9 Pelanggaran Lalu Lintas dan Aturan Hukumnya
234 PEDOMAN PK2 DAN P2MABA |
adalah tatanan paling sulit yang ada di sebuah negara, banyak sekali presentasi pelanggaran hukum dalam berlalu lintas setiap hari ini, dari hari kehari jika sebuah
negara yang tidak taat hukum maka buruknya etika dalam berlalu lintas akan semakin menjadi jadi dan menjadi kebiasaan. Etika manusia dilahirkan dari sebuah adat atau
kebiasaan sebelumnya, atau bahkan meniru etika berlalu lintas yang buruk demi ke egoisan yang ada.
Pihak yang berwajib dalam berlalu lintas adalah polisi, polisi berfungsi sebagai pengatur lalu lintas, dimana jika ada lalu lintas yang bermasalah atau pun berkendala
polisi wajib hukumnya untuk membenahi masalah tersebut. Membahs soal etika, polisi adalah pihak yang seharusnya mengayomi masyarakat tetapi entah mengapa justru etika
yang tidak baik seringkali muncul, mungkin tidak semua polisi demikian tetapi penulis banyak menjumpai polisi yang beretika demikian, seperti bersantai dikala waktu kerja,
di kala jam nya bertugas untuk mengatur lalu lintas yang tertib polisi ini mengandalkan lampu merah yang sering kali di terobos oleh pengguna jalan. Lalu ada juga polisi yang
memberikan sanksi tidak adil atau tidak sesuai dengan hukum yang ada, ini juga yang membuat etika dalamberlalu lintas tidak sehat, dan tidak sebagaimana mestinya.
Hukum adalah himpunan petunjuk hidup pelanggaran atau larangan yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat yang seharusnya ditaati oleh anggota
masyarakat dan jika dilanggar dapat menimbulkan tindakan dari pemerintah kepada masyarakat itu Menurut pernyataan E. Utrecht, hukum adalah sebagai alat dari pada
penguasa yang dapat memberi atau memaksakan sanksi terhadap pelanggar hukum karena dalam penegakan hukum jika terjadi pelanggaran menjadi monopoli
penguasa.Bagaimana kita bisa menciptakan etika yang baik dan luhur sedangkan para penegak hukum saja sudah banyak yang tidak jujur.Terlepas dari polisi dan para
penegak hukum, pengendara merupakan pengguna lalu lintas, sehingga etika pun sangat penting sekali dalam bidang berkendara, karena dalam mengendarai suatu kendaraan
jika kita tidak mempunya etika maka akan selalu melanggar aturan yang telah di buat, Indonesia seperti salah satu negara yang pengguna lalu lintasnya banyak melanggar tata
tertib, seperti mengendarai motor tanpa mempunyai SIM, tidak menggunakan helm, berboncengan tiga, menggunakan alat komunikasi saat berkendara, menyerobot jalur
pengendara lain, menerobos lampu merah, melewati batas garis zebra kros, etika ini bertahan sampai sekarang karena kebiasan yang telah lama di biarkan dan tidak begitu
di tegaskan, padahal semua pelanggaran jika angkanya terus menaik akan membahayakan perlalu-lintasan yang ada.
Patuh hukum memang memerlukan biaya yang mahal. Sebagai contoh dalam hal berkendara di jalan raya. Untuk mematuhi hukum setiap pengendara sepeda motor
misalnya harus memiliki SIM, STNK, mengenakan helm yang standart, serta perangkat kendaraan yang laik jalan. Di sisi lain untuk melanggar hukum, biayanya akan lebih
mahal lagi, yaitu ancaman denda ini jauh lebih mahal daripada denda yang dikenakan terhadap berbagai kejahatan yang diancamkan dalam KUHP. Kecelakaan seringkali
| BUDAYA TERTIB DAN TAAT ATURAN 235
terjadi karena pengendara tidak tertib dan berkendara seakan tanpa aturan yang harus dipatuhi. Padahal sudah ada undang-undang lalu lintas yang seharusnya diberlakukan
sejak tahun 1993, yaitu UU No. 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas Jalan ya ng kemudian dilengkapi oleh UU No. 22 tahun 2009.
Logikanya disiplin berlalu lintas seharusnya tetap ditegakkan. Secara teoritis untuk membentuk disiplin masyarakat haruslah melalui proses pelembagaan
instituliza tion
hal ini disebabkan karena norma-norma dalam berlalu lintas bukanlah norma yang tumbuh dari nilai-nilai sosial dalam kehidupan sehari-hari. Suatu norma
terlembaga
institutiona lized
dalam suatu sistem sosial tertentu, apabila dipenuhi paling sedikit tiga syarat, yakni : sebagian terbesar dari warga suatu sistem sosial
menerima norma tersebut, norma-norma tersebut telah menjiwai bagian terbesar warga- warga sistem sosial tersebut, dan Norma tersebut bersanksi.
Adaptasi masyarakat terhadap norma-norma tersebut akan memerlukan waktu yang relatif lama, dan ini adalah suatu hal yang normal. Adaptasi itu harus dilakukan
melalui proses edukasi dan karenanya memerlukan biaya yang besar. Karena itu norma yang dibuat hendaknya juga harus memiliki nilai filosofis, logika serta sosiologisnya,
disamping tentu saja yuridis. Hal ini untuk menghindari kesia-siaan dalam proses internalisasi di masyarakat. Kegagalan alam adaptasi akan mengakibatkan pemidanaan.
236 PEDOMAN PK2 DAN P2MABA |
BAB 12
BAHAYA PEN YALAHGUNAAN NARKOBA DAN ASPEK HUKUMNYA
Kepala pelaksana harian BNN, Irjen Goris Merre di Belawan mengungkapkan, “Penggunaan narkoba di Indonesia sekarang ini ada kecenderungan meningkat. Beberpa
tahun yang lalu ada sekitar 2,9 juta sampai 3,2 juta orang terkena narkoba”. Dari
pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa barang yang hanya menjajikan kebahagiaan sesaat itu telah dinikmati oleh penduduk Indonesia, bahkan tidak hanya menyerang orang
dewasa, tetapi para remaja pun tidak ketinggalan. Penyalahgunaan narkoba yang terdiri atas narkotika, psikotropika, dan zat adiktif saat ini justru semakin membius para remaja,
khususnya remaja yang masih berkecimpung dalam dunia pendidikan. Remaja yang dimaksud adalah para pelajar dan mahasiswa Indonesia. Beberapa macam narkoba yang
beredar di Indonesia ditunjukan dalam gambar 12-1.
Ga mbar 12-1Tren konsumen narkoba di Indonesia
Berdasarkan kondisi seperti yang telah dijelaskan di atas, Polres Jember telah berhasil
untuk menunjukkan
kondisi Kabupaten
Jember berkaitan
dengan penyalahgunaan narkoba tahun 2009 yang terdiri atas data statistik jumlah kasus narkoba
dan persentase pengguna. Data statistik kasus narkoba yang terjadi di Kabupaten Jember dapat dilihat pada tabel 12-1 -tabel 12-5 di bawah ini.
Tabel 12-1 Data Statistik Po lres Je mber Berkaitan dengan Kasus Narkoba Tahun 2009 - 2012
No. LP
Kasus Tsk
or ang
Sidik SP2HP
P21 Sabu
Ganja Obat