PERDAMAIAN DI HERAAT

PERDAMAIAN DI HERAAT

Setelah Khalid berhasil memenangkan peperangan di Ullaisy, beliau singgah di Heraat. Para pembesar kota tersebut keluar menyambutnya bersa-ma Qabishah bin Iyas bin Hayyah ath-Tha'iy. Sebelumnya ia ditunjuk oleh Kisra sebagai gubernur wilayah itu setelah an-Nu'man bin Mundzir.

195 Lihat Tarikh ath-Thabari, 3/357 dan dalam redaksi Ibnu Katsir, "Roti, semangka dan daging." Dalam Shahih al- Bukhandari Uadits Ibnu Umar dia berkata, "Kami pernah mendapatkan madu, anggur dalam peperangan maka kami

memakannya dan tidak mengumpulkannya (sebagai Ghanimah)." 6/ 255 dalam Fatbu/ SariBab Ma Yusibu min ath-Tha'am fi Ardhil Harb. 196 Bandingkan dengan Tarikh ath-Thabari, 3/357 dan selanjutnya.

Khalid berkata kepada mereka, "Aku mengajak kalian kepáda Allah dan agama Islam. Jika kalian menerima tawaran ini maka kalian termasuk dari kaum muslimin dan memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan mereka. Jika kalian tidak menerima tawaran ini maka bayarlah upeti. Jika kalian tetap enggan menerimanya maka sesungguhnya aku datang kepada kalian membawa pasukan yang lebih mencintai kematian dari pada kecin-taan kalian kepada kehidupan. Kami akan memerangi kalian hingga Allah menjadi hakim antara kami dan kalian."

Qabishah menjawab, "Kami tidak ingin memerangi kalian, kami tetap pada agama kami dan kami patuh membayar jizyah (upeti)." Khalid berkata, "Celakah kalian sesungguhnya kekufuran itu ibarat padang pasir yang menyesatkan, sebodoh-bodoh orang Arab adalah orang yang mau menem-puhnya." Setelah itu ia berjumpa dengan dua orang lelaki, salah satunya orang Arab dan yang satunya orang Ajam. Khalid tidak memakai orang Arab dan memakai orang Ajam sebagai penunjuk jalannya.

Setelah itu Khalid berdamai dengan penduduk negeri ini dengan ketentuan bahwa mereka diwajibkan membayar jizyah sebanyak 90.000 dirham, dalam sebagian riwayat disebutkan 200.000 dirham. Itulah jizyah pertama dipungut dari tanah Iraq dan dikirim ke Madinah beserta jizyah kota-kota yang sebelumnya telah mengikat perdamaian antara Khalid bin al-Walid dan Ibnu Sholuba.

Khalid menulis untuk mereka surat perjanjian damai, dan mengambil dari mereka uang muka sebanyak 400.000 dirham. Khalid belum mau menuliskan surat perdamain tersebut hingga mereka menyerahkan terlebih dahulu seorang wanita yang bernama Karamah binti Abdul Masih kepada seorang prajurit dari sahabat Rasulullah saw. yang bernama Syuwail. Sebabnya, ketika Rasulullah saw. menyebutkan, "Kelak mereka akan menaklukkan istana-istana Raja Heraat yang indah seolah-olah halaman istana mereka laksana taring-taring serigala". Maka ia bermohon kepada Rasulullah saw., "Wahai Rasulullah saw. berilah untukku puteri Raja Buqailah!" Rasulullah saw. berkata padanya, " Dia akan men-jadi milikmu."

Maka tatakala kaum Muslimin menaklukkan Heraat, Syuwail menuntut wanita yang dijánjikan Rasulullah saw. bakal menjadi miliknya. Ketika itu dua orang turut menjadi saksi atas kebenaran perkataannya. Namun penduduk Heraat enggan menyerahkan wanita itu padanya, mereka berkata, "Apa maunya terhadap seorang wanita yang telah berusia delapan puluh tahun?" Namun wanita itu berkata, "Serahkan aku padanya, sebab aku akan menebus diriku darinya, dan sesungguhnya dia telah melihatku ketika aku muda." Maka wanita itu diserahkan kepadanya. Ketika ia berduaan dengan wanita tersebut, wanita itu berkata, "Apa yang engkau inginkan dari seorang wanita yang telah berusia delapan puluh tahun? Aku siap menebus diriku, mintalah berapa yang engkau mau." Syuwail berkata, "Demi Allah aku tidak akan menerima tebusanmu jika kurang dari sejuta."

