PEPERANGAN AQRABA DI YAMAMAH DAN KISAH TERBUNUHNYA MUSAILAMAH AL-KADZDZAB

PEPERANGAN AQRABA DI YAMAMAH DAN KISAH TERBUNUHNYA MUSAILAMAH AL-KADZDZAB

Setelah memaafkan Khalid bin Walid, Abu Bakar ash-Shiddiq ra. mengu- tusnya untuk memerangi Bani Hanifah di Yamamah, dan melengkapinya dengan pasukan kaum muslimin. Pimpinan kaum Anshar ketika itu adalah Tsabit bin Qais bin Syammas.

Khalid mulai berjalan menuju Bani Hanifah. Tiap kali melewati kaum yang murtad, ia pasti menghabisinya. Ketika melewati pasukan berkuda milik Sajaah, Khalid menyerbu mereka hingga lari tercerai-berai dan akhirnya Khalid berhasil mengeluarkan mereka dari Jazirah Arab. Sementara itu Abu Bakar ash-Shiddiq ra. menyertakan bala bantuan di belakang Khalid untuk menjaganya dari belakang.

Sebelumnya Abu Bakar telah mengutus Ikrimah bin Abu Jahal dan Syarahbil bin Hasanah menuju Musailamah. Namun keduanya tidak mampu menghadapi Bani Hanifah disebabkan jumlah personil mereka yang amat banyak, yakni sekitar 40.000 personil. Ikrimah kembali sebelum kedatangan temannya, Syurahbil. Tatkala mereka berpapasan di jalan, keduanya sepakat untuk berbalik.

Adapun Musailamah, ketika mendengar kedatangan Khalid, dia menempatkan pasukannya di suatu tempat yang bernama Aqraba 169 di peng-

hujung bumi Yamamah. Sementara perkampungan tepat di arah punggung mereka. Musailamah menggugah fanatisme kesukuan pasukannya. Bang-kitlah fanatisme penduduk Yamamah memenuhi ajakannya.

168 Lihat kisah pasukan Khalid yang di utus ke Bani Juzaimah dalam Shahih al-Bukhari, kitab al-MaghaziSI 57 dari FathulBan. Dan kata milghatul kalbi adalah tempat air yang dlmlnum airnya langsung dengan memasukkan tempat tersebut

ke dalam -nulut untuk dijilat. Lihat Abu as-Sa'adat Ibnul Atsir, an-Nihayah ñ Gharib al-Hadits 5/ 226 169 Aqraba': salah satu tempat di bumi Yamamah yang posisinya berada di pinggir negeri itu, dan termasuk ke dalam

wilayah

Musailamah menempatkan pada dua sayap pasukannya masing-masing al- Muhkam bin Thufail dan ar-Rajjal 170 bin Anfawah bin Nahsyal. Sebelumnya Ar-

Rajjal adalah sahabat Musailamah yang pernah bersaksi bahwa dia pernah mendengar Rasulullah saw. menyatakan bahwa Musailamah telah mendapatkan wahyu seperti nabi. Akibat kesaksian palsunya itu -orang terlaknat ini- memiliki andil besar dalam menyesatkan penduduk Yamamah. Hingga akhirnya penduduk Yamamah mengikuti Musailamah, semoga Allah melaknat keduanya. Bahkan ar- Rajjal pernah datang menghadap Rasulullah saw. dan sempat membaca surat al- Baqarah.

Pada waktu terjadi pemurtadan besar-besaran, Abu Bakar mengutus-nya kepada penduduk Yamamah untuk berdakwah menyeru mereka kepada Allah agar mereka tetap setia di atas Islam. Namun akhirnya ia turut murtad bersama Musailamah dan bersaksi bahwa Musailamah adalah nabi.

Saif bin Umar meriwayatkan dari Thulaihah dari Ikrimah dari Abu Hurairah dia berkata, "Suatu hari aku duduk di sisi Rasulullah saw. bersama seke-lompok orang. Di tengah kami hadir ar-Rajjal bin Anfawah. Nabi bersabda, "Sesungguhnya di antara kalian ada seseorang yang gigi gusinya di neraka lebih besar daripada gunung Uhud."

Kemudian aku perhatikan bahwa seluruh yang hadir telah wafat, dan yang tinggal hanya aku dan ar-Rajjal. Aku sangat takut menjadi orang yang disebutkan oleh Nabi tersebut hingga akhirnya ar-Rajjal keluar mengikuti Musailamah dan membenarkan kenabiannya. Sesungguhnya fitnah ar-Rajjal lebih besar daripada fitnah yang ditimbulkan oleh Musailamah." Hal ini diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq

dari gurunya dari Abu Hurairah 171 Pasukan Khalid telah dekat, formasi pasukannya; di depan dipimpin

Syarhabil bin Hasanah, sementara di sayap kiri dan kanan Zaid dan Abu Hudzaifah. Pasukan Islam yang terdepan yang lebih dahulu menemui musuh berjumlah sebanyak 40 prajurit -ada yang mengatakan 60 prajuruit penung-gang kuda- di malam hari dibawah pimpinan Majja'ah bin Murarah. Kali ini ia berangkat untuk membalas dendam terhadap Bani Tamim dan Bani Amir. Kemudian ketika kembali kepada kaumnya ia dan teman-temannya ditangkap oleh kaum muslimin dan dibawa kepada Khalid. Seluruhnya minta pengam-punan Khalid, namun Khalid tidak percaya bahkan memerintahkan seluruhya dibunuh kecuali Majja'ah. Ia dibiarkan hidup dalam keadaan terikat di sisi Khalid -karena keahliannya dalam siasat perang-. Apalagi ia merupakan pemimpin yang dimuliakan dan dipatuhi oleh kaumnya.

Versi lain mengatakan bahwa ketika mereka dihadapkan pada Khalid, Khalid bertanya kepada mereka, "Bagaimana pendapat kalian wahai Bani Hanifah?" Mereka serentak menjawab, "Dari kami seorang nabi dan dari kalian seorang nabi pula!"

Khalid membunuh mereka seluruhnya kecuali seorang yang bernama Sariyah. Sariyah berkata kepada Khalid, "Wahai bung, jika anda ingin berperang

170 Ibnu Atsir menyebutkan namanya dengan lafaz ar-Rahhal, namun pendapat pertama lebih masyhur 171 Riwayat Ibnu Ishaq dianggap mí/rea/disebabkan tidak diketahuinya (Jahalah) perawi yang terdapat antara dlrinya dan 170 Ibnu Atsir menyebutkan namanya dengan lafaz ar-Rahhal, namun pendapat pertama lebih masyhur 171 Riwayat Ibnu Ishaq dianggap mí/rea/disebabkan tidak diketahuinya (Jahalah) perawi yang terdapat antara dlrinya dan

Ketika kedua pasukan bertemu, Musailamah berkata kepada kaumnya, ”Hari ini adalah hari penentuan! Hari ini jika kalian kalah maka istri-istri kalian akan dinikahi orang lain dan ditawan, atau mereka akan dinikahi dengan paksa. Oleh karena itu berperanglah kalian untuk mempertahankan harga diri dan kaum wanita kalian."

Adapun kaum muslimin, mereka telah maju dan membuat pertahanan di perbatasan Yamamah. Di sana Khalid telah mendirikan tenda-tenda. Panji kaum Muhajirin dipegang oleh Salim Maula Abi Hudzaifah dan panji Anshar diregang oleh Tsabit bin Qais bin Syammas. Orang-orang Arab juga membawa panji mereka, sementara Majja'ah terikat di dalam tenda.

Pertempuran antara kaum muslimin dan orang-orang kafir mulai berkobar, namun tiba-tiba terjadi serangan balik oleh pasukan Musailamah. Kaum muslimin mulai terdesak hingga Bani Hanifah berhasil memasuki tenda Khalid bin Walid dan hampir membunuh Ummu Tamim, kalau tidak dilindungi oleh Majja'ah dan berkata, "Sesungguhnya wanita merdeka ini sangat mulia."

