| KORUPSI DALAM PERSPEKTIF HUKUM DAN UPAYA PENCEGAHANNYA 227
Tentunya untuk meningkatkan kesadaran hukum masyarakat sejak dini, diperkenalkanlah tentang hukum sehingga masyarakat mengetahui dan memahami
hukum sehingga menciptakan sikap hukum dan menjadi pola prilaku hukum, di mana masyarakat akan patuh dan taat terhadap hukum. Sebagaimana diungkapkan oleh
Soetandyo Wignjosoebroto, bahwa untuk meningkatkan kesadaran hukum masyarakat harus dilaksanakan program-program yang lebih edukatif, tidak hanya untuk
menjadikan masyarakat tahu isi hukum atau undang-undang yang telah diundangkan tetapi lebih dari itu, yakni untuk menjadikan masyarakat bangkit kesediaan mereka
untuk menghormati dan menaati hukum atau undang-undang yang telah mereka ketahui dengan penuh kesadaran dan komitmen.
14
Inilah salah satu cara untuk mencegah kejahatan korupsi yakni, meningkatkan kesadaran hukum masyarakat sejak dini, mulai dari tingkat siswa, mahasiswa sampai
orang dewasa. Diperkenalkan tentang tindak pidana korupsi beserta aturan-aturannya dan membangkitkan kesediaan mereka untuk mentaati undang-undang tersebut
sehingga tidak mencoba-coba untuk melakukan korupsi.
Selain itu, sebenarnya masyarakat kita memiliki budaya jujur dan hal ini telah dipraktikkan oleh orang tua kita terdahulu, dimana transaksi-transaksi khususnya yang
bersifat keperdataan seperti jualbeli, hutang piutan dan perjanjian-perjanjian semuanya didasari oleh kepercayaan kejujuran. Berkembangnya kehidupan dan munculnya sikap
materialisme yang dipengaruhi oleh globalisasi budaya jujur tersebut terkikis bahkan sudah mulai hilang pudar, masyarakat telah berlomba-lomba melebihi kebutuhan
hidupnya dengan menghalalkan segala cara, prilaku yang demikian menimbulkan sikap koruptif bahkan sebagaimana dikatakan o
leh Robert Klitgaard sebagai “budaya korupsi”. Tentu saja yang disebut Klitgaard bukan hakekat keberadaan “budaya” atau
semua orang Indonesia melakukan korupsi, sehingga sulit untuk diperangi dengan cara apapun, tetapi situasi dan sikap permisif masyarakat terhadap tindak pidana korupsi
menyebabkan prilaku korupsi berkembang di tengah-tengah masyarakat. Berprilaku jujur mulai sejak dini menjadi modal penting untuk mencegah terbentuknya sifat
koruptif.
15. 4 Penutup
Tidak ada seorangpun yang menyepakati perbuatan korupsi karena dampak yang ditimbulkan sangat luarbiasa, baik dari sisi perekonomian, pembangunan dan
bahkan moral. Mencegah dan memberantasnya meupakan keharusan, namun dalam mencegah dan memberantasnya dibutuhkan strategi-strategi agar pencegahan dan
pemberantasan korupsi dapat berjalan efektif. Dari sisi penegakan hukum terus
14
Soetandyo Wignjosoebroto, Hukum Da la m Ma sya raka t, Bayumedia , Malang, 2008, hlm. 157.
228 PEDOMAN PK2 DAN P2MABA |
dilakukan bahkan sudah sesuai dikembangkan model-model baru, seperti perampasan aset, pemiskinan dan saat ini berkembang wacana agar ada efekjera bentuk pidana
korupsi ditekankan pada denda empat kali lipat. Disamping upaya penegakan untuk memberantas korupsi harus juga didampingi dengan upaya pencegahan salah satunya
dengan memberi pengetahuan tentang korupsi sejak dini, khususnya perbuatan- perbuatan korupsi yang telah diatur dalam UU Tindak P idana Korupsi, selain itu,
meningkatkan nilai kejujuran sejak dini.
| LATIHAN KEDISIPLINAN 229
BAB 16
LATIHAN KEDISIPLIN AN
16. 1 PERATURAN BARIS BERBARIS
Baris Berbaris merupakan suatu wujud latihan fisik yang diperlukan guna menanamkan kebiasaan dalam tata cara kehidupan militer yang diarahkan kepada
terbentuknya suatu perwatakan tertentu. Militer diperlukan disiplin yang tinggi baik secara perorangan maupun kelompok untuk menanamkan disiplin dengan cara
latihan terus menerus sehingga tertanam rasa tanggung jawab terhadap tugas- tugas yang diberikan kepadanya. Salah satu diantaranya untuk menanamkan disiplin
adalah dengan latihan Baris Berbaris yang telah diatur dalam Peraturan Baris Berbaris.
16.1.1. Maksud dan Tujuan. a. Maksud. Naskah Departemen ini disusun dengan maksud untuk dijadikan
salah satu bahan ajaran pada Pendidikan dan Pelatihan Belanegara. b. Tujuan. Agar Prajurit Siswa memahami tentang Peraturan Baris Berbaris
PBB sebagai bekal pengetahuan dan mampu menerapkannya dalam pelaksanaan tugas.