Namun wanita itu berupaya menipunya dengan mengatakan bahwa jumlah itu terlalu besar. Kemudian ia segera meminta kepada kaumnya agar menyerahkan sejumlah uang yang dimintanya, dan kaumnya segera menyerahkan kepadanya sebanyak seribu dirham." Akhirnya kaum muslimin mencelanya dan berkata, "Andai saja engkau meminta lebih dari seratus ribu dirham pasti dia akan Namun wanita itu berupaya menipunya dengan mengatakan bahwa jumlah itu terlalu besar. Kemudian ia segera meminta kepada kaumnya agar menyerahkan sejumlah uang yang dimintanya, dan kaumnya segera menyerahkan kepadanya sebanyak seribu dirham." Akhirnya kaum muslimin mencelanya dan berkata, "Andai saja engkau meminta lebih dari seratus ribu dirham pasti dia akan

"Sesungguhnya aku menginginkan jumlah tebusanyang terbesar." Khalid berkata, "Engkau menginginkan sesuatu, namun Allah menginginkan yang lain, dan sesungguhnya kami menghukumi apa-apa yang tampak dari ucapanmu, adapun niatmu kami serahkan kepada Allah."

Setelah perdamaian di Heraat, Khalid berdiam di sana selama setahun sambil pulang pergi mengawasi negeri Persia, ke sana kemari sambil menun-jukkan penduduk negerinya betapa kuatnya tentara kaum muslimin dan betapa berkuasanya mereka, yang membuat semua orang terkagum-kagum dan terpesona sambil takjub menyaksikan kehebatan Khalid dan pasukannya.

Saif bin Umar meriwayatkan dari Thalhah bin al-'Alam dari al-Mughirah bin Utaibah 198 -dia pernah menjabat sebagai Qadhi di Kufah- dia berkata, "Ketika

berangkat dari Yamamah menuju Iraq, Khalid membagi tentaranya menjadi tiga kelompok, ia tidak menyatukan tentaranya dan menempuh satu jalan, tetapi ia pisahkan dan menyuruh pasukan al-Mutsanna berangkat dua hari sebelum keberangkatan pasukannya. Ketika itu penunjuk jalan mereka bernama Zhafar. Kemudian ia memberangkatkan pasukan Adi bin Hatim satu hari sebelum keberangkatan pasukan' Ashim bin Amru dengan penunjuk jalan masing-masing bernama Malik bin Ibad dan Salim bin Nasr. Dan terakhir Khalid baru bergerak dengan pasukannya dituntun penunjuk jalan yang bernama Raff. Khalid telah bersepakat dengan seluruh rombongan pasukan berkumpul di Hafir untuk menyerbu musuh mereka. Setelah itu Khalid berjalan dan singgah di al-Kharnaq

dan Sudair 199 di Najaf. Dari situ ia mulai mengutus tentaranya dalam jumlah kecil ke mana-mana, untuk mengepung benteng-benteng yang ada di Heraat sambil

menaklukkan pen-duduknya baik dengan perang dan kekerasan, ataupun jalan damai. Dan tersebutlah di antara penduduk yang memilih damai sekelompok orang-orang Nasrani Arab. Di antara mereka terdapat seseorang yang bernama Baqilah yang telah kita sebutkan.

Khalid menuliskan surat jaminan keamanan bagi negeri Heraat, dan yang menandatangani perdamaian itu adalah Amru bin Abdul Masih bin Buqaila. Ketika Khalid melihat ia membawa bungkusan, Khalid bertanya kepadanya, "Apa isi bungkusan itu?" Khalid segera membukanya dan Ibnu Baqilah berkata, "Ini adalah racun yang dapat mematikan dalam sekejap." Khalid bertanya, "Untuk apa engkau bawa?" Dia menjawab, "Sengaja aku bawa dan akan aku makan jika aku melihat ada hal-hal yang tidak aku senangi menimpa kaumku, kematian lebih aku cintai daripada melihat kaum-ku sengsara." Khalid segera mengambil isi bungkusan tersebut dan berkata, "Sesungguhnya satu jiwa tidak akan mati hingga ajal datang

197 Al-Baihaqi menyebutkan kisah ini dalam Dala'il an-Nubuwah 6/326. Dan dalam Tankh ath-Thabari, 3136b dan Futuh al-Buldan karya al-Baladziri hal. 298 bahwa yang meminta putri Buqaila kepada Nabi adalah Khuraian bin Uways ath-

