| MANAJEMEN DIRI 143
teriak  di  pinggir  jalan,  meneriakan  keadilan  tanpa  memahami  betul  permasalahan apa  yang  sebenarnya  mereka  sedang  perjuangkan.  Hal  ini  juga  yang  membuat
mindset
masyarakat  kepada  aksi  dan  demonstrasi  mahasiswa  cenderung  negatif karena berujung pada anarkisme dan kerusuhan.
Mahasiswa sebagai kaum  intelektual dalam menunjukan sikap kritis, peka, dan  pedulinya  harus  juga  dilakukan  dengan  cara
– cara  yang  intelek,  elegan,  dan bijaksana.  Karena  itu  dalam  mengeluarkan  sikap  kritisnya  mahasiswa  harus
berpedoman  atau  memegang  teguh  prinsip
etis  sesuai  norma,  analitis mengadakan  analisa  sehingga  mempunyai  data  kuat  mengenai  sesuatu
masalah,  dan  solutif  mempunyai  solusi  terhadap  masalah  yang  sedang diangkat.
“Pribadi berilmu nan
sa ntun jauh lebih terhorma t da ripa da  memiliki sejuta
ilmu  tanpa  akhlak  mulia”.  Sesungguh  sikap  dan  karakter  seperti  itulah  yang  bisa disebut sebagai mahasiswa sejati: sang intelektual, sang perubahan.
7.1.3.   Semangat Berprestasi dan Berkontribusi tindakan Motivasi atau semangat berprestasi merupakan faktor primer seseorang agar
berhasil  mencapai  sesuatu.  Hal  ini  didasarkan  atas  kesadaran  pribadi  yang  akan menggerakan  seseorang  untuk  melakukan  tindakan.  Mahasiswa  dapat  meraih
prestasi  tinggi  jika  ia  mempunyai  kesadaran  tinggi  yang  dapat  mendorong  dirinya sendiri  untuk  meraih  apa  yang  ia  telah  rencanakan.  Kesadaran  mencapai  sesuatu
dapat dicapai  jika mahasiswa mampu memahami makna atau esensi keberadaannya di  kampus  dan  kehidupan  ini.  Persepsi  ini  dapat  dicapai  mahasiswa  dengan
menyerap  dan  mengolah  informasi  dari  lingkungannya  baca:  kampus.  Persepsi positif  terhadap  kampus  dapat  menumbuhkan  semangat  berprestasi.  Mahasiswa
yang  mempunyai  persepsi  positif  terhadap  kampusnya  mempunyai  motivasi berprestasi  yang  jauh  lebih  besar  kepada  kampusnya  untuk  mengharumkan
almamaternya.
Semangat  berprestasi  jika  tidak  diimbangi  dengan  semangat  berkontribusi kepada  almamater,  masyarakat,  dan  bangsanya  maka  hanya  akan  menghasilkan
mahasiswa –  mahasiswa  yang  egois;  egois  dengan  prestasi  personalnya  masing  –
masing.  Karenanya  sikap  kritis,  peduli,  dan  peka  terhadap  kondisi  di  sekitar  kita harus  kemudian  membawa  penumbuhan  motivasi  berprestasi  dan  sekaligus
berkontribusi  utuk  kejayaan  dan  kemajuan  almamater,  masyarakat,  bangsa,  dan negara.  Semangat  berkontribusi  untuk  membangun  kejayaan  almamater  tercinta.
Karena  sejatinya,  kampus,  masyarakat  dan  negara  ini  tidak  akan  pernah  menjadi apa-apa tanpa peran dari setiap kita yang kita berikan, sesuai dengan kemampuan,
keahlian, dan kapasitas kita.
The worth
of
a  sta te, in the long run is the worth of individua ls composing it
John  Stuart  Mill.  Jika  kita  ingin  membangun  sebuah  negara  yang  besar  dan
144 PEDOMAN PK2 DAN P2MABA|
berharga, maka negara itu harus berisikan oleh orang-orang besar dan berharga yang menyusun negara itu. Demikian pula dengan organisasi atau pun almamater dimana
kita  berada, setiap  kita harus menjadi  individu yang berkualitas dan berharga agar organisasi  dan  almamater  yang  kita  cintai  ini  menjadi  berkualitas  dan  berharga
kelak.  Setiap  individu  di  dalam  almamater  kita  sangat  menentukan  seberapa berkualitas almamater kita.
