KISAH SAJAH DAN BANI TAMIM

KISAH SAJAH DAN BANI TAMIM

Bani Tamim berselisih pendapat, sebagian dari mereka ada yang murtad dan enggan membayar zakat. Sebagian lainnya masih tetap membayar zakat kepada Abu Bakar ash-Shiddiq ra.. Dan ada pula yang berdiam diri tidak mengambil sikap sambil melihat situasi. Dalam kondisi demikian datanglah Sajaah binti al- Harits bin Suwaid bin Uqfan at-Tuglabiyah dari al-Jazirah, dari kalangan Nasrani Arab yang mengaku dirinya sebagai Nabi. Didukung oleh para pengikutnya dan orang-orang yang bergabung dengan pasukannya mereka sepakat untuk menyerang Abu Bakar ash-Shiddiq ra. .

Ketika melewati negeri Bani Tamim, dia mengajak Bani Tamim untuk mengikutinya. Ternyata banyak dari kalangan awam mengikuti ajakannya. Di antara mereka adalah Malik bin Nuwairah at-Tamimi, Atharid bin Hajib dan sekelompok pembesar Bani Tamim. Sementara itu di sisi lain sebagian Bani Tamim tidak mau mengikuti seruannya. Kemudian mereka sepakat agar tidak terjadi peperangan di antara mereka. Namun ketika Malik bin Nuwairah akan meninggalkan Sajah, ia memalingkan keinginannya dan memberikan semangat kepada Sajah untuk menaklukkan Bani Yarbu'. Akhirnya mereka sepakat untuk memerangi semua orang.

Mereka bertanya, "Siapa yang pertama kali kita perangi?" Maka Sajaah menjawab dengan sajaknya,

Siapkan pasukan berkuda bersiap-siaplah untuk merampas kalahkan Rabbab 164 sebab mereka tidak memiliki perlindungan

Setelah itu Bani Tamim berhasil merubah keputusan Sajah. Ia berangkat ke Yamamah untuk memerangi Musailamah bin al-Habib al-Kadzdzab. Namun kaumnya segan terhadap Musailamah karena mereka mendengar tentang kekuasaannya yang besar. Kaumnya berkata, "Kekuasaannya besar dan kuat!" Sajah berkata kepada kaumnya, "Hendaklah kalian pergi ke Yamamah dan pukullah genderang perang seperti pukulan merpati, sesung-guhnya peperangan pasti terjadi dan kalian tidak akan mendapat cela setelahnya." Maka mereka bersiap-siap untuk memerangi Musailamah.

Ketika Musailamah mendengar keberangkatan mereka menuju negeri-nya, dia merasa takut terhadap wanita itu yang akan merampas negeri Yamamah darinya. Apalagi dia sedang sibuk bersiap-siap memerangi Tsuma-mah bin

Utsal. 165 Apalagi Tsumamah dibantu oleh Ikrimah bin Abu Jahal dengan seluruh tentara kaum muslimin sedang bermukim di dekat negerinya menunggu

kedatangan Khalid bin Walid.

163 tangannya diikat seperti ayunan anak-anak. (Mukhtar as-Shahah h\m. 551). 164 Ar-Rabbab: adalah cabang dari Bani Tamim dan mereka terbagi dua, Bani Dhabbah, dan Bani Abd Manat (Tarikh ath- Thabari 3/270).

165 Dia adalah Tsumamah bin Utsal bin an-Nukman al-Hanafi abu Umamah al-Yamami, dia dibawa kepada Rasulullah saw. di

madinah sebagai tawanan dan diikat di salah satu tiang mesjid, setelah itu Rasulullah saw. membebaskannya dan dia masuk Islam dengan benar, dan istiqamah di atasnya, beliau turut memerangi orang-orang yang murtad dari Bani Hanifah setelah

Maka Musailamah segera mengirim utusan kepada Sajah meminta perlindungan kepadanya dan berjanji akan memberikan setengah dari bumi Yamamah yang akan diberikannya kepada Quraisy jika dia mengu-rungkan niatnya. Bahkan dia mengirim surat kepadanya untuk berkumpul dengannya di tengah-tengah kaumnya. Musailamah segera menjumpainya dengan membawa empat puluh orang penunggang berkuda, mereka berkumpul dalam satu kemah. Tatkala mereka berduaan dan Musailamah menawarkan padanya setengah dari hasil bumi Yamamah, Sajah langsung menyetujuinya dan menerima tawaran tersebut.

Musailamah berkata, "Allah akan mendengar orang yang mendengar, dan akan memberikan baginya kebaikan dengan ambisinya, urusannya pasti akan berjalan dengan lancar." Setelah itu Musailamah berkata, "Maukah engkau aku nikahi dan dengan itu kita akan memiliki seluruh harta Arab?" Sajah menjawab, "Ya, aku mau." Maka sejak itu Sajaah tinggal bersama Musailamah tiga malam, kemudian dia kembali kepada kaumnya.

Mereka bertanya pada Sajah, "Apa mahar pernikahanmu?" Dia menjawab, "Musailamah tidak memberikan mahar padaku sedikitpun!" Mereka menjawab, "Alangkah jeleknya seorang wanita terhormat seperti dirimu dinikahi tanpa mahar." maka Sajah mengirim seseorang kepada Musailamah untuk meminta maharnya. Musailamah berkata, "Kirimkan padaku seorang mu'adzin kalian." Sajaah mengirim mu'adzinnya yaitu Sibts bin Rib'iy ar-Rayyahi. Musailamah berkata padanya, "Serukan di tengah-tengah kaummu bahwa Musailamah bin Habib utusan Allah telah mengurangi shalat yang diajarkan Muhammad kepada kalian -yaitu shalat subuh dan Isya'- dan katakan itulah mahar dari Musailamah untuk dirinya."

Setelah itu Sajah kembali ke negerinya tatkala mendengar kedatangan tentara Khalid yang telah mendekat ke negeri Yamamah. Dia kembali setelah memungut setengah hasil bumi Yamamah dari Musailamah. Setelah itu dia menetap di tengah-tengah kaumnya, yakni Bani Taghlib hingga zaman Mu'awiyah. Dan terakhir Mu'awiyah mengusir mereka pada tahun jama'ah yakni tahun 40 H).

'Atharid bin Hajib at-Tamimi membuat sebait syair, ia berkata, Semalam nabi kami seorang wanita yang kami kelilingi Namun sekarang nabi-nabi mereka adalah para lelaki