2 Pola Berpikir Prestatif Pedoman PK2 2017 Final

| MANAJEMEN DIRI 147 Motorik SKSM, dapat disimpulkan bahwa SINA akan menyebabkan adanya rangsangan agar manusia melakukan sesuatu yang dimediasi oleh situasi, sedangkan SKSM akan semakin menggerakkan manusia untuk mencapai sasaran melalui perilaku. Keterkaitan antara SINA dan SKSM dalam menggerakkan manusia untuk mencapai sasaran digambarkan pada Gambar 7.1 berikut ini. Untuk membantu proses pengenalan diri dan penetapan tujuan ini, ada sebuah konsep sederhana yang sangat bermanfaat yang disebut dengan Penetapan A-K-U Ambisi – Kenyataan – Usaha. Melalui konsep ini, manusia bisa mulai belajar menetapkan tujuan-tujuannya sendiri sesuai dengan keadaan dirinya saat ini. Tidak hanya itu, remaja juga bisa mulai merancang usaha-usaha apa yang perlu dilakukan untuk bisa mencapai tujuannya tersebut. Hal itu akan diuraikan berikut ini. 1 Ambisi Ambisi adalah segala sesuatu yang ingin dicapai seseorang. Untuk mengetahui ambisinya, remaja harus melakukan analisis mengenai apa yang menjadi sasaran-sasaran dalam hidup. Hal-hal apa yang dianggap berarti, yang ingin diraih di masa yang akan datang. Apakah ingin menjadi pengacara terkenal, ingin memiliki restoran keluarga, atau ingin menjadi perancang busana untuk butiknya sendiri?. Yang penting, ambisi yang ditetapkan harus mengikuti hukum SMART Specific , Mea sura ble , Achievable , Releva nt , Time-bound . Artinya, ambisi yang hanya berupa “ingin jadi akuntan ngetop” saja tidaklah cukup. Ambisi tersebut perlu dipertajam lagi, misalnya “ingin menjadi akuntan yang tergabung dalam PriceWater House Cooper, dan setelah bekerja selama 2 tahun sudah bisa menangani top ten best companies di Indonesia” Jangan lupa menyelaraskan satu ambisi dengan ambisi yang lain, juga pastikan ambisi-ambisi tersebut mungkin tercapai. Rangsangan Sebab Sasaran SINA SITUASI SKSM PERILAK U Kebutuhan Keinginan Ketegangan Ketidakseimbangan Ga mbar 7-1 Keterkaitan SINA dan SKSM 148 PEDOMAN PK2 DAN P2MABA| 2 Kenyataan Kenyataan yang dimaksud adalah keadaan diri pribadi remaja. Karakteristik apa yang dimiliki, segala bentuk keterbatasan, keahlian, hobi, minat, dan lain-lain. Selain itu, dalam kenyataan ini juga termasuk keadaan-keadaan tertentu yang ada di sekitarnya, misalnya keadaan sosial ekonomi keluarga, jumlah saudara kandung, koneksi-koneksi sosial yang dimiliki, dan sebagainya. Untuk mempermudah, kenyataan diri ini dapat disusun menjadi dua bagian besar, yaitu kenyataan- kenyataan yang sifatnya membantu pencapaian ambisi, dan kenyataan yang berkemungkinan menghambat pencapaian ambisi. 3 Usaha Setelah merumuskan ambisi dan kenyataan dirinya, seseorang bisa mulai mencari-cari jalur apa yang bisa ditempuh untuk bisa meraih ambisi-ambisinya. Yang perlu disadari adalah bahwa kadang-kadang tidak mungkin mencapai suatu ambisi hanya dengan mengandalkan usaha satu langkah. Untuk ambisi menjadi akuntan terkenal misalnya, tentu pertama-tama harus lulus ujian nasional dulu, lalu masuk jurusan akuntansi di perguruan tinggi berkualitas, mendapat IPK minimal 3,00 dan diterima kerja di Kantor Akuntan Publik ternama. Masing-masing langkah usaha ini dapat dijadikan sebagai sub-ambisi demi tercapainya ambisi utama menjadi akuntan terkenal. 