Pada akhrinya, semua landasan berpikir dan bersikap mengenai sikap kritis, peka, dan peduli tidak akan pernah ada artinya jika itu hanya ada didalam kata -kata
atau  hanya  tulisan  belaka  tanpa  ada  tindakan  yang  nyata  untuk  mewujudkannya. Jiwa dan pikiran yang sudah tersemai dalam diri harus diwujudkan dalam aksi nyata,
sikap kritis yang membawa pada aksi praktis
.
7. 2   Pola Berpikir Prestatif
Terdapat dua kunci utama dalam menguraikan tentang pola pikir prestatif, yaitu
kata pola dan prestatif. Oleh karena itu akan dimulai  dengan memberikan pengertian dari dua kata itu. Yang dimaksud dengan  pola adalah sesuatu yang teratur, tidak acak
dan  memiliki  ciri-ciri  tertentu,  sedangkan  prestatif  berasal  dari  kata  prestasi  yang mendapat  imbuhan  -if  yang  artinya  sifat  atau  ciri,  sehingga  arti  secara  keseluruhan
adalah suatu hasil yang mempunyai ciri sebagai berikut:
1. hasil yang unggul dan pantas dihargai;
2. hasil yang dicapai lewat usaha, bukan kebrutalan; dan atau
3. hasil yang optimal sehubungan dengan kemampuan.
Dengan  demikian,  prestatif  berarti  segala  sesuatu  yang  diharapkan  untuk mencapai  prestasi.  Berdasarkan  beberapa  pengertian  di  atas,  yang  dimaksud  dengan
pola  pikir  prestatif  adalah  suatu  aturankerangka  pikir  yang  mengarahkan  seseorang untuk mencapai prestasi.
Agar manusia bisa mencapai prestasi, harus dilakukan dengan usaha dan besar kecilnya usaha  ini  bergantung kepada individu yang tidak  lepas dari  hakekat manusia
dan  pribadinya.  Berkaitan  dengan  hakekat  manusia  dan  pribadinya,  maka  tidak  lepas dari  Sistem  Nilai  dan  Asumsi  SINA  yang  diyakininya  dan  kapasitas anatomis  yang
memungkinkan  seseorang  untuk  melakukannya.  Apabila  kapasitas  anatomis  ini diterjemahkan sebagai sebagai Sistem Koordinasi  dan Sensor Motorik SKSM, SINA
dan  SKSM  yang  dimiliki  seseorang  akan  mempengaruhi  besar  kecilnya  usaha  yang akan dilakukan oleh orang itu untuk mencapai prestasinya.
Di  samping  dipengaruhi  oleh  usaha  yang  dilakukan,  upaya  untuk  mencapai prestasi juga akan dipengaruhi oleh  kenyataan yang dihadapi. Apabila hal yang  ingin
dicapai  oleh  manusia  disebut  ambisi  disingkat  A,  dan  kenyataan  disingkat  K, serta  usaha  disingkat  U,  pada  dasarnya  pola  pikir  prestatif  tidak  lepas  dari  konsep
dasar A-K-U.
| MANAJEMEN DIRI 145
7.2.1.   Dasar Konsep A-K-U Untuk  itu,  agar  Anda  tahu  teknik  atau  cara  untuk  menciptakan  pola  pikir
prestatif  agar  benar-benar  dapat  memotivasi  diri  untuk  senantiasa  berpola  pikir prestatif,  akan  diuraikan  melalui  modul  yang  menguraikan  beberapa  hal  sebagai
kerangka  pikir.  Bagaimana  keterkaitan  SINA  dan  SKSM  dalam  mempengaruhi manusia  untuk mencapai sasarannya,  juga akan diuraikan  bagaimana konsep dasar
AKU  sehingga  membentuk  pola  pikir  prestatif  dan  diakhiri  dengan  upaya  untuk mengungkap bagaimana membiasakan manusia untuk selalu berpikir prestatif.
7.2.2.   Pengertian Berpikir Prestatif Seperti penjelasan di atas, pola pikir  prestatif berarti suatu aturankerangka
pikir  yang  mengarahkan  seseorang  untuk  mencapai  prestasi.  Dengan  berpikir, seseorang bisa memenuhi tanggung  jawab penuh  terhadap sesuatu yang dilakukan.
