Apakah Penaklukan Ini Terjadi Secara Damai atau Lewat

Apakah Penaklukan Ini Terjadi Secara Damai atau Lewat

perang?

Para ulama berselisih mengenai penaklukan kota Damaskus apakah negeri ini ditaklukkan secara damai ataukah melalui peperangan? Sebagian besar ulama menyebutkan bahwa penaklukan ini terjadi dengan damai, se-bab mereka ragu mana yang terlebih dahulu terjadi, apakah sebelumnya ditaklukkan dengan perang setelah itu pihak Romawi baru memohon perda-maian? Atau ditaklukkan dengan perdamaian, atau sebagiannya ditaklukkan dengan peperangan? Tatkala mereka ragu-ragu menyikapi masalah ini mereka mengambil pendapat yang lebih hati-hati bahwa negeri ini ditaklukkan dengan damai.

Ada yang berpendapat bahwa setengahnya ditaklukkan dengan damai, dan setengahnya lagi dengan perang. Pendapat ini nampak kebenarannya ketika para sahabat berkumpul di gereja terbesar mereka dan mereka sepakat mengambil sebagiannya, dan meninggalkan sebagian lainnya untuk penduduk Damaskus, wallahu a 'lam.

Ada yang menyebutkan bahwa Abu Ubaidah yang menulis perjanjian damai, riwayat ini yang lebih sesuai dan masyhur, sebab Khalid telah diber-hentikan dari jabatannya. Ada yang mengatakan bahwa Khalidlah yang me-nuliskan perjanjian damai atas persetujuan Abu Ubaidah. Abu Hudzaifah Ishaq bin Bisyr menyebutkan bahwa Abu Bakar ash-Shiddiq wafat sebelum penaklukan Damaskus, dan Umar ra. telah mengirimkan surat

kepada Abu Ubaidah bin al-Jarrah memberitahukan kepadanya dan kepada seluruh kaum muslimin berita duka cita tentang kematian Abu Bakar ash-Shiddiq. Dan Umar ra. mengangkat Abu Ubaidah sebagai panglima ter-tinggi seluruh pasukan yang ditugaskan di Negeri Syam, dan Umar ra. meme-rintahkannya agar selalu bermusyawarah dengan Khalid dalam mengenai taktik peperangan. Tatkala surat itu sampai kepadanya, Abu Ubaidah segera menyembunyikan surat itu dari Khalid hingga akhirnya Damaskus ditaklukkan, setelah lewat dua puluh malam dari penaklukan Damaskus baru Abu Ubaidah sampaikan surat pengangkatannya dan pemberhentian Khalid, Khalid berkata kepadanya, "Semoga Allah SWT. merahmatimu, kenapa engkau tidak memberitahukan kepadaku sejak engkau terima surat itu?" Abu Ubaidah menjawab, " Aku khawatir akan melemahkan semangat berperangmu, padahal bukanlah kekuasaan dunia yang kuinginkan, dan bukan untuk dunia pula aku bekerja, kenikmatan apapun yang engkau lihat pasti segera akan berakhir dan sirna, kita adalah bersaudara, tidak ada salahnya seseorang muslim menggantikan saudaranya dalam urusan agama maupun

dunianya." 383

381 Ibn Asakir, Tarikh Dimasyq, 1/240. 382 Tarikh Khalifah, him. 126. 383 Riwayat ini disebutkan oleh Ibn Asakir dengan panjang lebar dalam Tarikh Dimasyq, (246-247, manuskrip) dari Ishaq bin Bisyr.

Masalah Fiqhiyyah

Al-Laitsi, Ibnu Lahiah, Hayawah bin Syuraih, Mufaddal bin Fhadalah, Amr bin al-Harits dan lain-lainnya meriwayatkan dari Yazid bin Abi Habib dari Abdullah bin al-Hakam dari Ali bin Rabah dari Uqbah bin Amir menceritakan bahwa dirinya telah diutus Abu Ubaidah sebagai pembawa berita mengenai penaklukan Damaskus, dia berkata, "Aku datang menemui Umar ra. pada hari Jum'at, maka Umar ra. berkata padaku, "Sejak berapa lama engkau tidak melepas sepatumu sewaktu berwudhu?," Aku jawab, "Sejak hari Jumat yang lalu hingga hari ini Jumat sekarang ini," Umar ra. berkata, "Engkau telah tepat mengamalkan

Sunnah nabi." 384 Al-Laitsi berkata, "Inilah pendapat yang kami ikuti, yaitu mengusap kedua

khuf (sepatu) tidak memiliki batas waktu bagi seorang yang sedang musafir yaitu tujuh hari, dan inilah pendapat as-Syafi'i yang terdahulu (qaul qadim). Sementara

Ahmad dan Abu Dawud 385 telah meriwayatkan dari Ubay bin Umarah secara marfii' yang semakna dengan hal ini. Adapun pendapat jumhur (mayoritas ulama)

sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Muslim dari Ali membatasi seorang musafir hanya boleh tidak melepas sepatunya dalam jangka tiga hari tiga malam. Adapun bagi seorang yang mukim maka dibolehkan untuk tidak melepas khufnya

selama satu hari satu malam. 386 Sebagian ulama membedakan antara kurir pembawa berita ataupun yang semisalnya dengan orang yang memiliki profesi

lain, menurut mereka yang memiliki profesi sebagai pembawa berita tidak memiliki jangka untuk melepas sepatunya 387 adapun selain mereka memiliki batas

waktu sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Uqbah dan hadits Ali. Wallahu

a 'lam.