Pada waktu terjadinya serangan balik inilah ar-Rajjal bin Anfawah tewas terbunuh -semoga Allah melaknatnya-, ia dibunuh oleh Zaid bin al-Khaththab. Situasi semakin genting, sesama sahabat mulai saling memberi semangat, Tsabit bin Qais bin Syammas berkata, "Alangkah jelek perbuatan kalian terhadap rekan- rekan kalian!" Ia mulai menyeru ke setiap penjuru, Bantulah kami wahai Khalid!" Sebagian dari kaum Muhajirin dan Anshar da tang membantu.

Disebutkan bahwa al-Barra bin Ma'rur jika melihat peperangan bergejo-lak semangatnya terbakar, maka dirinya akan bergetar hebat seolah diserang al-

arwa' 172 ia segera duduk di atas punggung kendaraannya hingga terkencing- kencing dalam celana. Setelah itu ia menjerit laksana singa mengaum dan maju

menyerang Bani Hanifah dengan penuh keberanian yang tidak ada bandingannya. Para sahabat saling berwasiat satu sama lainnya dan saling berkata, "Wahai penghafal surat al-Baqarah hari ini sihir akan hancur!" Sementara Tsabit bin Qais telah menggali dua lubang dan membenamkan kedua kaiknya ke dalamnya hingga sampai betisnya, dia mengenakan kain kafan lengkap dengan wangi-wangiannya sambil membawa panji Anshar, dia tetap tegar di tempat itu hingga akhirnya terbunuh.

Orang-orang Muhajirin berkata kepada Salim Maula Abu Hudzaifah, "Tidakkah engkau takut jika musuh berhasil menjebol pertahananmu?" Dia berkata, "Kalau hal itu terjadi alangkah buruk diriku sebagai penghafal al-Qur'an."

Zaid bin al-Khaththab berkata, "Wahai saudara-saudara sekalian, gigit erat dengan geraham kalian dan bunuhlah musuh-musuh, majulah dan seranglah!" la juga berkata, "Demi Allah aku bersumpah tidak akan berbicara hingga Allah mengalahkan mereka atau aku bertemu denganNya dan akan aku sampaikan hujjahku!" Akhirnya dia terbunuh sebagai syahid.

Abu Huzaifah berkata, "Wahai Ahli al-Qur'an hiasilah al-Qur'an dengan perbuatan kalian!" Kemudian dia masuk menyerbu ke arah musuh hingga terbunuh.

Khalid bin Walid masuk menyerbu ke tempat musuh hingga melewati mereka, dia terus berjalan sambil mencari Musailamah, kemudian dia kembali dan berdiri di antara dua pasukan sambil menyeru untuk perang tanding, ia berteriak, "Aku adalah putera al-Walid al-Aud! Aku anak Ibnu Amir dan Zaid!" Kemudian ia memanggil dengan syiar kaum muslimin, yang ketika itu adalah Ya Muhammadaah. Setiap kali ada yang maju melayaninya pasti akan terbunuh olehnya, tidak ada yang mendekat kecuali pasti akan dihabisinya.

Waktu itu Khalid telah memisah-misahkan antara kaum Muhajirin, kaum Anshar, orang-orang Arab dan tiap tiap kabilah masing-masing membawa panji dan berperang di bawahnya. Dengan cara itu kelak akan diketahui dari mana musuh bisa memasuki pertahanan kaum muslimin. Pada peperangan ini tampak keuletan dan kesabaran para sahabat yang tiada tandingannya. Mereka terus menerus maju ke arah musuh hingga Allah menaklukkan musuh dan orang kafir lari tungang-langgang. Kaum muslimin terus mengejar mereka sambil menebas leher-leher mereka, dan mengayunkan pedang ke arah mana saja yang mereka maui. Hingga akhirnya orang kafir terdesak sampai kepada kebun kematian, hadiqatul maut.

Pemimpin Yamamah, Muhakkam bin Thufail, -semoga Allah melaknat-nya- telah memberi isyarat agar mereka masuk ke dalam kebun, akhirnya seluruhnya masuk kebun yang di dalamnya terdapat Musailamah al-Kadzdzab musuh Allah. Abdurrahman bin Abu Bakar berhasil mengejar Muhakkkam bin Thufail dan berhasil membunuhnya dengan anak panah yang menghujam tepat di lehernya saat sedang berpidato di depan kaumnya. Setelah seluruhnya masuk, Bani Hanifah mengunci pintu kebun tersebut, sementara di luar para sahabat telah mengepung mereka.

