapa contoh, seperti undang-undang dasar, ketetapan MPR, undang-undang, peraturan perundang-undangan,
peraturan pemerintah, keputusan presiden, dan peraturan daerah.
b Undang-undang dalam arti formal ialah setiap keputusan penguasa yang
dilihat dari bentuknya dan cara terjadinya dapat disebut undang-undang. Jadi, undang-undang dalam arti formal merupakan ketetapan penguasa
yang memperoleh sebutan undang-undang karena cara pembentukannya. Misalnya, ketentuan Pasal 5 ayat 1 UUD 1945 amendemen yang
berbunyi: “Presiden memegang kekuasaan membentuk undang-undang dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat”. Jadi, undang-undang
yang dibentuk oleh presiden bersama DPR tersebut dapat diakui sebagai sumber hukum formal karena dibentuk oleh yang berwenang sehingga
derajat peraturan itu sah sebagai undang-undang.
4 Yurisprudensi
Yurisprudensi ialah keputusan hakim terdahulu terhadap suatu perkara yang tidak diatur oleh undang-undang dan dijadikan pedoman oleh hakim
57
Bab 2
Sistem Hukum dan Peradilan Nasional
lainnya dalam memutuskan perkara yang serupa. Munculnya yurisprudensi dikarenakan adanya peraturan
perundang-undangan yang kurang maupun tidak jelas pengertiannya sehingga menyulitkan hakim dalam
memutuskan suatu perkara. Untuk itu, hakim membuat maupun membentuk hukum baru dengan cara
mempelajari putusan-putusan hakim terdahulu, khususnya tentang perkara-perkara yang sedang dihadapinya.
Diakuinya yurisprudensi sebagai sumber hukum didasarkan pada bunyi Pasal 22B Algemeene Bepalingen
van Wetgeving voor Indonesia AB atau ketentuan-ketentuan umum tentang peraturan perundangan untuk Indonesia yang menyatakan bahwa hakim tidak
boleh menolak untuk menyelesaikan suatu perkara dengan alasan bahwa peraturan perundangan yang bersangkutan tidak menyebutkan, tidak jelas
atau tidak lengkap, maka ia dapat dituntut untuk dihukum karena menolak mengadili. Hal itu sesuai dengan Pasal 16 ayat 1 UU No. 4 tahun 2004
tentang kekuasaan kehakiman yang berbunyi: “Pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara yang
diajukan dengan dalih hanya hukum tidak ada atau kurang jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya”.
Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia
Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia ialah putusan Majelis Hakim Agung di Mahkamah Agung Republik Indonesia yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap berisi kaidah hukum yang diberlakukan dalam memeriksa dan memutus perkara dalam lingkup Peradilan Pidana, Perdata, Tata Usaha Negara, Agama, dan Niaga yang dikualifikasi.
Beberapa yurisprudensi Mahkamah Agung RI telah beberapa kali dipergunakan sebagai acuan bagi para hakim untuk memutus suatu perkara yang sama sehingga menjadi sumber
hukum yang memiliki kekuatan mengikat secara relatif.
Putusan Mahkamah Agung tersebut akan diseleksi oleh Tim Khusus dan apabila dianggap layak untuk menjadi yurisprudensi maka akan dipublikasikan oleh Mahkamah
Agung. Judul atau nama dari publikasi tersebut disesuaikan dengan tahun terbitannya, misalnya, yurisprudensi Mahkamah Agung tahun 2008. Penerbitan buku tersebut biasanya
dilakukan setiap tahun. Adapun putusan yang diterbitkan oleh Puslitbang ialah hasil kajian atau penelitian terhadap putusan suatu kasus yang dianggap menarik. Buku
yurisprudensi ini dibagikan secara gratis. Namun karena banyak pihak lain di luar korps hakim dan perpustakaan, khususnya kalangan pengacara, yang ingin memiliki
yurisprudensi MA, maka biasanya pihak MA akan mencari dana di luar dana APBN untuk mencetak lebih banyak lagi buku yurisprudensi tersebut dan menjualnya ke masyarakat
yang berminat.
Kata Bijak
Keharmonisan dalam rumah tangga, akan
hadir ketertiban dalam negara. Dan bila ada
ketertiban dalam negara, akan hadir
kedamaian di dunia.
Pepatah Cina
Wawasan Hukum
58
Pendidikan Kewarganegaraan X
5 Traktat
Traktat ialah perjanjian dalam hubungan internasional antara satu negara dengan negara lainnya. Apabila dua orang mengadakan kata sepakat
konsensus tentang sesuatu hal, maka mereka lalu mengadakan perjanjian. Akibat perjanjian ini ialah pihak-pihak yang bersangkutan terikat pada isi
perjanjian yang mereka adakan itu. Hal ini disebut pacta sunt servanda, yang berarti bahwa perjanjian mengikat pihak-pihak yang mengadakannya
atau setiap perjanjian harus ditaati dan ditepati. Traktat dapat dibedakan menjadi dua.
a Traktat bilateral ialah perjanjian yang diciptakan oleh dua negara. Traktat
ini bersifat tertutup karena hanya melibatkan dua negara yang berkepentingan. Misalnya, Perjanjian Dwi-Kewarganegaraan antara
Indonesia dan RRC.
b Traktat multilateral ialah perjanjian yang dibuat atau dibentuk oleh lebih
dari dua negara. Contohnya, perjanjian internasional tentang pertahanan bersama negara-negara Eropa NATO. Apabila ada traktat multilateral
yang memberikan kesempatan pada negara-negara yang semula tidak turut mengadakannya, tetapi kemudian juga menjadi pihaknya, maka
traktat tersebut adalah traktat kolektif atau traktat terbuka, misalnya, Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa.