Partisipasi dalam Usaha Pembelaan Negara di Lingkungan

| WAWASAN KEBANGSAAN DAN BELA NEGARA 205 sebagai pandangan hidup dan dasar negara diimplementasikan dalam UUD 1945, yang kemudian menjadi sumber tertib hukum di Indonesia. Sedangkan Pancasila memjadi sumber dari segala sumber tertib hukum di Indonesia, sekaligus yang akan mencerminkan karakter bangsa. Persoalan yang kita hadapi sekarang adalah bahwa: 1. Fungsi Pancasila sebagai pandangan hidup belum dipahami dan diimplementasikan secara nyata oleh semua warga Negara, 2. Pancasila sebagai landasan pembangunan karakter implementasinya juga belum jelas, dan 3. semakin menurunnya respek masyarakat terhadap Pancasila. Ketiga akar permasalahan tersebut, yang menyebabkan bangsa kita terpuruk sampai saat ini. Terutama pada dekade terakhir ini nilain-nilai karakter bangsa mengalami distorsi, oleh karena itu, perlu segera dilakukan penguatan kembali melalui pembangunan karakter bangsa agar tidak terus merosot. Langkah mendasar yang harus dilakukan adalah merevitalisasi dan menyemaikan atau mengimplementasikan nilaih- nilai luhur budaya bangsa melalui berbagai cara. Implementasi nilai-nilai pilar kebangsaan sebagai karakter bangsa membutuhkan suatu pedoman yang lebih operasinal, mengingat nilai-nilai Pancasila masih bersifat abstrak, umum, dan universal Notonagoro. Pemahaman hakikat sila - sila Pancasila dalam bentuk yang lebih sederhana dan dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari perlu terus dilakukan dan terus ditanamkan serta dibudayakan kepada generasi bangsa. Dengan demikian, Pancasila benar-benar menjadi jiwa bangsa yang membimbing setiap perilaku warga negara Indonesia. Dengan menjadi jiwa, maka Pancasila benar-benar menjadi kerpibadian dan karakter setiap warga Negara Indonesia. Revitalisasi nilai karakter bangsa model Pedoman Pengahayatan dan Pengamalan Pancasila P4 yang terdiri dari 36 butir yang kemudian dikembangkan menjadi 45 butir, merupakan penjabaran yang lebih operasional dari fungsi Pancasila sebagai pandangan hidup kiranya dapat diadopsi dan dikembangkan untuk panduan operasional yang lebih implementatif dalam mempertahankan empat pilar kebangsaan. Implementasi nilai-nilai karakter bangsa untuk mempertahankan pilar kebangsaan, perlu dilakukan secara komprehensif dan integral melalui berbagai jalur dan sasaran secara berkelanjutan. 9.6.2. Cara Mempertahankan Nilai-nilai Kebangsaan melalui Pembentukan Karakter Eksistensi suatu bangsa sangat ditentukan oleh karakter yang dimiliki. Hanya bangsa yang memiliki karakter kuat yang mampu menjadikan dirinya sebagai bangsa yang bermartabat dan disegani oleh bangsa-bangsa lain. Oleh karena itu, menjadi bangsa yang berkarakter adalah keinginan kita semua. Keinginan menjadi bangsa yang berkarakter sesunggungnya sudah lama tertanam pada bangsa Indonesia. Para pendiri negara menuangkan keinginan itu dalam 206 PEDOMAN PK2 DAN P2MABA | Pembukaan UUD 1945 alinea ke- 2 dengan pernyataan yang tegas, “...menghantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia yang merdeka, bersatu, be rdaulat, adil dan makmur”. Para pendiri negara menyadari bahwa hanya dengan menjadi bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur bangsa Indonesia menjadi bermartabat dan dihormati bangsa-bangsa lain. Era global dan reformasi di Indonesia melalui demokratisasi yang melaju cepat berdampak pada terabaikannya nilai-nilai kepribadian bangsa. Sepuluh tanda zaman yang perlu diwaspadai menurut versi Thomas Lickona sebagaimana dipaparkan sebelumnya sudah merasuk dalam kehidupan bangsa kita. Kondisi demik ian telah dirspon oleh berbagai kalangan, terutama dari kalangan pendidikan. Kemendiknas misalnya, telah merespon dengan merancang program pendidikan karakter sebagai mempertahankan pilar kebangsaan dapat menggunakan dua model pendekatan yaitu: 1 keteladanan, dan 2 pembelajaran. Tujuan pendidikan karakter dilakukan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan karakter meliputi dan berlangsung pada hal-hal berikut.

1. Pendidikan Formal

Pendidikan karakter pada pendidikan formal berlangsung pada lembaga pendidikan TKRA, SDMI, SMPMTs, SMAMA, SMK, MAK dan Perguruan Tinggi melalui pembelajaran, kegiatan ko dan ekstrakurikuler, penciptaan budaya satuan pendidikan, dan pembiasaan. Sasaran pada pendidikan formal adalah peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan. Cintih semua elemen sekolah mematuhi peraturan, selalu menjaga kebersihan sekolah. Misalnya selalu membuang bukuns makanan pada tempatnya atau memungut bungkus roti di lantai kemudian di buang di tempat sampah

2. Pendidikan Nonformal

Pada pendidikan nonformal pendidikan karakter berlangsung pada lembaga kursus, pendidikan kesetaraan, pendidikan keaksaraan, dan lembaga pendidikan nonformal lain melalui pembelajaran, kegiatan ko dan ekstrakurikuler, penciptaan budaya satuan pendidikan, dan pembiasaan. Sasaran pada pendidikan nonformal adalah peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan.

3. Pendidikan Informal

Pendidikan karakter pada pendidikan informal berlangsung pada keluarga yang dilakukan oleh orang tua dan orang dewasa lain terhadap anak-anak yang menjadi tanggungjawabnya. Contohnya bapak dan ibu senantiasa mencerminkan dan mengajarkan perilaku jujur, tertib sosial, disiplin, santun berbicara dan bersikap, tertib beribadah. Misalnya orang tua yang beragama Islam membiasakan mengajak sholat