2 Panduan Pembuatan Blog Pedoman PK2 2017 Final

| BUDAYA TERTIB DAN TAAT ATURAN 219 lingkungan yang baik dan teman yang baik serta memiliki sikap disiplin yang tinggi maka sudah pasti ia akan meneruskan sikap disiplin itu hingga dewasa agar ia mudah dalam menyelesaikan tugas-tugasnya sebagai mahasiswa. Akan tetapi apabila ia tinggal dan dibesarkan dilingkungan yang kurang baik dengan teman-teman bergaul yang sikap disiplinnya rendah maka ia akan banyak mengalami kesulitan-kesulitan dalam kehidupannya sebagai mahasiswa jika tidak sesegera mungkin menanamkan sikap disiplin di dalam dirinya. Apabila seorang mahasiswa sudah memiliki sikap disiplin di dalam dirinya atau kehidupannya maka mahasiswa tersebut akan lebih mudah dalam menyelesaikan tugas kuliah karena hanya dengan sikap disiplin yang tinggi tugas-tugas kampus dapat selesai tepat waktu sehingga prestasi belajarnya juga akan terus meningkat. Kehidupan Mahasiswa di kampus penuh dengan berbagai aktivitas dan kesibukan yang tidak hanya memiliki tugas-tugas atau masalah dari kampus melainkan dari luar kampus juga ada seperti aktif dalam organisasi intra dan ekstra universitas yang diikutinya serta masalah dan tugas yang ada di rumah atau keadaan yang ada di dalam keluarganya. Untuk menghadapi masalah-masalah atau tugas-tugas yang dihadapinya itu sangat penting ia memiliki sikap disiplin serta tanggung jawab yang besar agar semuanya dapat terselesaikan dengan baik. Bila mahasiswa tersebut tidak memiliki sikap disiplin dan tanggung jawab yang tinggi maka semuanya itu akan berdampak pada prestasinya yang rendah. Oleh karena itu prestasi yang tinggi, aktif dalam organisasi intra dan ekstra serta mendapat dukungan atau motivasi dari keluarga hanya mungkin diraih atau dilakukan oleh mahasiswa yang memiliki sikap disiplin, taat aturan dan tanggung jawab yang tinggi. Pada dasarnya, tata tertib dan peraturan-peraturan yang dibuat di kampus adalah untuk mengajarkan mahasiswa-mahasiswi untuk lebih disiplin dalam segala hal terkait bidang akademik dan non-akademik. Seperti tata tertib ujian, tata tertib di kelas, tata tertib di laboratorium, tata tertib di bengkel dan aturan-aturan lainnya diterapkan di universitas jember dalam rangka membentuk sikap disiplin mahasiswa dan sikap taat pada aturan. Barangkali, terkadang ada mahasiswa yang beranggapan bahwa sulit untuk bisa menjadi seseorang yang berdisiplin karena mereka menganggap bahwa mahasiswa identik dengan kebebasan, terlebih-lebih kebebasan yang tanpa aturan sehingga mahasiswa seperti ini dipandang oleh orang awam sebagai sosok yang sarat dengan kesemerawutan dan ketidakteraturan. Bila mahasiswa yang demikian lebih banyak dalam suatu perguruan tinggi maka citra buruklah yang akan didapat oleh perguruan tinggi tersebut dan dapat berakibat hilangnya kepercayaan masyarakat.