16.1.2. Ruang Lingkup dan Tata Urut. Naskah Sekolah Sementara ini tentang Peraturan Baris Berbaris
meliputi: Gerakan Perorangan Tanpa Senjata, Gerakan Berjalan Tanpa Senjata, Gerakan Perorangan Pasukan Bersenjata, Gerakan Perorangan Pasukan
Bersenjata dan Baris Berbaris Tingkat Kompi, dengan tata urut sebagai berikut:
a. Pendahuluan.
b. Gerakan Ditempat.
c. Gerakan Berjalan
d. Baris Berbaris Tingkat Kompi.
e. Evaluasi Akhir Pelajaran.
f. Penutup.
16.1.3. Pengertian. Baris Berbaris adalah suatu wujud latihan fisik yang diperlukan guna
menanamkan kebiasaan dalam tata cara kehidupan militer yang diarahkan kepada terbentuknya suatu perwatakan tertentu.
230 PEDOMAN PK2 DAN P2MABA |
16.1.4. Ketentuan Khusus. a.
Para pimpinan wajib mengetahui dan mengenal adanya kegunaan serta senantiasa menegakkan peraturan tersebut.
b. Para pembantu pimpinan kader wajib paham isinya, mahir
mengerjakannyadan mampu melatihnya. c.
Semua TNI baik Perwira, Bintara dan Tamtama wajib melaksanakan secara tertib tepat serta dilarang merubah, menambah atau
mengurangi yang tertera dalam Peraturan Baris Berbaris ini.
16. 2 GERAKAN DITEMPAT
16.2.1. Umum. Gerakan dalam Peraturan Baris Berbaris dapat dilakukan tanpa
bersenjata atau dengan bersenjata. Sebelum melaksanakan gerakan perorangan bersenjata harus melaksanakan terlebih dahulu gerakan perorangan tanpa senjata
dengan baik dan benar.
16.2.2. Sikap Sempurna. Aba-aba : S i a p = GERAK.
Pelaksanaan : Pada aba-aba pelaksanaan badan tubuh berdiri tegap, kedua tumit rapat
kedua kaki merupakan sudut 45°, lutut lurus dan paha dirapatkan berat badan dibagi atas kedua kaki. Perut ditarik sedikit dan dada di busungkan, pundak
ditarik kebelakang sedikit dan tidak dinaikkan. Lengan rapat pada badan, pergelangan tangan lurus, jari-jari tangan menggengam tidak terpaksa dirapatkan
pada paha, punggung ibu jari menghadap kedepan merapat pada jahitan celana, leher lurus, dagu ditarik sedikit ke belakang, mulut ditutup, mata memandang
lurus mendatar kedepan, bernapas sewajarnya.
16.2.3. Sikap Istirahat. Aba-aba : I s t i r a h a t - d i - t e m p a t = GERAK.
Pelaksanaan : a.
Pada aba-aba pelaksanaan, kaki kiri dipindahkan kesamping kiri, dengan jarak sepanjang telapak kaki ± 30 cm .
b. Kedua belah lengan dibawa kebelakang dibawah pinggang, punggung
tangan kanan diatas telapak tangan kiri, tangan kanan dikepalkan dengan dilemaskan, tangan kiri memegang pergelangan tangan kanan
diantara ibu jari dan telunjuk serta kedua lengan dilemaskan, badan tidak bergerak.
| LATIHAN KEDISIPLINAN 231
Catatan : 1
Dalam keadaan Parade dimana diperlukan pemusatan pikiran dan kerapihan, istirahat dilakukan atas aba-
aba “ Parade - I s t i r a h a t - d i - T e m p a t
= GERAK ”. Pelaksanaan : Sama dengan tersebut di atas, hanya tangan ditarik ke
atas sedikit di pinggang, tidak boleh bergerak, berbicara dan pandangan tetap kedepan.
2 Dalam keadaan Parade maupun bukan Parade apabila akan diberikan
sesuatu amanat oleh atasan, maka istirahat dilakukan atas aba-aba : Untuk perhatian - I s t i r a h a t - d i - T e m p a t = GERAK.
3 Dalam istirahat apabila akan diberikan suatu amanat oleh atasan, maka
istirahat dilakukan dengan aba-aba : SAMBIL ISTIRAHAT PERHATIAN atau Atasan memberikan awal amanat Para Perwira,
Bintara, Tamtama dan segenap Pegawai Negeri Sipil yang saya hormati dan saya banggakan.
Pelaksanaan : Pasukan secara serentak mengambil sikap sempurna menghitung dalam hati satu, dua irama sedang kemudian pasukan
kembali ke sikap istirahat dengan pandangan ditujukan kepada yang memberikan perhatian. Pada akhir perhatianamanat pasukan secara
serentak mengambil sikap sempurna menghitung dalam hati satu, dua irama sedang kemudian kembali ke sikap istirahat dengan pandangan
lurus ke depan.
16.2.4. Periksa Kerapihan. Aba-aba : P e r i k s a k e r a p i h a n = MULAI.
a. Tanpa senjata.
1 Periksa kerapihan dimaksudkan untuk merapihkan perlengkapan
yang dipakai anggota pada saat itu dan pasukan dalam keadaan istirahat.
2 Pelaksanaan:
a Pada aba-aba peringatan, pasukan secara serentak
mengambil sikap sempurna. b
Pada saat aba-aba pelaksanaan dengan serentak membungkukkan badan masing-masing, mulai memeriksa
atau membetulkan perlengkapannya dari bawah Ujung kaki ke atas sampai tutup kepala.
c Setelah yakin sudah rapih, masing - masing anggota
pasukan mengambil sikap sempurna.