Prestasi  selalu  berhubungan  erat  dengan  hasil  yang  akan  dicapai  untuk  mejadikan lebih unggul seseorang hingga  bisa dibedakan dari orang kebanyakan. Kesuksesan
akan  sia-sia  jika  hanya  dapat  dinikmati  sesaat.  Untuk  itu,  seseorang  perlu menerapkan cara berpikir jangka panjang agar keseimbangan dan kebahagiaan yang
diraih bisa tetap dinikmati di masa mendatang.
Saat  ini  dunia  terutama  di  masa  depan  membuat  kita  harus  menghadapi berbagai  tuntutan,  perubahan,  dan  tantangan  yang  semuanya  akan  lebih  mudah
dihadapi.  Perbedaan  utama  antara  orang  sukses  dan  orang  gagal  ada  pada  cara berpikirnya. Mereka yang sukses adalah mereka yang selalu menggunakan kekuatan
berpikir  untuk  terus  memperbaiki  hidupnya  sehingga  lebih  baik.  Langkah  awal menuju keberhasilan adalah percayalah kepada diri sendiri, percayalah bahwa Anda
dapat berhasil.
Keberhasilan  berarti  banyak  hal  yang  mengagumkan  dan  positif. Keberhasilan  berarti  kesejahteraan  pribadi.  Keberhasilan  juga  berarti  memperoleh
kehormatan,  kepemimpinan,  disegani  oleh  rekan  bisnis,  dan  populer  di  kalangan teman.
Setiap  manusia  menginginkan  keberhasilan.  Setiap  orang  menginginkan yang terbaik dalam hidup ini. Tak seorang pun akan senang dengan kemiskinan atau
hidup dalam keadaan pas-pasan. Bagaimana bisa mendapat keberhasilan  itu? Keberhasilan itu ada di pikiran
kita. Artinya,  kepercayaan dan keyakinan Anda untuk  berhasil. Jika Anda percaya, Anda akan berhasil , maka Anda pun akan benar-benar berhasil.
Bagaimana  mengembangkan  kepercayaan  itu?  Berikut  ini  ada  tiga  pedoman untuk mendapatkan kekuatan dan mengokohkan kekuatan kepercayaan :
1.
Berfikir  sukses,  jangan  berfikir  gagal.  Di  tempat  kerja,  di  rumah,  atau  di
mana saja, gantilah berfikir gagal dengan berfikir sukses. Sewaktu menghadapi
146 PEDOMAN PK2 DAN P2MABA|
situasai  yang  sulit,  berfikirlah,Saya  akan  menang  bukan  Saya  akan  kalah. Jika  peluang  muncul,  berfikirlah    saya  dapat  melakukan  jangan  pernah
berfikir  Saya  tidak  dapat.  Biarkan  pikiran  utama  saya-akan-berhasil mendominasi  proses  berfikir  anda.  Berfikir  sukses  mengkondisikan  pikiran
anda untuk rencana yang menghasilkan keberhasilan, sebaliknya berfikir gagal mengerjakan  yang  sebaliknya.  Berfikir  gagal  mengkondisikan  pikiran
memikirkan pikiran-pikiran lain yang menghasilkan kegagalan.
2.
Ingatkan diri Anda secara teratur bahwa Anda lebih baik daripada yang Anda  kira.  Orang  yang  sukses  bukanlah  orang  yang  super.  Sukses  tidak
mensyaratkan  super-intelek.  Juga  tidak  ada  yang  mistis  mengenai  sukses. Sukses tidak didasarkan nasib. Orang yang sukses hanyalah orang biasa  yang
telah  mengembangkan  kepercayaan  kepada  diri  sendiri  dan  apa  yang  mereka kerjakan.  Jangan  pernah  mengakui  keraguan  Anda  atau  mengesankan  kepada
orang lain bahwa Anda bukan orang kelas satu.
3.
Percaya  atau  berkeyainan  Besar.  Besar-kecilnya  keberhasilan  Anda
ditentukan oleh besar kecilnya kepercayaan Anda. Pikirkan tujuan-tujuan kecil, maka  harapkan  hasil  yang  kecil-kecil  pula.  Pikirkanlah  tujuan-tujuan  yang
besar dan dapatkanlah penghasilan yang  besar juga. Ingat Gagasan besar dan rencana besar acapkali lebih mudah--yang pasti tidak lebih sulit--dibandingkan
gagasan kecil dan rencana kecil... Buktikan pasti kesuksesan ada di depan Anda.
