PERDAMAIAN ANTARA AL-HASAN DENGAN MUAWIYAH

PERDAMAIAN ANTARA AL-HASAN DENGAN MUAWIYAH

Demi melihat pasukan beliau tercerai berai al-Hasan bin Ali marah besar kepada mereka. Saat itu juga beliau menulis surat kepada Mu'awiyah -yang pada waktu itu sudah berangkat bersama pasukan Syam dan singgah di tempat bernama

Maskin 1127 yang isinya mengajak Mu'awiyah berdamai. Lalu Mu'awiyah mengutus

1125 1126 Asywathu yakni menikamnya hingga nyaris membunuh beliau. Silahkan lihat kitab an-Nihayah, 2/511. Diriwayatkan oleh Ibnu Sa'ad dalam Thabaqatnys, 1/286 namun sanadnya dhaif. 1127 Maskin adalah nama sebuah tempat di Iraq dekat sungai Dujail, silahkan lihat Mu'Jamul Buldan, 5/1

Abdullah bin Amir dan Abdurrahman bin Samurah, untuk menemui al-Hasan. Keduanya berangkat ke Kufah dan menemui beliau. Keduanya memberi harta yang beliau inginkan. Beliau mensyaratkan agar dibolehkan mengambil bagian sebesar lima juta dirham dari baitul mal Kufah dan mensyaratkan agar pajak wilayah Darabjard diserahkan kepada beliau. Dan beliau juga meminta agar tidak boleh seorang pun mencela Ali bin Abi Thalib ra. di depan beliau. Jika syarat- syarat itu dipenuhi rnaka beliau menyerahkan kepemimpinan kepada Mu'awiyah demi menyelamat-kan darah kaum muslimin.

Maka mereka pun menyepakati persyaratan tersebut. Dengan demikian bulatlah suara untuk Mu'awiyah. Dalam hal ini al-Husain mencela kepu-tusan saudaranya itu, yakni al-Hasan. la tidak bisa menerima keputusan itu. Namun kebenaran berada di pihak al-Hasan

Kemudian al-Hasan mengirim perintah kepada Qais bin Sa'ad selaku panglima detasemen agar mendengar dan patuh kepada Mu'awiyah.

Menurut catatan yang masyhur, al-Hasan berbai'at kepada Mu'awiyah pada tahun 40 H. Oleh sebab itu tahun tersebut dinamakan tahun jama'ah. Karena suara kaum muslimin bulat untuk Mu'awiyah. Menurut pendapat yang masyhur dari Ibnu Jarir dan pakar sejarah lainnya menyebutkan bahwa peristiwa itu terjadi pada

tahun 41 H. 1128 Ibnu Katsir berkata, "Al-Hasan adalah sayid kaum muslimin, salah seorang

ulama', orang yang lembut dan cerdik pandai di kalangan sahabat. Dalil yang menunjukkan bahwa beliau termasuk salah seorang Khulafa'ur Rasyidin adalah

hadits yang kami bawakan dalam kitab Dala'il an-Nubuwah 1129 melalui beberapa jalur dari Safinah Maula Rasulullah saw. bahwa Rasulullah saw. bersabda,

"Khilafah sesudahku tiga puluh tahun, setelah itu akan muncul raja-raja." Khilafah genap tiga puluh tahun dengan dibai'atnya al-Hasan bin Ali menjadi

khalifah. Beliau melepaskan kekhalifahan kepada Mu'awiyah pada bulan Rabi'ul Awal tahun 41 H. Berarti genap tiga puluh tahun setelah Rasulullah saw. wafat pada bulan Rabi'ul Awal tahun 11 H. Ini merupakan tanda kenabian yang sangat besar. Rasulullah saw. telah memuji perbuatannya itu. la meninggalkan dunia yang fana ini dan memilih akhirat yang kekal abadi. Keputusannya itu menghentikan pertumpahan darah di antara umat ini. la turun dari kekhalifahan dan menyerahkan kekuasaan kepada Mu'awiyah. Hingga kaum muslimin bersatu pada seorang pemimpin.

Sebagaimana disebutkan dalam hadits Abu Bakrah ats-Tsaqafi bahwa pada suatu hari Rasulullah saw. naik ke atas mimbar lalu al-Hasan bin Ali duduk di samping beliau. Beliau menghadap para hadirin dan terkadang menoleh kepada al- Hasan. Kemudian beliau bersabda:

"Wahai sekalian manusia, sesungguhnya cucuku ini adalah sayyid. Allah SWT. akan mendamaikan dua kelompok besar kaum muslimin melalui tangannya." 1130

1128 1129 Tarikh ath-Thabari, 5/162. Al-Bidayah wan Nihayah, 9/153, 169 dan 210. 1130 Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan lainnya sebagaimana yang akan disebutkan nanti.

Ketika al-Hasan menerima bai'at penduduk Iraq beliau mengajukan syarat kepada mereka, "Sesungguhnya kalian harus mendengar dan taat, ber-damai dengan orang yang berdamai denganku dan berperang melawan orang yang aku

perangi." 1131 Penduduk Iraq meragukan dirinya, mereka berkata, "Ini bukan pemim-pin

yang ideal buat kalian." Memang, tidak lama setelah itu mereka menyerang beliau dan nyaris

membunuh beliau. Beliau bertambah benci kepada mereka dan bertambah jauh dari mereka. Saat itulah beliau menyadari ketidaksetiaan mereka dan pembangkangan mereka terhadap beliau. Lalu beliau menulis surat kepada Mu'awiyah dan mengajak beliau berdamai.

Imam al-Bukhari berkata dalam kitab ash-Shulh 1132 dalam Shahih beliau, "Abdullah bin Muhammad telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Sufyan

telah menceritakan kepada kami dari Abu Musa, ia berkata, Aku mendengar al- Hasan berkata, 'Demi Allah SWT., al-Hasan bin Ali mendatangi Mu'awiyah dengan membawa pasukan yang banyaknya seperti gunung-gunung.' Amru bin al- Ash berkata, 'Sungguh aku melihat pasukan besar yang tidak akan mundur hingga menghabisi lawannya.'

Mu'awiyah berkata -ia lebih baik daripada Amru-, 'Jika kedua pasukan ini saling berperang, lalu siapakah yang mengurus urusan manusia? Siapa-kah yang mengurus harta mereka? Siapakah yang mengurus wanita-wanita mereka?"

Lalu Mu'awiyah mengirim dua utusan dari suku Qurais dari Bani Abdi Syams, yaitu Abdurrahman bin Samurah dan Abdullah bin Amir, Mu'awiyah berpesan kepada mereka berdua, 'Pergilah temui lelaki ini (al-Hasan bin Ali), tawarkanlah perdamaian kepadanya, berbicaralah baik-baik kepadanya dan mintalah kepadanya agar menerima tawaran ini.'

Maka keduanya pun menemui al-Hasan dan berbicara dengan beliau serta meminta kepada beliau agar menerima tawaran dari Mu'awiyah. Al-Hasan berkata kepada mereka, 'Kami, Bani Abdul Muth Thalib ra., telah mem-peroleh bagian dari harta ini. Sementara umat ini binasa berkubang darah.'Kedua utusan itu berkata, 'Sesungguhnya Mu'awiyah menawarkan begini dan begini. la meminta agar Anda menerimanya.'

Al-Hasan berkata, 'Siapakah yang sudi membantuku untuk itu?' Keduanya berkata, 'Kami bersedia membantu Anda.' Tidaklah al-Hasan meminta sesuatu kepada keduanya melainkan keduanya

berkata, 'Kami bersedia membantu Anda.' Maka al-Hasan menerima tawaran damai tersebut." Al-Hasan al-Bashri berkata, "Aku mendengar Abu Bakrah berkata, 'Aku

melihat Rasulullah saw. di atas mimbar sementara al-Hasan duduk di samping

1131 Silahkan lihat TtiabaqatIbnu Sa'ad, 1/317 dengan sanad hasan. 1132 Shahih al-Bukhari nam<x 2704.

beliau. Beliau menghadap para hadirin dan terkadang menoleh ke arah al-Hasan kemudian beliau berkata,

"Sesungguhnya cucuku ini adalah sayyid, kelak Allah SWT. akan mendamaikan dua kelompok besar kaum muslimin melalui dirinya."

Imam al-Bukhari berkata, "Ali bin al-Madini berkata kepadaku, 'Se- sungguhnya yang shahih dalam pandangan kami adalah al-Hasan telah mendengar langsung hadits ini dari Abu Bakrah'."

