Pelayanan tindakan pemulihan Pedoman PK2 2017 Final

142 PEDOMAN PK2 DAN P2MABA| geo-politik, geo-ekonomi dan geo-kultural dalam konteks hubungan internasional, khususnya hubungan antara negara Dunia Pertama dan Ketiga. Sikap kritis akan berkorelasi dengan tingkat intelektualitas mahasiswa. Hal ini lah yang akan membedakan mahasiswa yang berkualitas dengan yang kurang berkualitas. Menumbuhkan sikap kritis melalui peningkatan intelektualitas mahasiswa tersebut dilakukan dengan menumbuhkan budaya membaca, menulis, dan diskusi dikalangan mahasiswa sehingga akan tercipta amosfer kampus yang dinamis dan solutif yang mampu menciptakan mahasiswa dengan kapasitas kelimuaan dan intelektualitas tingkat tinggi. Tentunya hal tersebut perlu adanya sinergisitas dan kerja bersama antara birokrat kampus, dosen, dan organisasi mahasiswa. Berikut adalah beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan sikap kritis, kepekaan, kepeduliaan terhadap kondisi sekitar, dan keinginan untuk terus berkembang antara lain: 1. Sering terlibat dalam lingkungan yang dinamis 2. Perluas wawasan 3. Cari tahu dan ambil kesempatan 4. Komitmen dan teguh 5. Berusaha optimal 6. Terus besemangat dalam belajar dan berlatih 7. Berani mencoba dan berani gagal 8. Nikmatilah 9. Selalu berusaha dekat dengan Yang Maha Kuasa 10. Mulai lah dari hal yang kecil Sedangkan, berikut ini adalah hal – hal yang sering menyebabkan seseorang enggan bersikap kritis, peka, dan peduli, diantaranya: 1. Fanatisme 2. Kurangnya pemahaman pada suatu kasus 3. Merasa paling pintar 4. Bersikap subjektif 5. Sempitnya wawasan dan perspektif 6. Zona nyaman 7.1.2. Kritis yang Etis, Analitis dan Solutif Banyak pendapat yang sering mengatakan bahwa dalam menyampaikan pendapatnya, mahasiswa cenderung emosional dan kurang menampilkan argumentasi-argumentasi rasional. Padahal, keterlibatan aktif mahasiswa dengan kondisi masyarakat memerlukan dasar-dasar logis agar dapat difahami dan diterapkan anggota masyarakat khususnya masyarakat kecil dan miskin. Pendapat tersebut barangkali yang sekarang ini mulai dipercayai oleh sebagian masyarakat Indonesia, bahwa mahasiswa Indonesia hanya bisa berteriak – | MANAJEMEN DIRI 143 teriak di pinggir jalan, meneriakan keadilan tanpa memahami betul permasalahan apa yang sebenarnya mereka sedang perjuangkan. Hal ini juga yang membuat mindset masyarakat kepada aksi dan demonstrasi mahasiswa cenderung negatif karena berujung pada anarkisme dan kerusuhan. Mahasiswa sebagai kaum intelektual dalam menunjukan sikap kritis, peka, dan pedulinya harus juga dilakukan dengan cara – cara yang intelek, elegan, dan bijaksana. Karena itu dalam mengeluarkan sikap kritisnya mahasiswa harus berpedoman atau memegang teguh prinsip etis sesuai norma, analitis mengadakan analisa sehingga mempunyai data kuat mengenai sesuatu masalah, dan solutif mempunyai solusi terhadap masalah yang sedang diangkat. “Pribadi berilmu nan sa ntun jauh lebih terhorma t da ripa da memiliki sejuta ilmu tanpa akhlak mulia”. Sesungguh sikap dan karakter seperti itulah yang bisa disebut sebagai mahasiswa sejati: sang intelektual, sang perubahan. 7.1.3. Semangat Berprestasi dan Berkontribusi tindakan Motivasi atau semangat berprestasi merupakan faktor primer seseorang agar berhasil mencapai sesuatu. Hal ini didasarkan atas kesadaran pribadi yang akan menggerakan seseorang untuk melakukan tindakan. Mahasiswa dapat meraih prestasi tinggi jika ia mempunyai kesadaran tinggi yang dapat mendorong dirinya sendiri untuk meraih apa yang ia telah rencanakan. Kesadaran mencapai sesuatu dapat dicapai jika mahasiswa mampu memahami makna atau esensi keberadaannya di kampus dan kehidupan ini. Persepsi ini dapat dicapai mahasiswa dengan menyerap dan mengolah informasi dari lingkungannya baca: kampus. Persepsi positif terhadap kampus dapat menumbuhkan semangat berprestasi. Mahasiswa yang mempunyai persepsi positif terhadap kampusnya mempunyai motivasi berprestasi yang jauh lebih besar kepada kampusnya untuk mengharumkan almamaternya. Semangat berprestasi jika tidak diimbangi dengan semangat berkontribusi kepada almamater, masyarakat, dan bangsanya maka hanya akan menghasilkan mahasiswa – mahasiswa yang egois; egois dengan prestasi personalnya masing – masing. Karenanya sikap kritis, peduli, dan peka terhadap kondisi di sekitar kita harus kemudian membawa penumbuhan motivasi berprestasi dan sekaligus berkontribusi utuk kejayaan dan kemajuan almamater, masyarakat, bangsa, dan negara. Semangat berkontribusi untuk membangun kejayaan almamater tercinta. Karena sejatinya, kampus, masyarakat dan negara ini tidak akan pernah menjadi apa-apa tanpa peran dari setiap kita yang kita berikan, sesuai dengan kemampuan, keahlian, dan kapasitas kita. The worth of a sta te, in the long run is the worth of individua ls composing it John Stuart Mill. Jika kita ingin membangun sebuah negara yang besar dan