7.2.3.   Sasaran, Resiko dan Konsekuensi Keberhasilan seseorang untuk mencapai sasaran tidak lepas dari hakekat diri
dan pribadinya, yang akan ditopang oleh  kemampuannya. Hakekat dan pribadinya terkait  dengan  Sistem  Nilai  dan  Asumsi  SINA  yang  diyakininya  sehingga
memotivasi  mereka  untuk  melakukan  sesuatu.  Namun  SINA  tidak  berdiri  sendiri karena sistem nilai dan asumsi belum bisa sepenuhnya dapat menggerakkan manusia
untuk mencapai sasaran, melainkan juga dipengaruhi oleh situasinya. Situasi ini bisa mendukung  atau  tidak  untuk  melakukan  sesuatu.  Situasi  yang  mendukung  berarti
memberikan ruang gerak bagi seseorang untuk melakukan sesuatu, yaitu kebutuhan, keinginan, dan ketegangan. Ketidakseimbangan tidak  lepas dari tercipta atau tidak
terciptanya  rangsangan  untuk  mencapai  sasaran.  Terkait  dengan  itu  semua,  berarti kajian  tentang  resiko  dan  konsekuensi  akan  termasuk  di  dalamnya.  Manusia  akan
mengkaji,  apakah  tindakan  tersebut  akan  melahirkan  resiko  atau  tidak,  dan bagaimana konsekuensinya bila melakukannya.
Rangsangan  untuk  mencapai  sasaran  akan  lebih  cepat  terlaksana  bila didukung  oleh  kapasitas  anatomis  dan  fisiologis  manusia  itu.  Apabila  kapasitas
anatomis  dan  fisiologis  ini  diterjemahkan  sebagai  Sistem  Koordinasi  dan  Sensor
| MANAJEMEN DIRI 147
Motorik  SKSM,  dapat  disimpulkan  bahwa  SINA  akan  menyebabkan  adanya rangsangan agar manusia melakukan sesuatu yang dimediasi oleh situasi, sedangkan
SKSM  akan  semakin  menggerakkan  manusia  untuk  mencapai  sasaran  melalui perilaku. Keterkaitan antara SINA dan SKSM dalam menggerakkan manusia untuk
mencapai sasaran digambarkan pada Gambar 7.1 berikut ini.
Untuk  membantu  proses  pengenalan  diri  dan  penetapan  tujuan  ini,  ada
sebuah konsep sederhana yang sangat bermanfaat yang disebut dengan  Penetapan A-K-U  Ambisi
– Kenyataan  –  Usaha.  Melalui  konsep  ini,  manusia  bisa  mulai
belajar menetapkan tujuan-tujuannya sendiri sesuai dengan keadaan dirinya saat ini. Tidak  hanya  itu,  remaja  juga  bisa  mulai  merancang  usaha-usaha  apa  yang  perlu
dilakukan  untuk  bisa  mencapai  tujuannya  tersebut.  Hal  itu  akan  diuraikan  berikut ini.
1 Ambisi
Ambisi  adalah  segala  sesuatu  yang  ingin  dicapai  seseorang.  Untuk mengetahui ambisinya, remaja harus melakukan analisis mengenai apa yang menjadi
sasaran-sasaran dalam hidup. Hal-hal apa yang dianggap berarti, yang ingin diraih di masa yang akan datang. Apakah  ingin menjadi pengacara terkenal,  ingin  memiliki
restoran keluarga, atau ingin menjadi perancang busana untuk butiknya sendiri?.
Yang  penting,  ambisi  yang  ditetapkan  harus  mengikuti  hukum  SMART
Specific
,
Mea sura ble
,
Achievable
,
Releva nt
,
Time-bound
.  Artinya,  ambisi  yang hanya berupa “ingin jadi akuntan ngetop” saja tidaklah cukup. Ambisi tersebut perlu
dipertajam lagi, misalnya “ingin menjadi akuntan yang tergabung dalam PriceWater House  Cooper,  dan  setelah  bekerja  selama  2  tahun  sudah  bisa  menangani
top  ten best companies
di Indonesia” Jangan lupa menyelaraskan satu ambisi dengan ambisi
yang lain, juga pastikan ambisi-ambisi tersebut mungkin tercapai.
Rangsangan Sebab
Sasaran SINA
SITUASI SKSM
PERILAK U
Kebutuhan Keinginan
Ketegangan Ketidakseimbangan
Ga mbar 7-1 Keterkaitan SINA dan SKSM