Pengabdian Sesuai dengan Profesi

| WAWASAN KEBANGSAAN DAN BELA NEGARA 203 mempunyai kewajiban menjaga rumahnya juga berkewajiban untuk menjaga keutuhan, keamanan dan ketertiban lingkungan sekitarnya. Adapun bentuk partisipasi warga masyarakat dalam menjaga lingkungannya antara lain melalui kegiatan sistem keamanan lingkungan Siskamling, ikut serta menanggulangi akibat bencana alam, ikut serta mengatasi kerusuhan masal, dan konflik komunal. Dalam masyarakat kita terdapat organisasi yang berkaitan dengan keselamatan masyarakat yaitu Perlindungan Masyarakat Linmas. Linmas mempunyai fungsi untuk menanggulangi akibat bencana perang, bencana alam atau bencana lainnya maupun memperkecil akibat malapetaka yang menimbulkan kerugian jiwa dan harta benda. Selain itu terdapat pula organisasi rakyat yang disebut Keamanan Rakyat Kamra, Perlawanan Rakyat Wanra, dan Pertahanan Sipil Hansip. Keamanan rakyat merupakan bentuk partisipasi rakyat langsung dalam bidang keamanan dan ketertiban masyarakat. Sedangkan Wanra merupakan bentuk partisipasi rakyat langsung dalam bidang pertahanan. Kemudian Hansip merupakan kekuatan rakyat yang merupakan kekuatan pokok unsur-unsur perlindungan masyarakat dimanfaatkan dalam menghadapi bencana akibat perang dan bencana alam serta menjadi sumber cadangan nasional untuk menghadapi keadaan luar biasa. Salah satu sasaran yang mesti dibela oleh setiap warga negara adalah wilayah negara. Wilayah negara teritorial merupakan wadah, alat, dan kondisi juang bagi berlangsungnya penyelenggaraan upaya bela negara. Setiap warga negara mempunyai kewajiban untuk menjaga keutuhan wilayah negara sesuai dengan posisi dan kemampuannya masing-masing. Kita sebagai warga Indonesia berkewajiban untuk ikut serta menjaga keamanan lingkungan tempat tinggal dan sekolahnya masing- masing dari berbagai ancaman dan gangguan yang dihadapi.

9. 6 Pembelajaran Wawasan Kebangsaan dan Bela Negara

9.6.1. Cara Mempertahankan Karakter Bangsa Refeleksi terhadap kondisi identitas nasional Indonesia mengisyaratkan kepada kita, bahwa simbul-simbul yang tekandung dalam pilar kebangsaan bangsa Indonesia telah mengalami distorsi dan semakin luntur dalam kehidupan masyarakat yang jika dibiarkan akan membahayakan eksistensi integrasi nasional. Berkaitan dengan kondisi yang memprihatinkan di atas, Thomas Lickona profesor pendidikan dari Cortland University mengungkapkan bahwa ada sepuluh tanda-tanda zaman yang harus diwaspadai karena jika tanda-tanda ini sudah ada, berarti sebuah bangsa sedang menuju jurang kehancuran. Tanda-tanda yang dimaksud adalah : a meningkatnya kekerasan di kalangan remaja, b penggunaan bahasa dan kata-kata yang buruk, 204 PEDOMAN PK2 DAN P2MABA | c pengaruh peer-group yang kuat dalam tindak kekerasan; d meningkatnya perilaku merusak diri, seperti penggunaan narkoba, alkohol, seks bebas; e semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk; f menurunnya etos kerja; g semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru; h rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara; i membudayanya ketidakjujuran; dan j adanya rasa saling curiga dan kebencian di antara sesama. Kesepuluh hal itu terus tumbuh dalam kenyataan praktik selama 19 tahun reformasi, yang apabila tidak mampu dikonsolidasikan secara terarah dan terkendali, dapat mengakibatkan: a disintegrasi sosial, b disintegrasi nasional, dan c menyebabkan apresiasi terhadap ide demokrasi dan kebebasan itu sendiri justru mengalami penurunan secara kontra-produktif. Berkaitan dengan uraian realita di atas, seluruh elemen bangsa telah sepakat tidak akan membiarkan dan tidak rela NKRI yang telah diperjuangkan oleh pendiri bangsa ini runtuh. Secara nasional komitmen untuk merevitalisasi dan program mengimplementsikan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam empat pilar kebangsaan, yaitu: Pancasila, Undang-Undang Dasar tahun 1945, NKRI, dan Bhinaka Tunggal Ika telah dikembangkan khususnya dalam peningkatkan nilai-nilai wawasan kebangsaan dan bela negara. Salah satunya adalah kebijakan nasional pendidikan karakter yang diselenggarkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional baik meleluai ja lur pendidikan formal meliputi semua jenjang pendidikan, nonformal, maupun informal. Kebijakan nasional pendidikan karakter tersebut hakikatnya dipahami sebagai program atau cara untuk mempertahankan empat pilar kebangsaan. Pendidikan karakter dilakukan da lam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Salah satu upaya dalam pembelajaran wawasan kebangsaan dan bela negara adalah mempertahankan pilar kebangsaan. Sebab, esensi dari wawasan kebangsaan dan bela negara ada dalam empat pilar kebangsaan. Empat Pilar Kebangsaan, yaitu: 1 Pancasila, 2 Undang-Undang Dasar tahun 1945, 3 NKRI, dan 4 Bhinaka Tunggal Ika inilah yang merupakan landasan bangsa dan negara mengandung nilai- nilai huhur bangsa yang terintegrasi menjadi karakter bangsa. Empat pilar kebangsaan sebagai landasan Negara mengandung prinsip universal non diskriminatif dan progresif untuk mencegah konflik membangun masyarakat adil dan makmur yang benar-benar berbudaya dan beradab culture sta te . Konsewensi dari ditetapkannya empat pilar kebangsaan misalnya Pancasila sebagai dasar negara, Pancasila menjadi pedoman dan sekaligus landasan dalam penyelenggaraan negara. Fungsi Pancasila