7.2.4. Keterkaitan Konsep A-K-U dan SINA serta SKSM Apabila konsep A-K-U ini dikaitkan dengan konsep SINA dan SKSM seperti diuraikan sebelumnya, tampak bahwa SINA, SITUASI dan SKSM pada dasarnya adalah kenyataan yang dimiliki oleh seseorang, yang selanjutnya akan mempengaruhi usaha orang itu untuk merebut ambisinya. Keterkaitan itu dapat digambarkan seperti Gambar 7.2 berikut. Sebenarnya, ciri pola pikir prestatif dapat diturunkan dari pengertian pola pikir prestatif. Ciri pola pikir prestatif antara lain: Rangsangan Sebab Sasaran SINA SITUA SI SKSM KENYATAAN USA HA AMBISI Kebutuha n Keinginan Ketegangan Ketidakseimbanga Ga mbar 7-2 Keterkaitan SINA dan SKSM serta Konsep A -K-U | MANAJEMEN DIRI 149 1 Terarah pada tujuan; 2 Tujuan yang ingin dicapai bersifat prestasi, yakni : mengandung resiko, sesuai dengan kemampuan, berharga dan dapat diukur; 3 Memiliki kemungkinan hambatan; 4 Memiliki alternatif tindakan, seandainya menemui hambatan; 5 Memikirkan kemungkinan bantuan yang mungkin diperoleh; 6 Dirinci menjadi tujuan-tujuan antara. 7.2.5. Mengembangkan Kebiasaan Berpikir Prestatif Terdapat filosofi berpikir yang dapat diikuti untuk dapat menciptakan kebiasaan berpikir prestasi, yaitu dimulai dari dipaksa, harus bisa, terbiasa, dan pada akhirnya akan membudaya. Awalnya dapat dilakukan dengan memaksa diri utuk berpikir prestasi kemudian menjadi bisa melakukannya. Karena bisa dilakukan secara berulang maka akan menjadi terbiasa, dan karena keterbiasaan dilakukan dari tahun ke tahun maka bisa menjadi membudaya diri berpikir prestatif. Untuk itu, cara yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut. 1 Biasakan mempertanyakan tujuan dari setiap tindakan. 2 Biasakan mempertanyakan kepentingan tujuan untuk apa tujuan harus dicapai. 3 Biasakan untuk memperkirakan peluang keberhasilan dan memperkirakan kemungkinan hambatan. 4 Biasakan membuat tolok ukur keberhasilan. 5 Biasakan mencari kemungkinan bantuan. Secara skematik Pola Pokir Prestatif dapat digambarkan seperti pada gambar 7.3 dan 7.4 di bawah ini. 150 PEDOMAN PK2 DAN P2MABA| RUMUSKAN TUJUAN AWAL APAKAH TUJU AN SUDAH DIYAKINI RUMUSKAN FAKTOR PENDUKUNG RUMUSKAN FAKTOR PENGHAM BAT APAKAH HAMBATAN DAPAT DIATASI TETAPKAN TUJUAN ANTARA APAKAH TUJUAN AWAL PENTING BUAT RENCANA KEGIATAN CARI DASAR TUJUAN AWAL ABAIKAN TUJUAN AWAL YA YA YA TIDAK TIDAK Ga mbar 7-3 Diagra m Pola Pikir Prestatif Model 1 | MANAJEMEN DIRI 151 Dari Gambar 7.3 dan Gambar 7.4 di atas, ternyata tidak sulit untuk mengembangkan pola berpikir prestatif. Yang menjadi tantangan bukan membuat seseorang menyusun penetapan A-K-U-nya, melainkan menyadarkan bahwa Andalah yang bertanggung jawab atas masa depannya sendiri. Oleh karena itu, Anda harus mau meluangkan waktu sedikit untuk melalui proses mandiri tersebut untuk merancang keberhasilannya. TU JU AN AWAL YAKIN ? ABAIKAN TU JUAN AWAL RUMUSKAN FAKTOR PEN DU KUN G DAN PEN GH AMBAT RUMUSKAN TU JU AN BARU CARI DASAR TUJUAN SUSUN RENC ANA KEGIATAN RUMUSKAN TU JU AN AN TARA TU JU AN PEN TIN G ? H AMBATA N DAPAT DIATASI ? YA TIDAK STOP TIDAK YA TIDAK Ga mbar 7-4 Diagra m Pola Pikir Prestatif Model 2 152 PEDOMAN PK2 DAN P2MABA|

