SIKAP TEGAS UMAR RA. DALAM HIDUPNYA

SIKAP TEGAS UMAR RA. DALAM HIDUPNYA

Ibnu Jarir menyebutkan peristiwa pada tahun 18 H dari jalur Saif bin Umar dengan sanadnya kepada as-Sya'bi, dia berkata, "Abu Ubaidah menulis surat kepada Umar bin al-Khaththab ra.bahwa sebagian dari kaum muslimin minum khamr, di antara mereka; Dhirar dan Abu Jandal bin Suhail, kami bertanya kepada mereka mengapa masih meminum Khamr, maka mereka menjawab, 'Al-Qur'an memberikan pilihan pada kami (antara meminum ataupun tidak) dalam ayatNya yang berbunyi:

'Tidakkah kalian berhenti.' (Al-Maidah: 91). Maka kami memilih untuk meminumnya, menurut mereka ayat ini tidak

tegas melarang.' Akhirnya Umar ra. mengumpulkan para sahabat dalam kasus penafsiran

yang keliru ini, akhirnya semua sepakat untuk menentang pemahaman mereka mengenai makna ayat tersebut, dan makna dari ayat yang sebenarnya adalah kata

356 Lihat Tarikh ath-Thabari, 4/ 100 357 Shahih Bukhari, kitab al-Istisqa, bab sualun nas al-imam al-Istisqa idza quhithu, 2/494 dari Fathul Bah. Sebelum ini

pengarang (Ibnu Katsir) menyebutkan kisah datangnya seseorang ke kubur Nabi dan memohon darinya untuk minta hujan terhadap umatnya, maka dalam mimpinya dia melihat Nabi memerintahkannya agar mendatangi Umar sambil memberitakan kepada umar bahwa mereka akan diberi hujan...dst hingga selesai. Kisah ini di nukil dari al-Baihaqi dari jalan al-A'masy dari Abu Shalih dari Malik ad-Dar, dia menshahihkan isnadnya. Kisah ini dikeluarkan oleh Ibn Abi Syaibah dalam mushanna/hya, 12/31 dari jalan ini dan al-Hafizh mengomentari hal ini 2/495, "Isnadnya Sahih." Sengaja tidak kusebutkan hal ini karena sanadnya mengandung berbagai nakarah (hal-hal yang aneh dan dalam msntashhlh sanadnya juga perlu diteliti ulang, sebab al-A'masy adalah seorang mudallis dan di sini dia telah membawakan lafaz 'an'anah, sementara Malik ad-Dar tidak pernah seorangpun mengetahui biografinya kecuali Ibnu Sa'ad dalam ath-Thabaqat, 5/12 dan di sini juga Ibnu Sa'ad tidak sedikitpun memberikan komentar terhadap perawi ini baik dalam bentuk/3rf7(cela) maupun f3'<#/(pujian). Al- Allamah Ibn Baaz berkata dalam ta'//qnya terhadap FathulBari, "Andai saja atsar ini benar sebagaimana kata syarih yang menerangkan kitab ini, namun tidak dapat dijadikan hujjah bolehnya meminta hujan dengan Nabi setelah beliau wafat, sebab orang yang meminta padanya majhul (tidak dikenal) dan praktek dari para sahabat menyelisihi hal ini, padahal merekalah yang paling mengerti dengan agama ini, tidak pernah seorangpun dari mereka datang ke kubur nabi sambil memohon padanya agar hujan diturunkan ataupun permohonan lainnya, bahkan Umar sendiri pada musim paceklik langsung meminta kepada Abbas agar berdoa hujan diturunkan, dan tidak seorangpun dari kalangan sahabat yang mengingkari hal ini, maka dapat diketahui bahwa inilah yang benar." pengarang (Ibnu Katsir) menyebutkan kisah datangnya seseorang ke kubur Nabi dan memohon darinya untuk minta hujan terhadap umatnya, maka dalam mimpinya dia melihat Nabi memerintahkannya agar mendatangi Umar sambil memberitakan kepada umar bahwa mereka akan diberi hujan...dst hingga selesai. Kisah ini di nukil dari al-Baihaqi dari jalan al-A'masy dari Abu Shalih dari Malik ad-Dar, dia menshahihkan isnadnya. Kisah ini dikeluarkan oleh Ibn Abi Syaibah dalam mushanna/hya, 12/31 dari jalan ini dan al-Hafizh mengomentari hal ini 2/495, "Isnadnya Sahih." Sengaja tidak kusebutkan hal ini karena sanadnya mengandung berbagai nakarah (hal-hal yang aneh dan dalam msntashhlh sanadnya juga perlu diteliti ulang, sebab al-A'masy adalah seorang mudallis dan di sini dia telah membawakan lafaz 'an'anah, sementara Malik ad-Dar tidak pernah seorangpun mengetahui biografinya kecuali Ibnu Sa'ad dalam ath-Thabaqat, 5/12 dan di sini juga Ibnu Sa'ad tidak sedikitpun memberikan komentar terhadap perawi ini baik dalam bentuk/3rf7(cela) maupun f3'<#/(pujian). Al- Allamah Ibn Baaz berkata dalam ta'//qnya terhadap FathulBari, "Andai saja atsar ini benar sebagaimana kata syarih yang menerangkan kitab ini, namun tidak dapat dijadikan hujjah bolehnya meminta hujan dengan Nabi setelah beliau wafat, sebab orang yang meminta padanya majhul (tidak dikenal) dan praktek dari para sahabat menyelisihi hal ini, padahal merekalah yang paling mengerti dengan agama ini, tidak pernah seorangpun dari mereka datang ke kubur nabi sambil memohon padanya agar hujan diturunkan ataupun permohonan lainnya, bahkan Umar sendiri pada musim paceklik langsung meminta kepada Abbas agar berdoa hujan diturunkan, dan tidak seorangpun dari kalangan sahabat yang mengingkari hal ini, maka dapat diketahui bahwa inilah yang benar."

