Perlawanan Terhadap Aswad al-'Ansi dan Kisah Terbunuhnya

Perlawanan Terhadap Aswad al-'Ansi dan Kisah Terbunuhnya

Saif bin Umar at-Tamimi berkata, Ketika sampai kepada Rasulullah saw. SH berita Aswad al-Ansi yang dibawa oleh Wabar bin Yunanis ad-Dailamim maka Rasulullah saw. mengirim surat ke Yaman, dalam surat tersebut Rasulullah saw. memerintahkan kaum mulimin di Yaman agar membunuh Aswad al-'Ansi, maka Mu'adz bin Jabal berusaha melaksanakan perintah ini sebaik-baiknya. Sebelumnya Mu'adz telah menikahi seorang wanita dari as-Sakun yang bernama Ramlah, dengan pernikahan itu maka orang as-Sakun menjadi setia terhadap Mu'adz disebabkan hubungan pernikahan dengan puteri mereka. Maka mereka

147 Dalam naskah asli disebutkan Umar bin Haram dan itu adalah keliru, yang benar adalah Amru bin Hazm sebagaimana 147 Dalam naskah asli disebutkan Umar bin Haram dan itu adalah keliru, yang benar adalah Amru bin Hazm sebagaimana

Ketika Wabar bin Yuhannis memberitakan surat Nabi kepada Qais bin Abd Yaguts, yaitu Qais bin Maksyuh, seolah-olah dia menerima berita dari langit, maka mereka sepakat untuk membinasakan Aswad, dengan dukungan seluruh kaum muslimin. Tatkala mereka sepakat merahasiakannya, maka Setan al-Aswad memberitakan kabar ini kepada al-Aswad, maka segera Aswad memanggil Qais bin Maksyuh dan berkata, "Wahai Qais apa yang telah dikatakan oleh pembisikku?" Qais bertanya, "Apa yang dikatakannya?" al-Aswad menjawab, "Dia berkata padaku, Engkau telah memuliakan Qais hingga kini kedudukannya sama sepertimu, namun dia cenderung menjadi musuhmu, dan berusaha merebut kerajaanmu, sambil menyembunyikan di dalam hatinya niat untuk membunuhmu!" Dia berkata, "Wahai Aswad betapa pilu nasibmu maka rebutlah kekuasaan dari Qais dan bunuhlah dia, jika tidak maka dia akan merebut kekuasaanmu!"

Maka Qais berkata sambil bersumpah, "Dia telah berbohong demi Dzi Himar sesungguhnya engkau di mataku sangat mulia dan lebih agung dari apa-apa yang aku sembunyikan dalam diriku!" Maka al-Aswad berkata padanya, "Alangkah beraninya dirimu? Bagaimana engkau mengatakan malaikat yang membisikkan padaku berbohong? Padahal malaikatku jujur, dan aku tahu sekarang bahwa dirimu telah taubat berdasarkan pengelihatan mata hatiku terhadap dirimu."

Setelah itu Qais keluar dari sisinya dan datang kepada teman-temannya, yakni Fairuz dan Dadzawaih, dan menceritakan apa yang terjadi antara dirinya dan al- Aswad. Mereka berkata, "Kita harus berhati-hati, apa rencana selanjutnya?" Tatkala mereka sedang berunding tiba-tiba mereka dipanggil utusan al-Aswad untuk segera menemuinya.

Al-Aswad berkata, "Bukankah kalian telah aku muliakan dari kaum kalian?" Mereka menjawab, "Ya!" Kemudian dia melanjutkan, "Apa yang telah aku dengar dari kalian?" Mereka menjawab, "Maafkan kami kali ini!" Al-Aswad berkata, "Jangan sampai terdengar sekali lagi tentang perbuatan kalian hingga aku tidak akan maafkan kalian!"