Barra' bin Malik kemudian berkata, "Wahai kaum Muslimin lemparkan aku ke dalam kebun!" Mereka membawanya di atas tameng besi dan mereka lempar beramai-ramai hingga melewati pagar kebun tersebut. Lantas Barra' bin Malik terus bertempur hingga ia berhasil membuka pintunya. Akhirnya kaum muslimin berhasil masuk ke dalam kebun, baik dari pintunya maupun dari dindingnya, sambil membunuh orang-orang kafir penduduk Yamamah yang berada di dalamnya. Hingga akhirnya mereka sampai ke tempat Musai-lamah yang terlaknat itu. Waktu itu dia sedang berdiri di salah satu pagar kebun yang bolong seolah- olah dia seekor unta jantan yang gagah. Dia ingin bersandar dalam keadaan tidak tahu apa yang harus dilakukan karena kemarahannya yang memuncak. Biasanya, jika setannya datang maka dia akan mengeluarkan buih dari mulutnya. Wahsy bin Harb Maula Jubair bin Muth'im -pembunuh Hamzah- datang mendekatinya dengan cepat ia melemparkan tombaknya ke arah Musailamah tepat mengenainya hingga tembus ke sisi belakang. Dengan cepat Abu Dujanah Simak bin Kharasyah mendatanginya dan menebasnya dengan pedang hingga terjatuh. Perempuan- perempuan dari dalam istana menjerit, "Aduhai malangnya nasib pemimpin kita, dia dibunuh oleh budak hitam!" Barra' bin Malik kemudian berkata, "Wahai kaum Muslimin lemparkan aku ke dalam kebun!" Mereka membawanya di atas tameng besi dan mereka lempar beramai-ramai hingga melewati pagar kebun tersebut. Lantas Barra' bin Malik terus bertempur hingga ia berhasil membuka pintunya. Akhirnya kaum muslimin berhasil masuk ke dalam kebun, baik dari pintunya maupun dari dindingnya, sambil membunuh orang-orang kafir penduduk Yamamah yang berada di dalamnya. Hingga akhirnya mereka sampai ke tempat Musai-lamah yang terlaknat itu. Waktu itu dia sedang berdiri di salah satu pagar kebun yang bolong seolah- olah dia seekor unta jantan yang gagah. Dia ingin bersandar dalam keadaan tidak tahu apa yang harus dilakukan karena kemarahannya yang memuncak. Biasanya, jika setannya datang maka dia akan mengeluarkan buih dari mulutnya. Wahsy bin Harb Maula Jubair bin Muth'im -pembunuh Hamzah- datang mendekatinya dengan cepat ia melemparkan tombaknya ke arah Musailamah tepat mengenainya hingga tembus ke sisi belakang. Dengan cepat Abu Dujanah Simak bin Kharasyah mendatanginya dan menebasnya dengan pedang hingga terjatuh. Perempuan- perempuan dari dalam istana menjerit, "Aduhai malangnya nasib pemimpin kita, dia dibunuh oleh budak hitam!"

Setelah itu Khalid memerintahkan pasukannya untuk mengelilingi Yamamah sambil mengambil harta maupun tawanan yang berceceran. Khalid berkeinginan menyerbu benteng musuh. Benteng itu telah punah kecuali kaum wanita dan anak-anak serta orang-orang yang sudah tua. Hanya saja Khalid berhasil dikelabui oleh Majja'ah yang berkata kepadanya, "Sesung-guhnya benteng itu dipenuhi oleh para tentara! Lebih baik kita berdamai saja!"

Khalid menerima tawaran itu, ia melihat pasukan kaum muslimin sudah letih dan bosan disebabkan peperangan yang terus menerus.

Majja'ah berkata, "Biarkan aku masuk ke benteng agar mereka menyetu-jui kesepakatan damai yang aku buat." Khalid berkata, "Pergilah!" Majja'ah segera masuk benteng dan memerintahkan kaum wanita untuk memakai baju perang dan menampakkan kepala mereka dari atas benteng. Ketika itu Khalid melihat ke atas benteng, ia melihat seluruh benteng dipenuhi oleh kepala manusia yang sedang mengintip. Ia mengira mereka adalah pasukan perang sebagaimana yang dikatakan oleh Majja'ah, karena itulah ia memilih untuk berdamai.