Umar ra. segera menulis surat kepada Abu Ubaidah yang bunyinya, 'Tanyakan kepada mereka mengenai khamr apakah menurut mereka halal? Jika mereka mengatakan halal maka bunuhlah mereka, tetapi jika mereka mengatakan haram maka cambuklah mereka.’ Akhirnya mereka mengakui keharamannya, setelah itu mereka segera dicambuk. Dan mereka menyesal atas penafsiran mereka yang serampangan terhadap ayat ini. Bahkan Abu Jandal sempat digoda setan yang membisikkan padanya seolah-olah dosanya sangat besar dan tidak akan diampunkan, maka Umar ra. segera menulis surat untuk-nya secara khusus dan berkata padanya sambil membacakan ayat:

''Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengam- puni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendakiNya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.' (An-Nisa: 48).

Maka bertaubatlah kepada Allah SWT. dan angkat kepalamu jangan berputus asa dari rahmat Allah SWT. sesungguhnya Alah berfirman:

'Katakanlah, 'Hai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berpntus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang'." (Az-Zumar: 53).

Umar ra. juga menulis surat kepada manusia, 'Hendaklah kalian

mengawasi diri kalian sendiri, jika ada yang merubah agama ini maka rubahlah mereka dan tunjuki, jangan seseorangpun menghina temannya atas kesalahannya yang akan membuat bala bencana semakin tersebar diantara kalian'."

Al-Waqidi berkata, "Pada tahun 19 H. muncul kobaran api dari sebuah kampung Laila yang berada di Madinah, Umar ra. ingin memadamkannya bersama kaum muslimin, tapi tidak berhasil. Akhirnya ia menganjurkan agar

kaum muslimin bersedekah, maka gejolak api segera padam, alhamdulillah." 358