| MANAJEMEN DIRI 147
Motorik SKSM, dapat disimpulkan bahwa SINA akan menyebabkan adanya rangsangan agar manusia melakukan sesuatu yang dimediasi oleh situasi, sedangkan
SKSM akan semakin menggerakkan manusia untuk mencapai sasaran melalui perilaku. Keterkaitan antara SINA dan SKSM dalam menggerakkan manusia untuk
mencapai sasaran digambarkan pada Gambar 7.1 berikut ini.
Untuk membantu proses pengenalan diri dan penetapan tujuan ini, ada
sebuah konsep sederhana yang sangat bermanfaat yang disebut dengan Penetapan A-K-U Ambisi
– Kenyataan – Usaha. Melalui konsep ini, manusia bisa mulai
belajar menetapkan tujuan-tujuannya sendiri sesuai dengan keadaan dirinya saat ini. Tidak hanya itu, remaja juga bisa mulai merancang usaha-usaha apa yang perlu
dilakukan untuk bisa mencapai tujuannya tersebut. Hal itu akan diuraikan berikut ini.
1 Ambisi
Ambisi adalah segala sesuatu yang ingin dicapai seseorang. Untuk mengetahui ambisinya, remaja harus melakukan analisis mengenai apa yang menjadi
sasaran-sasaran dalam hidup. Hal-hal apa yang dianggap berarti, yang ingin diraih di masa yang akan datang. Apakah ingin menjadi pengacara terkenal, ingin memiliki
restoran keluarga, atau ingin menjadi perancang busana untuk butiknya sendiri?.
Yang penting, ambisi yang ditetapkan harus mengikuti hukum SMART
Specific
,
Mea sura ble
,
Achievable
,
Releva nt
,
Time-bound
. Artinya, ambisi yang hanya berupa “ingin jadi akuntan ngetop” saja tidaklah cukup. Ambisi tersebut perlu
dipertajam lagi, misalnya “ingin menjadi akuntan yang tergabung dalam PriceWater House Cooper, dan setelah bekerja selama 2 tahun sudah bisa menangani
top ten best companies
di Indonesia” Jangan lupa menyelaraskan satu ambisi dengan ambisi
yang lain, juga pastikan ambisi-ambisi tersebut mungkin tercapai.
Rangsangan Sebab
Sasaran SINA
SITUASI SKSM
PERILAK U
Kebutuhan Keinginan
Ketegangan Ketidakseimbangan
Ga mbar 7-1 Keterkaitan SINA dan SKSM
148 PEDOMAN PK2 DAN P2MABA|
2 Kenyataan
Kenyataan yang dimaksud adalah keadaan diri pribadi remaja. Karakteristik apa yang dimiliki, segala bentuk keterbatasan, keahlian, hobi, minat, dan lain-lain.
Selain itu, dalam kenyataan ini juga termasuk keadaan-keadaan tertentu yang ada di sekitarnya, misalnya keadaan sosial ekonomi keluarga, jumlah saudara kandung,
koneksi-koneksi sosial yang dimiliki, dan sebagainya. Untuk mempermudah, kenyataan diri ini dapat disusun menjadi dua bagian besar, yaitu kenyataan-
kenyataan yang sifatnya membantu pencapaian ambisi, dan kenyataan yang berkemungkinan menghambat pencapaian ambisi.
3 Usaha
Setelah merumuskan ambisi dan kenyataan dirinya, seseorang bisa mulai mencari-cari jalur apa yang bisa ditempuh untuk bisa meraih ambisi-ambisinya.
Yang perlu disadari adalah bahwa kadang-kadang tidak mungkin mencapai suatu ambisi hanya dengan mengandalkan usaha satu langkah. Untuk ambisi menjadi
akuntan terkenal misalnya, tentu pertama-tama harus lulus ujian nasional dulu, lalu masuk jurusan akuntansi di perguruan tinggi berkualitas, mendapat IPK minimal
3,00 dan diterima kerja di Kantor Akuntan Publik ternama. Masing-masing langkah usaha ini dapat dijadikan sebagai sub-ambisi demi tercapainya ambisi utama
menjadi akuntan terkenal.