Saya katakan, Imam al-Bukhari telah meriwayatkan hadits ini dalam kitab al-Fitan 13 dari Ali bin Abdillah, yakni Ibnul Madini. Dan dalam kitab Fadhail

al-Hasan 1134 dari Shadaqah bin al-Fadhl, ketiga-tiganya meriwayat-kannya dari Sufyan.

Imam Ahmad meriwayatkannya dari Sufyan -yakni Ibnu Uyainah- dari Israil bin Musa al-Bashri. 1135

Imam al-Bukhari meriwayatkan dalam kitab Dala'ilun Nubuwah dari Abdullah bin Muhammad yakni Ibnu Abi Syaibah dan Yahya bin Adam keduanya

dari Husain bin Ali al-Ju'fi dari Israil dari al-Hasan yakni al-Bashri. 1136 Diriwayatkan juga oleh Ahmad, Abu Dawud dan an-Nasa'i dari hadits

Hammad bin Zaid dari Ali bin Zaid dari al-Hasan al-Bashri. 1137 Demikian pula diriwayatkan oleh Abu Dawud dan at-Tirmidzi dari jalur al-

Asy'ats dari al-Hasan al-Bashri. 1138 At-Tirmidzi berkata, "Hasan shahih." Sementara An-Nasa'i meriwayatkannya dari jalur 'Auf al-A'rabi dan yang

lainnya dari al-Hasan al-Bashri secara mursal. 1139 Imam Ahmad 1140 berkata, "Abdurrazzaq telah menyampaikan kepada kami,

ia berkata, Ma'mar telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Sese-orang yang telah mendengar al-Hasan membawakan hadits dari Abu Bakrah telah mengabarkan kepadaku bahwa Abu Bakrah berkata, 'Suatu ketika Rasulullah saw. *H berbicara di hadapan kami. Sementara al-Hasan bin Ali berada dalam pangkuan beliau. Beliau menghadap para sahabat dan berbicara kepada mereka kemudian menoleh kepada al-Hasan dan menciumnya seraya berkata,

" Sesungguhnya cucuku ini adalah sayyid. Jika diberi umur panjang ia kelak akan mendamaikan antara dim kelompok kaum muslimin."

Abul Hasan Ali bin Muhammad al-Madaini 1141 berkata, "Al-Hasan me- nyerahkan kepemimpinan kepada Mu'awiyah pada tanggal 5 Rabi'ul Awal tahun

41H."

13 1134 Shahih Al-Bukhari, nomor 7109. 1135 Shahih Al-Bukhari, nomor 3746. 1136 Al-Musnad, 5/37 dan 38 Shahih Al-Bukhari, nomor 3269. 1137 Al-Musnad, 5/49, Abu Dawud, nomor 4662 dan Sunanul Kubra karangan an-Nasa'i, nomor 10080. 1138 1139 Sunan at-Tirmidzi, 3773 dan Abu Dawud, 4662. 1140 Sunanul Kubra, 10083 dan 10095 Al-Musnad, 5/47. 1141 Diriwayatkan oleh ath-Thabari dalam Tariktmya, 5/163.

Sementara ulama lainnya mengatakan pada bulan Rabi'ul Akhir. Ada pula yang mengatakan pada awal bulan Jumadil Awal, wallahu

’alam. 1142 Ia juga mengatakan, "Saaf itu juga Mu'awiyah memasuki kota Kufah dan

berkhutbah di hadapan rakyat Iraq setelah dibai'at." Imam at-Tirmidzi telah meriwayatkan dalam kitabnya 1143 , ia berkata,

"Mahmud bin Ghailan telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Abu Dawud ath-Thayalisi telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Al-Qasim bin al-Fadhl al-Huddani telah menyampaikan kepada kami dari Yusuf bin Sa'ad ia berkata, Seorang lelaki bangkit menemui al-Hasan bin Ali setelah Mu'awiyah resmi dibai'at, ia berkata, 'Engkau telah mencoreng wajah kaum mukminin!' atau ia berkata, 'Hai orang yang telah mencoreng wajah kaum mukminin.'

Al-Hasan berkata kepadanya, 'Janganlah mencelaku semoga Allah SWT. me-rahmatimu! Karena Rasulullah saw. dalam mimpi telah diperlihatkan kepada beliau Bani Umayyah di atas mimbar. Beliau tidak suka melihatnya lalu turunlah ayat:

'Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.' (Al- Kautsar: 1).