Qais berkata, "Maka kami keluar dari hadapannya dalam keadaan gerak-gerik kami dimata-matai. Kami benar-benar dalam bahaya. Dalam kon-disi demikian maka kami menerima surat-surat dari dari Amir bin Syahr pemimpin wilayah Hamdan, pemimpin Dzi Zhulaim, Dzi Kalaa' dan gubernur \ aman lainnya yang isinya siap tunduk dan patuh dalam membantu kami untuk menentang al-Aswad. Disebabkan surat Rasulullah saw. yang sampai kepada mereka yang berisi perintah membunuh al-Aswad al-'Ansi, maka kami balas surat mereka yang isinya, "Jangan berbuat hal-hal yang mencurigakan terlebih dahulu hingga kami perintahkan."

Qais berkata, "Aku masuk ke rumah istri al-Aswad, Azadz dan berkata, Wahai puteri pamanku, engkau telah mengetahui kejahatan lelaki ini pada kaummu, dia telah membunuh suamimu, dan membunuh banyak kaummu, dia suka melecehkan kaum wanita. Apakah engkau punya niat untuk mem-balas sakit hatimu padanya?"

Dia bertanya, "Apa yang bisa aku lakukan?" Kukatakan padanya, "Usir dia keluar!" la berkata, "Atau kita bunuh saja?" Kukatakan, "Ya!" la berkata, "Demi Allah tidak pernah aku membenci seseo-rang lebih dari benciku kepadanya, dia tidak pernah sedikitpun menunaikan kewajibannya kepada Allah dan tidak pula mau mencegah dirinya dari hal-hal yang diharamkan Allah. Jika kalian telah siap maka beritahukan aku, aku akan beri petunjuk kepada kalian mengenai masalah ini!"

Aku keluar menemui Fairuz dan Dadzawaih yang sedang menunggu. Mereka ingin segera melaksanakan niat mereka, ketika mereka berkumpul tiba-tiba al- Aswad memanggil Qais untuk menghadapnya, segera Qais masuk membawa sepuluh orang dari kaumnya. Al-Aswad berkata, "Bukankah aku telah menyampaikan kebenaran kepadamu sementara engkau menyampaikan kebohongan kepadaku?" Pembisikku mengatakan, "Alangkah jelek nasibmu- alangkah jelek nasibmu! Jika engkau tidak segera memotong tangán Qais maka dia akan memotong lehermu!" Ketika itu Qais telah pasrah dan meng-anggap dirinya pasti akan terbunuh. Namun Qais menjawab, "Itu tidak benar, bagaimana mungkin hal itu aku lakukan sebab engkau adalah Rasul utusan Allah, maka jika engkau bunuh aku itu lebih aku sukai daripada kematian-kematian yang aku rasakan setiap hari!" Maka al-Aswad merasa iba padanya dan menyuruhnya keluar.

Qais keluar menemui rekan-rekannya dan berkata, "Sekarang mari kita mulai bekerja, ketika mereka sedang berdiam di pintu dan bermusyawarah, tiba-tiba al- Aswad keluar menemui mereka sementara telah dikumpulkan untuknya 100 ekor hewan berupa lembu maupun unta. Dia berdiri membuat satu garis, dengan tidak melangkahi garis dia mulai menyembelih unta-unta dan hewan-hewan tersebut dengan buasnya, hingga hewan-hewan itu binasa.

Qais berkata, "Aku tidak pernah melihat suatu perkara yang lebih men-jijikkan daripada hari ini, tidak pernah aku temui suatu hari yang lebih buas daripada hari ini." Tiba-tiba al-Aswad berkata, "Apakah benar yang aku dengar tentangmu hai Fairuz? Sesungguhnya aku ingin menyembelihmu sebagaimana hewan-hewan ini," dia menunjukkan tombaknya kepada Fairuz.