7.2.4. Keterkaitan Konsep A-K-U dan SINA serta SKSM Apabila konsep A-K-U ini dikaitkan dengan konsep SINA dan SKSM
seperti diuraikan sebelumnya, tampak bahwa SINA, SITUASI dan SKSM pada dasarnya adalah kenyataan yang dimiliki oleh seseorang, yang selanjutnya akan
mempengaruhi usaha orang itu untuk merebut ambisinya. Keterkaitan itu dapat digambarkan seperti Gambar 7.2 berikut.
Sebenarnya, ciri pola pikir prestatif dapat diturunkan dari pengertian pola pikir prestatif. Ciri pola pikir prestatif antara lain:
Rangsangan Sebab
Sasaran
SINA SITUA SI
SKSM
KENYATAAN
USA HA AMBISI
Kebutuha n Keinginan
Ketegangan Ketidakseimbanga
Ga mbar 7-2 Keterkaitan SINA dan SKSM serta Konsep A -K-U
| MANAJEMEN DIRI 149
1 Terarah pada tujuan;
2 Tujuan yang ingin dicapai bersifat prestasi, yakni : mengandung resiko, sesuai
dengan kemampuan, berharga dan dapat diukur; 3
Memiliki kemungkinan hambatan; 4
Memiliki alternatif tindakan, seandainya menemui hambatan; 5
Memikirkan kemungkinan bantuan yang mungkin diperoleh; 6
Dirinci menjadi tujuan-tujuan antara. 7.2.5. Mengembangkan Kebiasaan Berpikir Prestatif
Terdapat filosofi berpikir yang dapat diikuti untuk dapat menciptakan kebiasaan berpikir prestasi, yaitu dimulai dari dipaksa, harus bisa, terbiasa, dan pada
akhirnya akan membudaya. Awalnya dapat dilakukan dengan memaksa diri utuk berpikir prestasi kemudian menjadi bisa melakukannya. Karena bisa dilakukan
secara berulang maka akan menjadi terbiasa, dan karena keterbiasaan dilakukan dari tahun ke tahun maka bisa menjadi membudaya diri berpikir prestatif. Untuk itu, cara
yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.
1 Biasakan mempertanyakan tujuan dari setiap tindakan.
2 Biasakan mempertanyakan kepentingan tujuan untuk apa tujuan harus
dicapai. 3
Biasakan untuk memperkirakan peluang keberhasilan dan memperkirakan kemungkinan hambatan.
4 Biasakan membuat tolok ukur keberhasilan.
5 Biasakan mencari kemungkinan bantuan.
Secara skematik Pola Pokir Prestatif dapat digambarkan seperti pada gambar 7.3 dan 7.4 di bawah ini.
150 PEDOMAN PK2 DAN P2MABA|
RUMUSKAN TUJUAN AWAL
APAKAH TUJU AN SUDAH DIYAKINI
RUMUSKAN FAKTOR PENDUKUNG
RUMUSKAN FAKTOR PENGHAM BAT
APAKAH HAMBATAN
DAPAT DIATASI TETAPKAN TUJUAN
ANTARA
APAKAH TUJUAN AWAL
PENTING BUAT RENCANA
KEGIATAN
CARI DASAR TUJUAN AWAL
ABAIKAN TUJUAN AWAL
YA YA
YA
TIDAK
TIDAK
Ga mbar 7-3 Diagra m Pola Pikir Prestatif Model 1
| MANAJEMEN DIRI 151
Dari Gambar 7.3 dan Gambar 7.4 di atas, ternyata tidak sulit untuk mengembangkan pola berpikir prestatif. Yang menjadi tantangan bukan membuat
seseorang menyusun penetapan A-K-U-nya, melainkan menyadarkan bahwa Andalah yang bertanggung jawab atas masa depannya sendiri. Oleh karena itu,
Anda harus mau meluangkan waktu sedikit untuk melalui proses mandiri tersebut untuk merancang keberhasilannya.
TU JU AN AWAL
YAKIN ?
