6 Pembelajaran Wawasan Kebangsaan dan Bela Negara

206 PEDOMAN PK2 DAN P2MABA | Pembukaan UUD 1945 alinea ke- 2 dengan pernyataan yang tegas, “...menghantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia yang merdeka, bersatu, be rdaulat, adil dan makmur”. Para pendiri negara menyadari bahwa hanya dengan menjadi bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur bangsa Indonesia menjadi bermartabat dan dihormati bangsa-bangsa lain. Era global dan reformasi di Indonesia melalui demokratisasi yang melaju cepat berdampak pada terabaikannya nilai-nilai kepribadian bangsa. Sepuluh tanda zaman yang perlu diwaspadai menurut versi Thomas Lickona sebagaimana dipaparkan sebelumnya sudah merasuk dalam kehidupan bangsa kita. Kondisi demik ian telah dirspon oleh berbagai kalangan, terutama dari kalangan pendidikan. Kemendiknas misalnya, telah merespon dengan merancang program pendidikan karakter sebagai mempertahankan pilar kebangsaan dapat menggunakan dua model pendekatan yaitu: 1 keteladanan, dan 2 pembelajaran. Tujuan pendidikan karakter dilakukan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan karakter meliputi dan berlangsung pada hal-hal berikut.

1. Pendidikan Formal

Pendidikan karakter pada pendidikan formal berlangsung pada lembaga pendidikan TKRA, SDMI, SMPMTs, SMAMA, SMK, MAK dan Perguruan Tinggi melalui pembelajaran, kegiatan ko dan ekstrakurikuler, penciptaan budaya satuan pendidikan, dan pembiasaan. Sasaran pada pendidikan formal adalah peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan. Cintih semua elemen sekolah mematuhi peraturan, selalu menjaga kebersihan sekolah. Misalnya selalu membuang bukuns makanan pada tempatnya atau memungut bungkus roti di lantai kemudian di buang di tempat sampah

2. Pendidikan Nonformal

Pada pendidikan nonformal pendidikan karakter berlangsung pada lembaga kursus, pendidikan kesetaraan, pendidikan keaksaraan, dan lembaga pendidikan nonformal lain melalui pembelajaran, kegiatan ko dan ekstrakurikuler, penciptaan budaya satuan pendidikan, dan pembiasaan. Sasaran pada pendidikan nonformal adalah peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan.