7. 3 Ketrampilan Berkomunikasi

Kegiatan komunikasi sudah menjadi sebagian besar kegiatan kita sehari-hari, mulai antar temanpribadi, kelompok, organisasi atau massa. Kalau lebih teliti lagi banyak kegagalan dari komunikasi yang kita lakukan. Bisa jadi bentuknya karena tujuan yang kita inginkan belum tercapai. Fungsi Komunikasi : – Membangun Konsep Diri Esta blishing Self-Concept – Eksistensi Diri Self Existence – Kelangsungan Hidup Live Continuity – Memperoleh Kebahagiaan Obta ining Happiness – Terhindar dari Tekanan dan Ketegangan Free from Pressure and Stress Willia m I. Gorden, Communica tion : Persona l a nd Public,1978 Keterampilan berkomunikasi mencakup mendengar dan berbicara secara efektif yang akan diuraikan berikut ini. 7.3.1. Mendengar secara Efektif Mendengar efektif merupakan kebiasaan aktif sebagai dasar dari komunikasi aktif. Tujuan mendengar aktif terpusat pada siapa yang Anda dengarkan, meskipun di dalam kelompok atau perorangan, dengan tujuan untuk mengerti apa yang ia katakan. Sebagai pendengar, Anda mungkin harus mengulang kembali dengan kata- kata Anda sendiri, apa yang mereka katakan tentang kepuasan mereka. Ini tidak berarti Anda setuju, tetapi cenderung pada mengerti apa yang mereka katakan. Kegiatan komunikasi pada prinsipnya adalah aktivitas pertukaran ide atau gagasan. Keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan, sangat ditentukan oleh lingkaran komunikasi. Komunikasi merupakan seni atau cara untuk menyampaikan sesuatu, agar orang lain memahami kita. ”Komunikasi merupakan keterampilan paling penting dalam hidup. Kita menghabiskan sebagian besar waktu kita untuk berkomunikasi” Stephen R. Covey. Dalam memecahkan masalah bawahan, kita cenderung untuk menyerbu masuk untuk memperbaiki segala sesuatu dengan nasihat yang baik. Tetapi seringkali kita mengalami kegagalan, terutama kegagalan dalam meluangkan waktu untuk mendiagnosis masalah untuk benar-benar mengerti secara mendalam masalahnya terlebih dahulu. Kita biasanya berusaha untuk lebih dahulu dimengeri. Kebanyakan orang tidak mendengar dengan maksud untuk mengerti tetapi mereka mendengar untuk menjawab. Mereka bersiap untuk berbicara, menyaring segalanya melalui paradigma mereka sendiri, membacakan autobiografi mereka ke dalam kehidupan orang lain. Untuk berusaha mengerti lebih dahulu, kita membutuhkan perubahan paradigma yang tidak mudah. Kita sejak kecil telah diajarkan berbicara, menulis dan membaca. Kita tidak diajarkan, bagaimana caranya mendengar yang baik itu. Mendengar ada beberapa | MANAJEMEN DIRI 153 tingkatan, mulai dari tidak berusaha mendengar, pura-pura mendengar, mendengar hanya bagian yang kita senangi, mendengar dengan penuh perhatian, dan mendengar aktif. Mendengar aktif merupakan titik pusat komunikasi. Mendengar aktif lebih efektif digunakan, apabila lawan bicara mempunyai masalah. Mulai dari masalah yang dialami pribadi sampai masalah di organisasi atau perusahaan. Tujuan mendengar aktif adalah merespon perasaan lawan bicara, maka lawan bicara akan senang sekali melalui perkataan untuk membantu lawan bicara beralih dari masalah yang tampak ke masalah yang mendasar atau masalah yang sesungguhnya, membantu memecahkan masalah secara mandiri dan merangsang hubungan yang lebih hangat dan menjadi lebih bertanggung jawab.. Ada tiga hal yang harus Anda lakukan jika Anda ingin menjadi seorang a ctive listener , yaitu : 1 usahakan dapat melakukan pa raphrasing mengulang pesan dengan kata-kata sendiri; 2 mengecek kembali perseption check , ini penting dilakukan agar persepsi kita pas dengan yang dimaui pengirim; dan 3 behaviour discription gambaran perilaku sender, maksudnya adalah agar kita bisa menilai apakah sang pembicara saat itu sedang marah atau hanya bercanda saat mengeluarkan suatu sta temen sehingga kita dapat menyesuaikan tanggapan yang kita berikan dengan kondisi si pengirim. Pada dasarnya ada enam unsur mendengarkan secara aktif, yakni hea ring, understa nding, remembering, intrepreting, eva lua ting, responding. Urutan keenam unsur proses mendengarkan aktif tersebut sebagai berikut.