ABAIKAN TU JUAN AWAL
RUMUSKAN FAKTOR
PEN DU KUN G DAN PEN GH AMBAT
RUMUSKAN TU JU AN BARU
CARI DASAR TUJUAN
SUSUN RENC ANA KEGIATAN
RUMUSKAN TU JU AN AN TARA
TU JU AN PEN TIN G
? H AMBATA
N DAPAT DIATASI ?
YA
TIDAK
STOP TIDAK
YA TIDAK
Ga mbar 7-4 Diagra m Pola Pikir Prestatif Model 2
152 PEDOMAN PK2 DAN P2MABA|
7. 3 Ketrampilan Berkomunikasi
Kegiatan komunikasi sudah menjadi sebagian besar kegiatan kita sehari-hari, mulai antar temanpribadi, kelompok, organisasi atau massa. Kalau lebih
teliti lagi banyak kegagalan dari komunikasi yang kita lakukan. Bisa jadi bentuknya karena tujuan yang kita inginkan belum tercapai.
Fungsi Komunikasi :
– Membangun Konsep Diri
Esta blishing Self-Concept
– Eksistensi Diri
Self Existence
– Kelangsungan Hidup
Live Continuity
– Memperoleh Kebahagiaan
Obta ining Happiness
– Terhindar dari Tekanan dan Ketegangan
Free from Pressure and Stress Willia m I. Gorden, Communica tion : Persona l a nd Public,1978
Keterampilan berkomunikasi mencakup mendengar dan berbicara secara efektif yang akan diuraikan berikut ini.
7.3.1. Mendengar secara Efektif Mendengar efektif merupakan kebiasaan aktif sebagai dasar dari komunikasi
aktif. Tujuan mendengar aktif terpusat pada siapa yang Anda dengarkan, meskipun di dalam kelompok atau perorangan, dengan tujuan untuk mengerti apa yang ia
katakan. Sebagai pendengar, Anda mungkin harus mengulang kembali dengan kata- kata Anda sendiri, apa yang mereka katakan tentang kepuasan mereka. Ini tidak
berarti Anda setuju, tetapi cenderung pada mengerti apa yang mereka katakan. Kegiatan komunikasi pada prinsipnya adalah aktivitas pertukaran ide atau gagasan.
Keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan, sangat ditentukan oleh lingkaran komunikasi. Komunikasi merupakan seni atau cara untuk menyampaikan
sesuatu, agar orang lain memahami kita. ”Komunikasi merupakan keterampilan paling penting dalam hidup. Kita menghabiskan sebagian besar waktu kita untuk
berkomunikasi” Stephen R. Covey. Dalam memecahkan masalah bawahan, kita cenderung untuk menyerbu masuk untuk memperbaiki segala sesuatu dengan
nasihat yang baik. Tetapi seringkali kita mengalami kegagalan, terutama kegagalan dalam meluangkan waktu untuk mendiagnosis masalah untuk benar-benar mengerti
secara mendalam masalahnya terlebih dahulu. Kita biasanya berusaha untuk lebih dahulu dimengeri. Kebanyakan orang tidak mendengar dengan maksud untuk
mengerti tetapi mereka mendengar untuk menjawab. Mereka bersiap untuk berbicara, menyaring segalanya melalui paradigma mereka sendiri, membacakan
autobiografi mereka ke dalam kehidupan orang lain. Untuk berusaha mengerti lebih dahulu, kita membutuhkan perubahan paradigma yang tidak mudah.
Kita sejak kecil telah diajarkan berbicara, menulis dan membaca. Kita tidak diajarkan, bagaimana caranya mendengar yang baik itu. Mendengar ada beberapa
| MANAJEMEN DIRI 153
tingkatan, mulai dari tidak berusaha mendengar, pura-pura mendengar, mendengar hanya bagian yang kita senangi, mendengar dengan penuh perhatian, dan mendengar
aktif. Mendengar aktif merupakan titik pusat komunikasi.
Mendengar aktif lebih efektif digunakan, apabila lawan bicara mempunyai masalah. Mulai dari masalah yang dialami pribadi sampai masalah di organisasi atau
perusahaan. Tujuan mendengar aktif adalah merespon perasaan lawan bicara, maka lawan bicara akan senang sekali melalui perkataan untuk membantu lawan bicara
beralih dari masalah yang tampak ke masalah yang mendasar atau masalah yang sesungguhnya, membantu memecahkan masalah secara mandiri dan merangsang
hubungan yang lebih hangat dan menjadi lebih bertanggung jawab..