3. Pendidikan Informal

Pendidikan karakter pada pendidikan informal berlangsung pada keluarga yang dilakukan oleh orang tua dan orang dewasa lain terhadap anak-anak yang menjadi tanggungjawabnya. Contohnya bapak dan ibu senantiasa mencerminkan dan mengajarkan perilaku jujur, tertib sosial, disiplin, santun berbicara dan bersikap, tertib beribadah. Misalnya orang tua yang beragama Islam membiasakan mengajak sholat | WAWASAN KEBANGSAAN DAN BELA NEGARA 207 tepa t waktu dengan berjama’ah. Mememberi teladan dan mengajarkan berbicara santun, rendah hati, menghargai sesama anggota keluarga. Implementasi pendidikan karakter sebagai langkah untuk memperta-hankan pilar kebangsaan dalam kehidupan sehari-hari dilakukan melalui pendidikan formal, non formal dan informal secara komprehensip, itegral, dan bekelanjutan. Sedangkan implementasinya melalui dua pendekatan, yaitu: keteladanan dan pendidikan. 9.6.3. Cara Mempertahankan Pilar Kebangsaan melalui Keteladanan dalam Pembentukan Karakter Pelaksanaan pendidikan karakter harus didukung institusi pendidikan, satuan pendidikan formal dan nonformal harus dikondisikan sebagai pendukung kegiatan tersebut. satuan pendidikan formal dan nonformal harus menunjukkan keteladanan yang mencerminkan nilai-nilai karakter yang ingin dikembangkan. Misalnya toilet yang selalu bersih, bak sampah ada di berbagai tempat dan selalu dibersihkan, satuan pendidikan formal dan nonformal terlihat rapi, dan alat belajar ditempatkan teratur. Selain itu, keteladanan juga dapat ditunjukkan oleh perilaku dan sikap pendidik dan tenaga kependidikan dalam memberikan contoh tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi peserta didik untuk mencontohnya. Pendemonstrasian berbagai contoh teladan merupakan langkah awal pembiasaan, Jika pendidik dan tenaga kependidikan yang lain menghendaki agar peserta didik berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai karakter, maka pendidik dan tenaga kependidikan yang lain adalah orang yang pertama dan utama memberikan contoh bagaimana berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai terebut. Misalnya berpakaian rapi, datang tepat pada waktunya, bekerja keras, bertutur kata sopan, kasih sayang, perhatian terhadap peserta didik, jujur, menjaga kebersihan dan sebagainya. Keteladanan dalam pendidikan karakter dapat dilakukan melalui pengintegrasian ke dalam kegiatan sehari-hari satuan pendidikan formal dan nonformal yang berwujud kegiatan rutin atau kegiatan insidental: spontan atau berkala. Kegiatan rutin merupakan kegiatan yang dilakukan peserta didik secara terus- menerus dan konsisten setiap saat. Contoh kegiatan ini adalah: Upacara pada hari besar kenegaraan, pemeriksaan kebersihan badan kuku, telinga, rambut dan lain-lain setiap hari Senin, beribadah bersamasembahyang bersama setiap zuhur bagi yang beragama Islam, berdoa waktu mulai dan selesai pelajaran, mengucap salam bila bertemu pendidiktenaga kependidikan yang lain, dan sebagainya. Setelah kegiatan rutin ada juga kegiatan spontan, yakni kegiatan insidental yang dilakukan pada saat itu juga. Kegiatan ini biasanya dilakukan pada saat pendidik dan tenaga kependidikan yang lain mengetahui adanya perbuatan yang kurang baik dari peserta didik yang harus dikoreksi pada saat itu juga. Apabila pendidik mengetahui adanya perilaku dan sikap yang kurang baik, maka pada saat itu juga pendidik harus melakukan koreksi sehingga peserta didik tidak akan melakukan 208 PEDOMAN PK2 DAN P2MABA | tindakan yang tidak baik tersebut. Contoh kegiatan tersebut adalah: membuang sampah tidak pada tempatnya, berteriak-teriak sehingga mengganggu pihak lain, berkelahi, mencerca, mencela, berlaku tidak sopan, mencuri, berpakaian tidak senonoh, dan sebagainya. Kegiatan spontan berlaku untuk perilaku dan sikap peserta didik yang baik sehingga perlu dipuji, misalnya: memperoleh nilai tinggi, menolong orang lain, memperoleh prestasi dalam olahraga atau kesenian, berani menentangmengoreksi perilaku teman yang tidak terpuji. Keteladanan merupakan hal utama yang dilakukan dalam pengarusutamaan pendidikan karakter. Kegiatan insidental lannya adalah kegiatan berkala. Kegiatan berkala merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik, peserta didik, dan tenaga kependidikan secara berkala. Contoh: lomba atau kegiatan hari besar, misalnya: Hari Pendidikan Nasional, Hari Kemerdekaan, Hari Ibu, hari besar keagamaan. 9.6.4. Cara Mempertahankan Pilar Kebangsaan Melalui Pembelajaran dalam Pembentukan Karakter Pembelajaran karakter dilakukan melalui berbagai kegiatan di kelas, di satuan pendidikan formal dan nonformal, serta di luar satuan pendidikan. a. Di kelas, pembelajaran karakter dilaksanakan melalui proses belajar setiap materi pelajaran atau kegiatan yang dirancang khusus. Setiap kegiatan belajar mengembangkan kemampuan dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Oleh karena itu, tidak selalu diperlukan kegiatan belajar khusus untuk mengembangkan nilai-nilai pada pendidikan karakter. Meski pun demikian, untuk pengembangan nilai-nilai tertentu seperti kerja keras, jujur, toleransi, disiplin, mandiri, semangat kebangsaan, cinta tanah air, dan gemar membaca dapat dikembangkan melalui kegiatan belajar yang biasa dilakukan pendidik. Untuk pegembangan beberapa nilai lain seperti peduli sosial, peduli lingkungan, rasa ingin tahu, dan kreatif memerlukan upaya pengondisian sehingga peserta didik memiliki kesempatan untuk memunculkan perilaku yang menunjukkan nilai tersebut. b. Di satuan pendidikan formal dan nonformal, pembelajaran karakter dilaksanakan melalui berbagai kegiatan satuan pendidikan formal dan nonformal yang diikuti seluruh peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan. Perencanaan dilakukan sejak awal tahun pelajaran, dimasukkan ke kalender akademik, dan dilaksanakan sehari-hari sebagai bagian dari budaya satuan pendidikan formal dan nonformal. Contoh kegiatan yang dapat dimasukkan ke dalam program satuan pendidikan formal dan nonformal adalah lomba vokal group antarkelas atau antar-Program Pendidikan Nonformal dan Informal PNFI tentang lagu-lagu bertema cinta tanah air, pagelaran seni, lomba pidato bertema karakter tertentu, pagelaran bertema karakter, lomba olahraga antarkelas, lomba kesenian antarkelas, pameran hasil karya peserta didik bertema karakter tertentu, pameran foto hasil karya | WAWASAN KEBANGSAAN DAN BELA NEGARA 209 peserta didik bertema karakter tertentu, lomba membuat tulisan, lomba mengarang lagu, melakukan wawancara kepada tokoh yang berkaitan dengan karakter, mengundang berbagai nara sumber untuk berdiskusi atau berceramah yang berhubungan dengan karakter bangsa.

