Pelaksanaan sistem Demokrasi Pancasila

262 Pendidikan Kewarganegaraan X berbagai pendapat dan berlangsungnya musyawarah tersebut. Cara voting tidak dikehendaki, meskipun tidak serta merta ditolak. Sistem Demokrasi Pancasila lebih mementingkan jalannya prosesnya melalui musyawarah mufakat yang selanjutnya dapat dilakukan dengan cara voting dengan syarat bila musyawarah mufakat tersebut tidak berhasil mencapai suatu keputusan bersama. Pemahaman mengenai tata cara bermusyawarah menurut Demokrasi Pancasila, yaitu 1 mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat; 2 mengutamakan musyawarah dalam mengambil suatu keputusan untuk kepentingan bersama; 3 mengutamakan semangat kekeluargaan di dalam musyawarah mufakat; 4 tidak memaksakan suatu kehendak, baik pribadi maupun golongan, kepada orang lain; 5 mengutamakan itikad baik dan tanggung jawab untuk dapat menerima dan melaksanakan keputusan musyawarah; 6 pengambilan hasil keputusan bersama harus secara moral dapat dipertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia; 7 musyawarah harus dilakukan dengan akal sehat dan hati nurani yang luhur. Cara pelaksanaan pengambilan keputusan melalui musyawarah untuk mufakat ini diatur dalam ketetapan-ketetapan MPR berikut. 1 TAP MPR No. 1MPR1993 Pasal 87 dan 92 jo TAP MPR NO. II MPR1990 Pasal 79 menjelaskan bahwa pengambilan suatu keputusan sejauh mungkin diusahakan melalui musyawarah untuk mufakat. Apabila hal ini tidak berhasil, maka dapat ditempuh dengan jalan suara terbanyak. 2 TAP MPR No. IIMPR1999 Pasal 93 menjelaskan bahwa syarat sahnya putusan berdasarkan musyawarah, yaitu apabila diambil dalam suatu rapat yang daftar hadirnya telah ditandatangani lebih dari separuh jumlah anggota rapat yang mencerminkan setiap fraksi. 3 TAP MPR No. IIMPR1999 Pasal 85 menjelaskan bahwa syarat-syarat sahnya pengambilan putusan berdasarkan suara terbanyak adalah a Apabila cara musyawarah untuk mufakat telah dilakukan secara maksimal, namun tidak mendapatkan suatu keputusan bersama. b Adanya suatu perbedaan pendapat dan pendirian yang mendasar sehingga tidak mungkin dipertemukan lagi. c Adanya suatu kondisi dan keadaan yang mendesak sehingga harus secepatnya diambil suatu keputusan. d Sebelum dilakukan voting, terlebih dahulu diadakan evaluasi untuk mempelajari pendapat-pendapat yang berbeda-beda. 263 Bab 6 Sistem Politik di Indonesia e Pengambilan voting ini sah apabila diambil dalam suatu rapat yang dihadiri sekurang-kurangnya 23 jumlah anggota rapat dan disetujui oleh lebih dari separuh jumlah anggota yang hadir memenuhi quorum.

d. Perbedaan sistem politik demokrasi liberal dengan sistem politik Demokrasi Pancasila