Fairuz menjawab, "Kami telah memilihmu menjadi ipar kami, dan engkau telah memuliakan kami dari seluruh kaum kami. Jika engkau bukan seorang Nabi maka mustahil kami mau menjual diri kami untukmu. Apa lagi jika seluruh kenikmatan dunia dan akhirat kami ada di tanganmu? Maka jangan pernah engkau terima berita tentang kami seperti apa yang kau dengar, kami akan berbuat apa yang engkau suka!" Akhirnya al-Aswad senang mendengar itu dan menyuruhnya untuk membagi-bagikan daging hewan tersebut.

Fairuz membagi-bagikan daging tersebut kepada penduduk Shan'a, kemudian segera kembali menemui al-Aswad. Ternyata dia mendapati seorang lelaki yang tengah menyarankan pada al-Aswad agar membunuh Fairuz sementara Fairuz mendengar seluruhnya dengan sembunyi-sembunyi. al-Aswad berkata, "Aku pasti akan membunuhnya beserta rekan-rekannya besok. Ikutlah bersamaku besok pagi!" Kemudian dia menoleh dan ternyata Fairuz hadir di situ, segera Fairuz menginformasikan tentang daging-daging yang telah dibagikannya kepada penduduk Shan'a, kemudian al-Aswad kembali ke rumahnya dan Fairuz Fairuz membagi-bagikan daging tersebut kepada penduduk Shan'a, kemudian segera kembali menemui al-Aswad. Ternyata dia mendapati seorang lelaki yang tengah menyarankan pada al-Aswad agar membunuh Fairuz sementara Fairuz mendengar seluruhnya dengan sembunyi-sembunyi. al-Aswad berkata, "Aku pasti akan membunuhnya beserta rekan-rekannya besok. Ikutlah bersamaku besok pagi!" Kemudian dia menoleh dan ternyata Fairuz hadir di situ, segera Fairuz menginformasikan tentang daging-daging yang telah dibagikannya kepada penduduk Shan'a, kemudian al-Aswad kembali ke rumahnya dan Fairuz

seorang dari mereka -yaitu Fairuz- masuk menemuinya, wanita itu berkata, "Tidak ada satu rumahpun kecuali dikelilingi oleh penjaga kecuali rumah ini, maka ketahuilah sesungguhnya punggungnya menghadap ke arah jalan. Jika hari telah malam bersiap-siaplah untuk menghabisinya tanpa sepengetahuan penjaga. Tidak ada jalan kecuali harus membunuhnya, dan aku akan meletakkan di dalam rumah lampu dan senjata."

Tatkala Fairuz keluar rumah dia berpapasan dengan al-Aswad dalam keadaan murka padanya dan berkata, "Beraninya engkau masuk menemui istriku?" Sambil memukul kepalanya, sebaaimana diketahui bahwa al-Aswad terkenal déngan kekejamannya. Tiba-tiba istrinya itu menjerit dan membuat al-Aswad terkejut, andaikata tidak demikian niscaya dia akan membunuh Fairuz. Istrinya berteriak, "Dia sepupuku, sedang datang mengunjungiku!" Al-Aswad berkata, "Diamlah! Celaka kamu ini, aku lepaskan dia karenamu!" Maka Fairuz segera keluar menemui rekan-rekannya dan memberitakan kabar tersebut. Mereka bingung tidak tahu apa yang harus dilakukan. Kemu-dian istri al-Aswad mengirim pesan kepada mereka yang isinya, "Jangan ragu terhadap apa yang telah kalian rencanakan, maka Fairuz masuk menemuinya dan menanyakan kabar berita yang terjadi. Dan akhirnya mereka masuk ke dalam rumah tersebut mempersiapkan segalanya untuk memudahkan rencana pembunuhan al-Aswad. Kemudian dia duduk seolah-olah sedang berkunjung, tiba-tiba al-Aswad masuk dan bertanya, "Siapa ini?" Istrinya menjawab, "Dia adalah saudaraku satu susuan dan sepupuku." Maka al-Aswad membentaknya dan menyuruhnya keluar, segera Fairuz menemui sahabat- sahabatnya.