c. Di luar satuan pendidikan formal dan nonformal, pembelajaran karakter

dilaksanakan melalui kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan lain yang diikuti oleh seluruhsebagian peserta didik, dirancang satuan pendidikan formal dan nonformal sejak awal tahun pelajaran atau program pembelajaran, dan dimasukkan ke dalam kalender akademik. Misalnya, kunjungan ke tempat-tempat yang menumbuhkan rasa cinta terhadap tanah air, menumbuhkan semangat kebangsaan, melakukan pengabdian masyarakat untuk menumbuhkan kepedulian dan kesetiakawanan sosial seperti membantu mereka yang tertimpa musibah banjir, memperbaiki atau membersihkan tempat-tempat umum, membantu membersihkan mengatur barang di tempat ibadah tertentu. 9.6.5. Implementasi Mempertahankan Pilar Kebangsaan dalam Kehidupan Sehari- hari Setelah mengetahui, mengerti dan memahami pilar-pilar kebangsaan hendaknya kita dapat mengaplikasian dalam kehidupan.Sebelum mengaplikasikan dalam kehidupan, kita mempersiapkan diri dengan baik tiga faktor yang ada dalam diri kita masing-masing, yaitu apa yang ada dalam hati, perkataan dan perbuatan harus sama. Kita tidak boleh membedakan-bedakan antara yang satu dengan yang lain. Artinya antara apa apa yang ada dalam pikiran tidak sama dengan perbuatannya atau apa yang dikatakan tidak sesuai dengan perbuatannya.atau sering disebut munafik orang yang mencla-mencle Di samping itu, kita hendaknya memiliki sikapkalau dalam tindakan dan perbuatanya harus didasari dengan la mbe-a ti , empa n-pa pan, dan duga -pra yoga . Artinya secara bebas dapat dikatakan harus jujur mengatakan apa adanya, tahu tempat dimana berada, dan hati –hati dalam setiap perkataan dan tindakan. Kita harus dapat mengungkapkan apa yang ada dalam hati sesuai dengan apa yang dikatakan, kita harus tahu tempat dimana berada dan dapat menempatkan diri sesuai dengan keberadaannya, misalnya mahasiswa berada di kampus berbeda dengan yang sedang ada didalam masyarakat atau keluarga, sedang yang ketiga hendaknya perkataan dan tindakan hendaknya diperhitungkan kemungkinan –kemungkinan yang dapat terjadi kehati– hatian didalam perkataan dan tindakan. Dengan sikap yang demikian sehingga perkataan dan tindakan mudah-mudahan dapat diterima dimanapun dan kapanpun. Sebagai calon pemimpin bangsa kita harus dapat mempersiapkan diri dengan mengambil semboyan yang dipampangkan dalam kementrian pendidikan nasional yaitu Ing Nga rso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Ka rso, Tut Wuri Handayani yang artinya seorang pemimpin didepan dapat sebagai contoh perkataan dan perbuatan yang