Setelah itu Khalid mengajak mereka masuk Islam, dan ternyata seluruhnya menerima tawaran tersebut. Akhirnya mereka kembali kepada kebenaran. bahkan Khalid mengembalikan kepada mereka sebagian dari harta rampasan dan tawanan perang. Selanjutnya sisanya dikirim kepada Abu Bakar ash-Shiddiq ra..

Dalam peperangan ini Ali bin Abi Thalib telah mengambil salah seorang wanita mereka untuk diperistri, yaitu ibu dari anaknya yang bernama Muhammad

yang terkenal dengan nama Muhammad bin Hanafiyyah 173 .

Tanggal Terjadinya Peristiwa Ini

Khalifah bin Khayyat, Muhammad Ibnu Jarir, dan sebagian ulama salaf berkata, "Peristiwa peperangan Yamamah terjadi pada tahun 11 H, Ibnu Qani' berkata, "Peperangan ini terjadi di penghujung tahun ini."

Al-Waqidi dan lain-lainnya berkata, "Peperangan ini terjadi pada tahun 12 H." Cara menggabungkan dua riwayat ini, bahwa peperangan dimulai pada tahun

11 H dan baru selesai pada tahun 12 H.

Kedatangan Utusan Bani Hanifah Kepada Abu Bakar

Ketika utusan Bani Hanifah datang ke hadapan Abu Bakar ash-Shiddiq ra., Abu Bakar berkata kepada mereka, "Tolong perdengarkan kepada kami sebagian dari Quran versi Musailamah, mereka bertanya, "Apakah Anda memaafkan kami wahai Khalifah Rasulullah saw. untuk tidak menyebut-kannya?" Abu Bakar berkata, "Kalian mesti memperdengarkan!" Maka mereka berkata, "Di antara Ayat Musailamah,

Wahai katak anak dua katak

Bersihkan air kami niscaya kamu akan menjadi bersih Kamu tidak dapat mengotori air tidak pula dapat mencegah orang untuk minum Kepalamu di air sementara ekormu di tanah.

Dan di antara yang dikatakannya, Demi penyemai benih Dan demi pemanen tanaman Dan demi penabur gandum Dan demi penggiling gandum Dan demi pembuat roti Dan demi pembuat bubur Dan demi yang menelan makanan lhalah dan minyak samin

Di antara yang dikatakannya, Kalian telah dilebihkan di atas penduduk Wabar

Dan penduduk Madar tidak akan dapat menandingi kalian Maka pertahankanlah kota kalian Dan orang yang minta-minta maka lindungilah dia Orang yang tersesat jauh maka tolonglah dia."

Mereka menyebutkan banyak hal yang seluruhnya adalah khurafat dan anak-anak kecilpun enggan untuk mengucapkannya dalam permainan mereka. Kemudian ash-Shiddiq ra. berkata kepada mereka, "Alangkah celaka-nya kalian, di mana kalian letakkan akal kalian? Mustahil perkataan seperti ini berasal dari Tuhan!"

Para ulama tarikh menyebutkan bahwa Musailamah berusaha meniru-riru Nabi. Sampai ke telinganya bahwa Rasulullah saw. pernah meludah di sebuah sumur maka tiba-tiba airnya menjadi banyak, maka dia juga meludah ke sebuah sumur tetapi air sumurnya malah menjadi kering total. Dan ia meludah pula dalam sumur lain, maka airnya berubah menjadi asin, dia pernah berwudhu kemudian sisanya disiramkannya ke sebuah batang kurma maka tiba-tiba kurma tersebut menjadi kering dan mati. Pernah dua bayi dibawa padanya maka dia berusaha memberkahi keduanya sambil mengu-sap kepala keduanya. Ternyata tak lama setelah itu kepala salah satu anak itu menjadi botak dan satu lainnya lidahnya menjadi kelu. Ada seseorang yang datang mengadukan padanya kedua matanya yang sakit. Maka Musailamah menghapus kedua mata orang itu, ternyata seketika

itu juga mata orang itu menjadi buta. 174