Tha'iy, aan ini lebih kuat. 198

Dalam naskah ash tertulis Uyainah, dan koreksian ¡ni datang dari Tarikh ath-Thabarl 3/326, dalam Akhbar al-Qudhat karya al-Wakl' 3/23 dlsebutkan dengan nama al-Mughirah bin Uyainah an-Nahhas, dan kelihatannya itu juga keliru. Lihat Ibnu Hajar, Tabshir at-Muntabih bi tahrir al-Musytabih 3/929. 199 Al-Khaumaq, as-Sudalr, termasuk dari istana-istana Hirah yang masyhur Dalam naskah ash tertulis Uyainah, dan koreksian ¡ni datang dari Tarikh ath-Thabarl 3/326, dalam Akhbar al-Qudhat karya al-Wakl' 3/23 dlsebutkan dengan nama al-Mughirah bin Uyainah an-Nahhas, dan kelihatannya itu juga keliru. Lihat Ibnu Hajar, Tabshir at-Muntabih bi tahrir al-Musytabih 3/929. 199 Al-Khaumaq, as-Sudalr, termasuk dari istana-istana Hirah yang masyhur

lebih dahulu menelan racun tersebut. 200 Ketika melihat Khalid segar bugár, maka Ibnu Buqaila berkata, "Demi Allah

hai orang-orang Arab kalian pasti akan menguasai negeri manapun yang kalian inginkan, selama satu orang saja yang bersama kalian ini ikut. Kemudian dia menoleh kepada penduduk Heraat dan berkata," Aku tidak pernah melihat sehebat hari ini!"

Dialog Antara Khalid dan Amru bin Abdul Masih

Di antara perwakilan Kisra yang datang sebagai utusan menghadap Khalid adalah Amru bin Abdul Masih bin Hayyan bin Buqaila. Dia termasuk Nasrani Arab.

Khalid bertanya kepadanya, "Dari mana asalmu?" Dia menjawab, "Dari tulang punggung ayahku." Khalid bertanya lagi, "Dari mana datangmu?" Dia menjawab, "Dari perut ibuku." Khalid berkata, "Celakalah engkau, di atas apakah engkau (apa agama yang

engkau anut)? Dia menjawab, "Di atas bumi."

Khalid bertanya, "Celaka engkau, di dalam apakah engkau (apa agamamu)?" Dia menjawab, "Dalam bajuku." Khalid bertanya, "Celakalah engkau, apa engkau tidak terikat (apakah engkau

berakal)?" Dia menjawab, "Ya, dan juga terikat." Khalid berkata, "Sesungguhnya aku bertanya padamu." Dia menjawab, "Aku hanya menjawab pertanyaanmu." Khalid bertanya, "Apakah engaku memilih damai atau perang?" Dia menjawab, "Aku memilih damai." Khalid bertanya, "Untuk apa benteng-benteng yang aku lihat ini?" Dia menjawab, "Kami bangun untuk menahan orang-orang yang bodoh hingga

200 Kisah ini dl sebutkan oleh Ibnu Sa'ad dalam ath-Thabaqatketika menulis biografi Khalid, 6/92 .Telah berkata kepada kami

Abdullah bin Zubair al-Huaid dia berkata, telah berkata kepada kami Sufyan bin Uyainah dari Ismail bin Abl Khalid dari Qais bin Hazim dia berkata, "Aku melihat Khalid bin Walid dibawakan padanya racun maka dia bertanya, 'apa ¡ni?' Dljavyab, 'Racun,' maka dia berkata, 'Bismillah' lantas memlnumnya." Ibnu Hajar berkata dalam al-Ishabah, 2/254 di keluarkan oleh Ibnu Sa'ad dari dua jalan, dan dirlwayatkan oleh Abu Ya'la, kukatakan, "Sanad ini adalah shahih." Abdullah bin Zubair al-Huaid dia berkata, telah berkata kepada kami Sufyan bin Uyainah dari Ismail bin Abl Khalid dari Qais bin Hazim dia berkata, "Aku melihat Khalid bin Walid dibawakan padanya racun maka dia bertanya, 'apa ¡ni?' Dljavyab, 'Racun,' maka dia berkata, 'Bismillah' lantas memlnumnya." Ibnu Hajar berkata dalam al-Ishabah, 2/254 di keluarkan oleh Ibnu Sa'ad dari dua jalan, dan dirlwayatkan oleh Abu Ya'la, kukatakan, "Sanad ini adalah shahih."