Ada tiga hal yang harus Anda lakukan jika Anda ingin menjadi seorang
a ctive listener
, yaitu : 1
usahakan dapat melakukan
pa raphrasing
mengulang pesan dengan kata-kata sendiri;
2 mengecek kembali
perseption check
, ini penting dilakukan agar persepsi kita pas dengan yang dimaui pengirim; dan
3
behaviour discription
gambaran perilaku sender, maksudnya adalah agar kita bisa menilai apakah sang pembicara saat itu sedang marah atau hanya bercanda saat
mengeluarkan suatu
sta temen
sehingga kita dapat menyesuaikan tanggapan yang kita berikan dengan kondisi si pengirim.
Pada dasarnya ada enam unsur mendengarkan secara aktif, yakni
hea ring, understa nding, remembering, intrepreting, eva lua ting, responding.
Urutan keenam unsur proses mendengarkan aktif tersebut sebagai berikut.
1. Hearing
Langkah pertama mendengarkan secara aktif adalah dengan cara mendengarkan dengan sungguh-sungguh pesan yang disampaikan oleh seorang komunikator.
Noice
atau gangguan komunikasi yang sering muncul adalah suara bising dari lingkungan sekitar. Oleh karena itu, hindari membicarakan sesuatu yang penting atau dengan
seseorang yang penting di tempat-tempat ramai yang dapat mengganggu konsentrasi anda dalam menerima informasi.
2. Understanding
Di sini anda perlu melakukan
pa ra phra sing
atau pengulangan isi pesan dengan kata- kata sendiri guna menghindari kesalahan dalam menerima isi pesan. Di samping itu
untuk meningkatkan daya konsentrasi, anda perlu bersikap
empha ty
selama mendengarkan dalam arti berusahalah mendengarkan dengan kepala dan hati dengan
ikut merasakan perasaan lawan bicara Anda.
3. Remembering
Kalau perlu saat melakukan pembicaraan penting, anda siapkan kertas catatan kecil guna mencatat poin-poin penting dari isi informasi yang diberikan oleh
komunika tor
sehingga tidak ada alasan bahwa anda lupa dengan informasi yang disampaikan itu.
154 PEDOMAN PK2 DAN P2MABA|
Di dunia kerja, pernyataan lupa terhadap sesuatu adalah pernyataan terbodoh seorang staf yang tidak pernah ingin didengar oleh seorang pemimpin.
4. Intrepreting
Langkah selanjutnya adalah berusaha mengintrepretasikan maksud sang pembicara. Menurut pengamatan saya, seorang pemimpin di organisasi pemerintahan biasanya
berbicara serba sedikit saat memberikan petunjuk kerja pada bawahan, entah karena merasa anda sudah tahu dengan maksudnya atau sekedar mencari sebuah respon
yang bagus dari anda sekaligus menguji
kapabilitas
anda atau dia sendiri malah kurang begitu mengerti dengan informasi tersebut yang mungkin juga berasal dari
atasannya dan semua sebab itu akan menghadirkan respon yang sama. Oleh karena itu, kemampuan anda juga perlu mengenali watak sang ‘bos’ tersebut guna
menemukan metode yang tepat guna mengetahui secara persis maksud sang ‘bos’.
5. Evaluating
Hal terpenting dari sebuah proses mendengarkan secara aktif adalah mengevaluasi apakah persepsi kita sudah pas dengan yang dimaui sang ‘bos’, sehingga sebuah
pertanyaan kecil yang menanyakan kembali kebenaran pesan yang disampaikan
perception chek
perlu disampaikan.
6. Responding
Akhirnya muara dari sebuah proses mendengarkan secara aktif adalah respon dari pendengarnya. Kita perlu melakukan respon dengan secepat mungkin, mengingat
seorang ‘bos’ akan lebih senang jika anak buahnya cekatan dalam bekerja. Tetapi Anda harus ingat bahwa kecepatan memang baik, tetapi ketepatan adalah segala -
galanya. Akhirnya ada sedikit tips agar Anda dapat dianggap sebagai seorang pendengar yang baik, yakni: cobalah mendengarkan dengan sungguh-sungguh.