1. Hearing

Langkah pertama mendengarkan secara aktif adalah dengan cara mendengarkan dengan sungguh-sungguh pesan yang disampaikan oleh seorang komunikator. Noice atau gangguan komunikasi yang sering muncul adalah suara bising dari lingkungan sekitar. Oleh karena itu, hindari membicarakan sesuatu yang penting atau dengan seseorang yang penting di tempat-tempat ramai yang dapat mengganggu konsentrasi anda dalam menerima informasi.

2. Understanding

Di sini anda perlu melakukan pa ra phra sing atau pengulangan isi pesan dengan kata- kata sendiri guna menghindari kesalahan dalam menerima isi pesan. Di samping itu untuk meningkatkan daya konsentrasi, anda perlu bersikap empha ty selama mendengarkan dalam arti berusahalah mendengarkan dengan kepala dan hati dengan ikut merasakan perasaan lawan bicara Anda.

3. Remembering

Kalau perlu saat melakukan pembicaraan penting, anda siapkan kertas catatan kecil guna mencatat poin-poin penting dari isi informasi yang diberikan oleh komunika tor sehingga tidak ada alasan bahwa anda lupa dengan informasi yang disampaikan itu. 154 PEDOMAN PK2 DAN P2MABA| Di dunia kerja, pernyataan lupa terhadap sesuatu adalah pernyataan terbodoh seorang staf yang tidak pernah ingin didengar oleh seorang pemimpin.

4. Intrepreting

Langkah selanjutnya adalah berusaha mengintrepretasikan maksud sang pembicara. Menurut pengamatan saya, seorang pemimpin di organisasi pemerintahan biasanya berbicara serba sedikit saat memberikan petunjuk kerja pada bawahan, entah karena merasa anda sudah tahu dengan maksudnya atau sekedar mencari sebuah respon yang bagus dari anda sekaligus menguji kapabilitas anda atau dia sendiri malah kurang begitu mengerti dengan informasi tersebut yang mungkin juga berasal dari atasannya dan semua sebab itu akan menghadirkan respon yang sama. Oleh karena itu, kemampuan anda juga perlu mengenali watak sang ‘bos’ tersebut guna menemukan metode yang tepat guna mengetahui secara persis maksud sang ‘bos’.

5. Evaluating

Hal terpenting dari sebuah proses mendengarkan secara aktif adalah mengevaluasi apakah persepsi kita sudah pas dengan yang dimaui sang ‘bos’, sehingga sebuah pertanyaan kecil yang menanyakan kembali kebenaran pesan yang disampaikan perception chek perlu disampaikan.