Meskipun sama-sama menggunakan sistem demokrasi, terdapat perbedaan-perbedaan mendasar antara sistem politik demokrasi liberal dengan sistem politik Demokrasi Pancasila. Penyebabnya adalah adanya perbedaan pandangan hidup falsafah dari negara-negara yang mempraktikkannya. Sistem politik demokrasi liberal menggunakan falsafah liberalisme, sedangkan pada sistem politik Demokrasi Pancasila menggunakan falsafah Pancasila. Perbedaan-perbedaan tersebut, antara lain, sebagai berikut. 1 Demokrasi liberal mengakui adanya kebebasan individual sehingga memiliki paham individualis, sedangkan Demokrasi Pancasila mengakui bahwa manusia adalah makhluk pribadi dan makhluk sosial. Kedua hal tersebut harus seimbang dan selaras. Kebebasan individu tidak boleh merusak kerja sama antarwarga, begitu juga kerja sama warga tidak boleh merusak kebebasan individu. 2 Negara dalam demokrasi liberal adalah negara sekuler, sedangkan negara dalam Demokrasi Pancasila adalah sosial religius. Demokrasi merupakan prinsip universal, bahkan hampir semua negara di dunia menganut ajaran demokrasi ini, meskipun dengan cara yang berbeda- beda. Demokrasi Pancasila adalah sistem demokrasi yang sesuai untuk diterapkan di Indonesia karena pada dasarnya, Pancasila merupakan nilai- nilai kehidupan yang telah ada sebelum negara ini diproklamasikan. Salah satunya adalah musyawarah untuk mufakat yang menjadi dasar bagi sistem politik di Indonesia. C C C C C ..... Menampilk Menampilk Menampilk Menampilk Menampilkan P an P an P an P an Per er er er er an Ser an Ser an Ser an Ser an Ser ta dalam Sistem P ta da la m Siste m P ta da la m Siste m P ta da la m Siste m P ta da la m Siste m Politik olitik olitik olitik olitik Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia Indonesia 1 . 1 . 1 . 1 . 1 . P P P P Peng e ng e ng e ng e nger er er er er tian par tia n pa r tia n pa r tia n pa r tia n pa r tisipasi dalam sistem politik Indonesia tisipa si da la m siste m politik Indone sia tisipa si da la m siste m politik Indone sia tisipa si da la m siste m politik Indone sia tisipa si da la m siste m politik Indone sia Hakikat sistem politik demokrasi adalah adanya pengakuan terhadap kekuasaan yang berada di tangan rakyat. Sistem politik demokrasi akan terjelma jika rakyat warga negara berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab. Setiap warga negara memiliki partisipasi yang berbeda-beda. Ada warga negara yang aktif dalam berparitsipasi politik, seperti menduduki jabatan tertentu dalam partai politik, dan ada pula warga negara yang tidak aktif, misalnya, hanya berpartisipasi saat pemilu saja. Menurut Ramlan Surbakti dalam bukunya yang berjudul Memahami Ilmu Politik, partisipasi warga negara dalam politik ada dua macam. 264 Pendidikan Kewarganegaraan X a. Partisipasi aktif, yaitu kegiatan untuk mengajukan usul suatu kebijakan, mengajukan kritik, mengajukan perbaikan, memilih pemimpin dalam pemerintahan, dan meluruskan kebijakan. b. Partisipasi pasif, yaitu kegiatan untuk menaati peraturan pemerintah serta menerima dan melaksanakan saja kebijakan dari pemerintah. Adapun Milbrath membedakan partisipasi politik ke dalam tingkatan-tingkatan berikut. a. Kegiatan gladiator, meliputi 1 memegang jabatan publik atau partai, 2 menjadi calon pejabat, 3 menghimpun dana politik, 4 menjadi anggota aktif suatu partai, dan 5 menyisihkan waktu untuk kampanye politik. b. Kegiatan transisi, meliputi 1 mengikuti rapat atau pawai politik, 2 memberi dukungan dana partai atau calon, dan 3 menjadi pejabat publik atau pemimpin politik c. Kegiatan menonton, meliputi 1 memakai simbolidentitas partaiorganisasi politik, 2 mengajak orang untuk memilih, 3 menyelenggarakan diskusi politik, dan 4 memberi suara. d. Kegiatan apatismasa bodoh Terdapat dua ukuran pokok yang dapat dipergunakan untuk menilai partisipasi masyarakat dalam politik.

a. Pengetahuan dan penghayatan terhadap politik yang mereka miliki.

Warga negara masyarakat yang memiliki pengetahuan dan penghayatan politik yang tinggi akan mampu untuk berpartisipasi secara aktif dan lebih rasional. Sementara, warga negara masyarakat yang memiliki pengetahuan dan penghayatan politik yang rendah dapat berpartisipasi secara aktif, tetapi cenderung kurang rasional.

b. Kadar kepercayaan warga negara masyarakat terhadap sistem politik

yang berlaku. Kadar kepercayaan itu, antara lain, ditentukan oleh kemampuan suatu sistem politik untuk menjawab tuntutan-tuntutan yang wajar dari masyarakat secara memuaskan. Sebenarnya, ada hubungan antara kedua ukuran pokok tersebut, yaitu warga negara yang memiliki pengetahuan dan penghayatan tinggi akan memiliki kemampuan yang tinggi pula dalam menentukan tuntutan-tuntutan yang wajar