Pada malam hari, mereka memasuki rumah tersebut dan mendapati ada lampu di bawah piring. Fairuz maju mendekati al-Aswad yang sedang tertidur pulas di atas kasur yang terbuat dari sutera. Kepalanya tertekuk ke arah badannya dalam keadaan mabuk sambil mendengkur. Sementara istrinya duduk di sisinya, tatkala Fairuz berdiri di pintu kamar itu tiba-tiba setan al-Aswad mendudukkannya sambil berkata seolah-olah Aswad yang sedang berkata, -sementara dia masih mendengkur-, "Ada apa antara aku dan dirimu wahai Fairuz?" Fairuz takut jika dia kembali dirinya dan wanita itu akan binasa, maka dengan segera dia mencekik al- Aswad yang besarnya seperri unta jantan. Lalu Fairuz menarik kepalanya dan memotong lehernya, sambil melipatkan kedua lututnya ke arah belakang tubuh hingga akhirnya Fairuz berhasil membunuhnya, segera Fairuz bangkit berdiri akan memberitahukan kepada rekan-rekannya, maka wanita itu menarik bajunya dan berkata, Bagaimana engkau pergi meninggalkan keluargamu di sini?" Wanita itu mengira Fairuz belum membunuhnya. Fairuz menjawab, "Aku keluar untuk memberitahu mereka bahwa dia telah aku bunuh, mereka langsung masuk bersama-sama dan memenggal kepalanya, namun setannya berusaha menggerak- gerakkan kepalanya, tetapi belum sempurna terbunuh hingga dua orang dari mereka duduk di atas punggungnya dan wanita itu menjambak rambutnya, sementara mulutnya masih berkata-kata. Hingga salah seorang dari mereka memenggal kepalanya, dia menjerit sekuat-kuatnya seolah-olah kerbau yang disembelih. Para pengawal berhamburan ke rumah al-Aswad dan bertanya, "Suara Pada malam hari, mereka memasuki rumah tersebut dan mendapati ada lampu di bawah piring. Fairuz maju mendekati al-Aswad yang sedang tertidur pulas di atas kasur yang terbuat dari sutera. Kepalanya tertekuk ke arah badannya dalam keadaan mabuk sambil mendengkur. Sementara istrinya duduk di sisinya, tatkala Fairuz berdiri di pintu kamar itu tiba-tiba setan al-Aswad mendudukkannya sambil berkata seolah-olah Aswad yang sedang berkata, -sementara dia masih mendengkur-, "Ada apa antara aku dan dirimu wahai Fairuz?" Fairuz takut jika dia kembali dirinya dan wanita itu akan binasa, maka dengan segera dia mencekik al- Aswad yang besarnya seperri unta jantan. Lalu Fairuz menarik kepalanya dan memotong lehernya, sambil melipatkan kedua lututnya ke arah belakang tubuh hingga akhirnya Fairuz berhasil membunuhnya, segera Fairuz bangkit berdiri akan memberitahukan kepada rekan-rekannya, maka wanita itu menarik bajunya dan berkata, Bagaimana engkau pergi meninggalkan keluargamu di sini?" Wanita itu mengira Fairuz belum membunuhnya. Fairuz menjawab, "Aku keluar untuk memberitahu mereka bahwa dia telah aku bunuh, mereka langsung masuk bersama-sama dan memenggal kepalanya, namun setannya berusaha menggerak- gerakkan kepalanya, tetapi belum sempurna terbunuh hingga dua orang dari mereka duduk di atas punggungnya dan wanita itu menjambak rambutnya, sementara mulutnya masih berkata-kata. Hingga salah seorang dari mereka memenggal kepalanya, dia menjerit sekuat-kuatnya seolah-olah kerbau yang disembelih. Para pengawal berhamburan ke rumah al-Aswad dan bertanya, "Suara