Wahai Muhammad, al-Kautsar adalah sungai dalam surga. Lalu turunlah ayat:

" Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Qur'an) pada malam kemu- liaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. (Al-Qadr: 1-3). Bani Umayyah akan menguasainya sepeninggalmu wahai Muhammad ’ ."

Al-Qasim berkata, "Kami menghitungnya ternyata jumlahnya genap seribu bulan. Tidak kurang dan tidak lebih satu haripun."

Kemudian at-Tirmidzi berkata, "Hadits ini gharib, kami tidak menge- tahuinya kecuali dari hadits al-Qasim bin al-Fadhl, ia adalah perawi tsiqah, telah dinyatakan tsiqah oleh Yahya al-Qaththan dan Ibnu Mahdi."

Ibnu Katsir berkata, "Akan tetapi gurunya, yaitu Yusuf bin Sa'ad, dise-but juga Yusuf bin Mazin adalah perawi majhul. Hadits dengan lafal di atas tidak diketahui kecuali dari jalur tersebut. Hadits ini gharib bahkan mungkar jiddan (lemah sekali). Kami telah menjelaskannya dalam kitab Tafsir al-Qur'an al-

Azhim 14 dan kami rasa penjelasan tersebut sudah cukup. Kami men-jelaskan bukti-bukti kemungkarannya. Kami telah mengkritik al-Qasim bin al-Fadhl atas

pernyataannya itu. Bagi yang ingin mengetahui lebih lanjut silahkan buka kitab Tafsir al-Qur'an al-Azhim, wallahu a'lam."

1142 1143 Silahkan lihat referensi sebelumnya, 3/164 dan 165 dan al-Muntazhim, 5/184. Jam/' at-Tirmidzi, 3350, derajat hadits ini dhaif, (silahkan lihat Dhaif Sunan at-Tirmidzi ttl). 14 Tafsir Ibnu Katsir, 8/462 dan 463.

Setelah Mu'awiyah menerima kekuasaan negeri-negeri beliau masuk kota Kufah dan menyampaikan khutbahnya. Suara kaum muslimin dari seluruh daerah dan negeri telah bulat menerimanya. Tahun itu juga telah dicapai kesepakatan dan ijma' atas pembai'atan beliau. Kemudian al-Hasan bin Ali bersama saudaranya, yakni al-Husain bin Ali serta saudara-saudara mereka yang lainnya dan keponakan mereka, Abdullah bin Ja'far, meninggalkan tanah Iraq menuju kota Madinah An- Nabawiyah, semoga Allah SWT. mencu-rahkan shalawat dan salam kepada penduduknya.

Setiap kali beliau melewati kabilah pendukung beliau mereka mencela kebijaksanaannya yang menyerahkan kekuasaan kepada Mu'awiyah. Namun dalam hal ini beliau telah berlaku benar, baik, lurus dan terpuji. Sama sekali beliau tidak merasa keberatan, menggerutu atau menyesal. Bahkan beliau rela dan

menyambutnya dengan gembira. 1145

1145 Ibnu Sa'ad meriwayatkan dengan sanad yang shahih dalam biografi al-Hasan, silahkan lihat Thabaqat Ibnu Sa'ad, 1/317: "Bahwasanya al-Hasan berkhutbah di hadapan sahabat-sahabat beliau setelah wafatnya Ali bin Abi Thalib ra., beliau berkata,

"Sesungguhnya segala sesuatu yang akan datang akan segera datang. Dan sesungguhnya ketentuan Allah SWT. pasti terjadi meskipun manusia tidak menyukainya. Demi Allah SWT. sesungguhnya aku tidak suka memegang urusan umat Muhammad meskipun seberat biji zarrah yang menyebabkan tumpahnya setitik darah. Aku tahu apa yang memudharatkan diriku dan apa yang membawa manfaat bagi diriku. Pergilan kalian mengurus kebutuhan dan pekerjaan kalian."

Meskipun sejumlah orang dari keluarga, karib kerabat dan pendukung beliau kecewa berat. Terlebih lagi setelah berlalu beberapa masa sampai saat sekarang ini. Sikap yang benar dalam masalah ini adalah mengikuti as-Sunnah dan memuji kebijaksaan beliau yang telah menghentikan pertumpahan darah di antara umat. Sebagaimana hal itu telah dipuji oleh Rasulullah saw. seperti yang disebutkan dalam hadits shahih di atas, walillahil hamdu wal minnah.