Tatap mata lawan bicara anda, perlihatkan perhatian dengan ekspresi wajah, kalau perlu dengan tersenyum serta lengkapi dengan bahasa tubuh semisal anggukan dan
hindari menginterupsi saat komunikator sedang berbicara.
7.3.2. Berbicara secara Efektif Sekarang bukan lagi masanya untuk menjadi remaja pasif. Setelah cara
belajar siswa aktif dikampanyekan, bagi anda semua. Salah satu keaktifan yang perlu Anda pelajari dan berlatih adalah keterampilan berbicara di depan umum.
Sekarang mungkin Anda sering menderita demam panggung jika diperintah maju oleh guru. Gemetar, keringat dingin keluar, dan bicara pun tergagap-gagap. Saat
inilah Anda mengobati demam panggung itu. Bicara di depan umum merupakan keterampilan yang sangat berguna dan Anda perlu memilikinya. Berkata, becakap
atau melahirkan kata-kata yang efektif dan efisien. Mengutarakan maksud dan tujuan kita secara sistematis Berikut ini langkah-langkah praktis yang mungkin
dapat membantu untuk meningkatkan kemampuan berbicara efektif, sehingga
| MANAJEMEN DIRI 155
apabila ada kesempatan ditunjuk menjadi pembicara tidak lagi terjadi ‘demam panggung’, tetapi justru menyenangkan.
1 Siap Sebelum Bicara Ada enam hal yang perlu dipersiapkan dalam berbicara efektif, yaitu: mengapa,
siapa, di mana, kapan, apa, dan bagaimana.
1.
Mengapa Menetapkan Sasaran Hal pertama yang harus jelas dalam pikiran Anda sebagai pembicara adalah
menetapkan sasaran pembicaraan. Penetapan sasaran sangat membantu dalam menentukan arah pembicaraan dan juga bermanfaat dalam memilih bahan yang
sesuai dengan sasaran. Pada umumnya sasaran pembicaraan dapat dikelompokkan berdasarkan tujuan, misalnya presentasi tugas, memimpin rapat, mengisi kajian, dan
sebagainya.
2.
Siapa Pendengar Meneliti apa dan siapa pendengar dapat membantu dalam menetapkan bahan yang
akan disampaikan dan meyakinkan diri Anda, bahwa Anda telah menyampaikan bahan
pembicaraan kepada
pendengar dengan
tepat. Hal yang perlu diketahui dari sidang pendengar antara lain sebagai berikut.
1 Berapa banyak orang yang hadir? 2 Mengapa mereka hadir di ruang tersebut?
3 Bagaimana tingkat pengetahuan yang mereka miliki atas topik pembicaraan? 4 Apa harapan mereka atas topik pembicaraan?
5 Bagaimana usia, pendidikan, dan jenis kelamin mereka?
3.
Di Mana Tempat dan Sarana Penting bagi Anda untuk mengetahui dan memperhatikan tempat pembicaraan akan
dilaksanakan. Berikut ini beberapa hal yang perlu menjadi perhatian bagi pembicara.
1 Melakukan praktek
Apabila pembicaraan dilaksanakan pada ruang yang besar dan luas, akan lebih baik untuk menentukan posisi diri, mencoba suara terlebih dahulu, sebelum
betul-betul berbicara di depan sidang pendengar.
2 Mempelajari sarana yang tersedia Sangat bermanfaat, bila Anda lebih dahulu melakukan latihan untuk dapat
mengoperasikan tombol-tombol lampu,
slide projector
, dan mike sound system
4.
Meneliti gangguan yang mungkin timbul Anda perlu mewaspadai gangguan yang mungkin timbul, misalnya pembicaraan
dilakukan dekat jalan raya sehingga suaramu harus dapat mengalahkan suara kendaraan yang lewat.
5.
Tata letak tempat duduk Tata letak tempat duduk perlu diperhatikan, diatur, dipersiapkan, dan dikaitkan
dengan sasaran pembicaraan.