11. 4 Budaya Tertib Antri dan Tertib Berlalu Lintas

Harus kita akui dengan jujur bahwa masyarakat kita saat ini sebagian besar masih berprilaku buruk dalam hal antri dan berlalu lintas. Buruknya prilaku antri 220 PEDOMAN PK2 DAN P2MABA | dan lalu lintas ini dapat kita temui setiap hari dan diberbagai tempat. Misalnya di jalan raya masih banyak pengemudi yang seenaknya berlaku di jalan raya tanpa mempedulikan pihak lain yang juga menggunakan jalan tersebut. Sifat egois yang harus dibuang dan rendahnya kesadaran yang perlu dibenahi oleh setiap pengguna jalan agar tercipta budaya berlalu lintas yang tertib serta nyaman sehingga keselamatan di jalan dapat terwujud bagi setiap pengguna jalan. Kesadaran yang tinggi dari para pengguna jalan dirasa menjadi solusi terbaik untuk mengatasi hal tersebut. Oleh karena itu pendidikan sejak usia dini untuk mengenalkan dan menerapkan budaya tertib antri dan tertib berlalu lintas merupakan hal yang sangat urgen bagi bangsa kita agar geerasi yang akan datang menjadi generasi yang memiliki budaya tertib antri dan tertib berlalu lintas. 11.4.1. Budaya Antri Budaya antri sepertinya masih merupakan barang mahal dan sulit ditemui di kehidupan masyarakat Indonesia. Saling serobot dan membuat antrian baru sering terjadi meskipun sudah ada jalur antrian sehingga jalanan yang macet menjadi sulit diurai karena jalur antrian yang baru membuat penumpukan antrian dan terjadilah antrian yang tidak tertib merupakan ciri khas mengantri di Indonesia. Mengantri seolah menjadi aktivitas yang membosankan dan tidak menyenangkan, mengapa hal tersebut bisa demikian?. Apakah memang karakter orang Indonesia yang tidak disiplin dan tidak menghargai orang lain atau prilakunya selalu memandang orang lain rendah dan merasa dirinya lebih penting diutamakan sehingga membuat antrian sulit sekali tertib?. Budaya mengantri ini mestinya diajarkan oleh orang-orang terdekat dalam hal ini orang tua ataupun guru sejak usia dini di taman kanak-kanak. Orang tua ataupun guru yang mengajari anaknya menerobos atau bahkan mengambil hak orang lain agaknya perlu disekolahkan ulang ke tingkat sekolah dasar atau taman kanak-kanak. Oleh sebab itu kita sebagai mahasiswa yang menempuh pendidikan tinggi harus malu kalau masih tidak tahu mengantri dengan tertib. Kita tidak perlu menutup mata dan kita harus jujur mengakuinya bahwa krisis moral sedang terjadi di masyarakat kita sehingga akhlaknya juga mengalami penurunan. Dijalanan mudah kita dapati orang-orang yang rendah penghargaannya terhadap orang lain, tampilannya ingin dihargai tetapi tidak bisa menghargai orang lain. Sikap penghargaan terhadap orang lain lebih didasarkan pada siapa orangnya dengan embel-embel identitas yang melekat pada orang tersebut atau didasarkan pada identitas dan status. Dengan demikian wajar apabila dalam mengantri banyak yang menyerobot antrian karena tidak sabar, karena dirinya ingin cepat, karena dirinya ingin diutamakan dan tidak menghargai orang lain yang telah mengantri. Perubahan dari masyarakat yang tadinya dikenal sebagai masyarakat yang ramah dan saling menghargai sesama menjadi masyarakat yang lebih mengutamakan diri | BUDAYA TERTIB DAN TAAT ATURAN 221 sendiri sebenarnya merupakan pergeseran nilai-nilai dari budaya sebelumnya yang lebih mengutamakan kepentingan bersama demi keharmonisan sosial menjadi individual yang egois dan hanya mementingkan diri sendiri. Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Salah satu penyebabnya karena penegakan aturan di Indonesia tidak dilakukan secara jelas dan tegas demikian juga dalam aturan mengantri. Barangkali kita semua pernah mengantri dan melihat dalam sebuah antrian panjang dimana terdapat orang-orang yang mengantri dengan tertib dalam waktu yang lama. Namun ketika terdapat orang-orang yang kemudian menyerobot antrian, apakah ada konsekuensi terhadap orang tersebut? Terlebih lagi jika orang yang menyerobot antrian memiliki status sosial yang lebih tinggi dari yang lainnya, sangat sering orang yang menyerobot antrian mendapatkan pelayanan terlebih dahulu dibandingkan dengan orang-orang yang mengantri. Bagaimana rasanya orang-orang yang sudah mengantri? Jengkel, marah, dan suasana emosi negatif lainnya, dan hal inilah yang menstimulasi orang-orang yang awalnya mengantri dengan tertib kemudian ikut-ikutan menyerobot dan rusaklah antrian yang awalnya tertib menjadi semrawut. Bandingkan dengan sistem antrian yang ada di beberapa negara maju seperti Jepang, Amerika dan negara-negara di Eropa yang terkenal dengan kedisiplinan dan ketertiban yang tinggi. Orang-orang yang menyerobot antrian mendapatkan sindiran dari orang-orang yang telah mengantri terlebih dahulu. Bahkan orang-orang yang mengantri diam saja ketika ada penyerobot bukan berarti mereka tidak peduli namun karena mereka mengetahui bahwa penyerobot antrian tidak akan mendapatkan pelayanan. Sistemlah yang membuat mereka tertib mengantri. Masyarakat kita membutuhkan sistem yang tegas bagi masyarakat Indonesia dalam mengantri. Sebagai upaya mewujudkan sistem yang membentuk perilaku tertib mengantri. Bila sistem ini benar-benar diterapkan dan aturan antri dipatuhi oleh semu masyarakat tanpa kecuali, maka tertib antri pasti bisa diwujudkan. Buktinya ada orang-orang Indonesia yang berada di negara lain yang menerapkan mengantri tertib dapat mengantri sesuai aturan. Namun ketika kembali ke Indonesia tidak berbeda dengan masyarakat Indonesia lainnya yang mengantri tidak tertib. Mengapa terjadi demikian? Karena budaya antri memang harus dipatuhi oleh semuanya tanpa kecuali. Kalau hanya sebagian saja yang tertib antri dan sebagian lain tidak, hal ini akan menyebabkan yang tertib ikutan tidak tertib. Oleh karena itu mari bersama-sama seluruh civitas Universitas Jember untuk mempelopori dan mewujudkan masyarakat yang tertib antri. Semoga mengantri dengan tertib dapat menjadi budaya masyarakat kita. Mengantri lurus ke belakang, maju secara teratur, tidak berjubel dan berdesak-desakan sehingga semuanya merasa nyaman dalam mengantri.