6. Responding

Akhirnya muara dari sebuah proses mendengarkan secara aktif adalah respon dari pendengarnya. Kita perlu melakukan respon dengan secepat mungkin, mengingat seorang ‘bos’ akan lebih senang jika anak buahnya cekatan dalam bekerja. Tetapi Anda harus ingat bahwa kecepatan memang baik, tetapi ketepatan adalah segala - galanya. Akhirnya ada sedikit tips agar Anda dapat dianggap sebagai seorang pendengar yang baik, yakni: cobalah mendengarkan dengan sungguh-sungguh. Tatap mata lawan bicara anda, perlihatkan perhatian dengan ekspresi wajah, kalau perlu dengan tersenyum serta lengkapi dengan bahasa tubuh semisal anggukan dan hindari menginterupsi saat komunikator sedang berbicara. 7.3.2. Berbicara secara Efektif Sekarang bukan lagi masanya untuk menjadi remaja pasif. Setelah cara belajar siswa aktif dikampanyekan, bagi anda semua. Salah satu keaktifan yang perlu Anda pelajari dan berlatih adalah keterampilan berbicara di depan umum. Sekarang mungkin Anda sering menderita demam panggung jika diperintah maju oleh guru. Gemetar, keringat dingin keluar, dan bicara pun tergagap-gagap. Saat inilah Anda mengobati demam panggung itu. Bicara di depan umum merupakan keterampilan yang sangat berguna dan Anda perlu memilikinya. Berkata, becakap atau melahirkan kata-kata yang efektif dan efisien. Mengutarakan maksud dan tujuan kita secara sistematis Berikut ini langkah-langkah praktis yang mungkin dapat membantu untuk meningkatkan kemampuan berbicara efektif, sehingga | MANAJEMEN DIRI 155 apabila ada kesempatan ditunjuk menjadi pembicara tidak lagi terjadi ‘demam panggung’, tetapi justru menyenangkan. 1 Siap Sebelum Bicara Ada enam hal yang perlu dipersiapkan dalam berbicara efektif, yaitu: mengapa, siapa, di mana, kapan, apa, dan bagaimana. 1. Mengapa Menetapkan Sasaran Hal pertama yang harus jelas dalam pikiran Anda sebagai pembicara adalah menetapkan sasaran pembicaraan. Penetapan sasaran sangat membantu dalam menentukan arah pembicaraan dan juga bermanfaat dalam memilih bahan yang sesuai dengan sasaran. Pada umumnya sasaran pembicaraan dapat dikelompokkan berdasarkan tujuan, misalnya presentasi tugas, memimpin rapat, mengisi kajian, dan sebagainya. 2. Siapa Pendengar Meneliti apa dan siapa pendengar dapat membantu dalam menetapkan bahan yang akan disampaikan dan meyakinkan diri Anda, bahwa Anda telah menyampaikan bahan pembicaraan kepada pendengar dengan tepat. Hal yang perlu diketahui dari sidang pendengar antara lain sebagai berikut. 1 Berapa banyak orang yang hadir? 2 Mengapa mereka hadir di ruang tersebut? 3 Bagaimana tingkat pengetahuan yang mereka miliki atas topik pembicaraan? 4 Apa harapan mereka atas topik pembicaraan? 5 Bagaimana usia, pendidikan, dan jenis kelamin mereka? 3. Di Mana Tempat dan Sarana Penting bagi Anda untuk mengetahui dan memperhatikan tempat pembicaraan akan dilaksanakan. Berikut ini beberapa hal yang perlu menjadi perhatian bagi pembicara. 1 Melakukan praktek Apabila pembicaraan dilaksanakan pada ruang yang besar dan luas, akan lebih baik untuk menentukan posisi diri, mencoba suara terlebih dahulu, sebelum betul-betul berbicara di depan sidang pendengar. 2 Mempelajari sarana yang tersedia Sangat bermanfaat, bila Anda lebih dahulu melakukan latihan untuk dapat mengoperasikan tombol-tombol lampu, slide projector , dan mike sound system 4. Meneliti gangguan yang mungkin timbul Anda perlu mewaspadai gangguan yang mungkin timbul, misalnya pembicaraan dilakukan dekat jalan raya sehingga suaramu harus dapat mengalahkan suara kendaraan yang lewat. 5. Tata letak tempat duduk Tata letak tempat duduk perlu diperhatikan, diatur, dipersiapkan, dan dikaitkan dengan sasaran pembicaraan.