PEPERANGAN QADISIYAH

PEPERANGAN QADISIYAH

Pertempuran di Qadisiyah adalah pertempuran terbesar yang tidak pernah terjadi sebelumnya di Irak. Ketika dua pasukan telah berhadap-hadapan, Sa'ad tertimpa penyakit irqunnisa dan bisul-bisul yang tumbuh di sekujur tubuhnya hingga tidak dapat mengendarai kudanya. Dia hanya dapat me-nyaksikan pertempuran di dalam benteng dengan bersandar di atas dadanya yang terletak di atas bantal sambil mengatur tentaranya. Dia telah mewakilkan urusan perang ini kepada Khalid bin Urfuthah, di Sayap kanan dia menempatkan Jarir bin Abdillah al-Bajili, dan di sayap kiri dia mengangkat Qais bin Maksyuh. Qais dan al-Mughirah adalah pasukan bantuan yang

dikirimkan Abu Ubaidah dari Syam selesai pertempuran di Yarmuk. 499 Sa'ad melaksanakan Shalat Zuhur dengan pasukannya kemudian dia berpidato

memberikan wejangan kepada kaum muslimin serta memberi semangat untuk berjihad dan ia membacakan ayat,

"Dan sesungguhnya telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hambaKu yang shalih." (Al-Anbiya': 105).

Dia membacakan ayat Jihad dan surat yang berkenaan dengan masalah itu. Setelah itu Sa'ad bertakbir empat kali, selesai takbir ke empat mereka langsung maju menyerbu musuh hingga malam tiba. Kemudian mereka ber-henti bertempur, sementara dari kedua belah pihak telah banyak yang menjadi korban. Pada pagi harinya pertempuran kembali berkobar hingga larut malam pertempuran masih terus berjalan setelah itu mereka berhenti. Pada pagi hari berikutnya mereka kembali bertempur hingga sore tiba. Esok harinya (hari ketiga) mereka kembali bertempur hingga sore hari, dan malam ini disebut dengan malam al-Harir. Pada pagi hari yang keempat mereka bertempur dengan sengitnya. Hari itu kaum muslimin mengalami kesulitan disebabkan pasukan bergajah musuh membuat kuda-kuda Arab berlarian menghin-darinya. Maka para sahabat berusaha menghabisi seluruh gajah-gajah dengan para pengendara yang mengendalikannya. Mereka berhasil melukai dan mem-butakan mata-mata gajah ini.

498 lihat ibid, 3/498-501, demikian pula dengan Ibnu al-Jauzi. (Ibid, 4/163). 499 Lihat Ibnu Jarir, ibid, 3/530, 575

Beberapa orang dari tentara kaum muslimin benar-benar menunjukkan kebolehannya dalam bertempur mati-matian memerangi musuh, seperti Thulaihah al-Asadi, Amr bin Ma'di Karib, al-Qa'qa bin Amr, Jarir bin Abdillah al-Bajili, Dhirar bin al-Khaththab, Khalid bin Urfuthah dan lain-lainnya.

Pada waktu matahari tergelincir di hari ini -disebut dengan hari Qadisiyah 500 tepatnya hari senin bulan Muharram tahun 14 H. sebagaimana yang dikatakan Saif bin

Umar at-Tamimi- tiba-tiba angin berhembus sangat kencang hingga menerbangkan tenda-tenda tentara Persia dari tempatnya. Bahkan berhasil menerbangkan dan menjatuhkan singgasana Rustam yang biasa didudukinya. Maka Rustam segera menaiki kudanya dan melarikan diri, namun kaum muslimin segera mengejarnya dan berhasil membunuhnya.

Mereka juga berhasil membunuh Jalinius yang berada di posisi depan pasu-kannya. Akhirnya tentara Persia mengalami kekalahan yang telak. Mereka melarikan diri kocar- kacir sementara kaum muslimin dengan leluasa menge-jar dan membunuh mereka, maka tentara Islam berhasil membunuh 30.000 pasukan musuh pada hari itu, dan sebelumnya mereka telah membunuh 10.000 tentara Persia, adapun jumlah pasukan Islam yang terbunuh pada hari ini dan hari sebelumnya sebanyak 2500 orang -semoga Allah merahmati mereka-. Kaum mulimin terus mengejar pasukan Persia hingga mereka masuk ke dalam kota al-Madain tempat kediaman raja dan istana kekaisarannya.

Yang berhasil membunuh Rustam adalah Hilal bin Ullafah at-Taimi dan yang menghabisi Jalinius adalah Zuhrah bin Hawaiah 501 as-Sa'di.

Adapun Sa'ad tidak dapat turut bertempur disebabkan penyakitnya. Namun dia terus menerus memantau perkembangan pasukannya sambil memberikan instruksi untuk kebaikan pasukannya, meski demikian dia tidak menutup pintu istana karena keberaniannya, hingga andaikata tentaranya lari pasti dengan mudah tentara Persia dapat menangkapnya dengan tangan mereka tanpa ada perlawanan darinya, dan ketika itu dia

membawa Istrinya Salma binti Khasafah 502 yang sebelumnya adalah istri dari al- Mutsanna bin Haritsah. Ketika sebagian kuda berlari di hari itu istrinya sangat kaget dan

takut seraya berkata, "Aduhai al-Mutsanna... mungkin aku tidak lagi memi-liki al- Mutsanna setelah hari ini," Maka Sa'ad marah mendengarnya dan menampar wajahnya. Istrinya menjawab, "Alangkah pengecutnya dirimu" -dia mencelanya karena hanya duduk di istana pada waktu peperangan berke-camuk- ini adalah suatu bentuk pembangkangan darinya padahal dialah yang lebih mengerti udzur suaminya tidak dapat bertempur disebabkan penyakit yang menghalanginya.

Kepahlawanan dan Keberanian Abu Mihjan

Waktu itu Abu Mihjan berada di dalam istana. la dipenjarakan karena minum Khamr, dan sebelumnya dia telah berkali-kali didera disebabkan perbuatannya tersebut. Maka kali ini Sa'ad memerintahkan agar dia di ikat dan ditahan di dalam istana. Ketika

500 Sebelumnya telah berlalu tiga hari, tiap hari memiliki nama yang khusus; Hari Armats, Hari Aghwats, Hari "Imas, malam pertama disebut dengan Had'ah, malam kedua disebut dengan Sawad, dan malam ketiga disebut dengan Harir, perang

berkelanjutan sepanjang malam terakhir ini, akhirnya orang-orang terdiam tidak terdengar kecuali gemerincing pedang yang beradu, peperangan ini terus berlanjut hingga hari ke empat yang disebut dengan hari Qadisiyyah, pada hari inilah tentara Persia mengalami kehancuran. (Ath-Thabari, 3/547).

501 Dalam naskah asli tertulis Alqamah, dan perbaikan ini datang dari Tarikh ath-Thabah, 3/576, dan dia telah menceritakan jaian peperangan Qadisiyah secara rinci dan panjang lebar,

502 Dalam naskah asli tertulis Hafs, dan ini adalah keliru, perbaikan ini dari Tarikh ath-Thabari, 3/548-570 502 Dalam naskah asli tertulis Hafs, dan ini adalah keliru, perbaikan ini dari Tarikh ath-Thabari, 3/548-570

Alangkah sedihnya hati melihat kuda-kuda perang berkeliling sekitar istana Sementara aku ditinggalkan sendiri dalam keadaan terbelenggu kuat

Jika aku berdiri namun penjara besi ini tertutup sementara orang-orang lain yang telah terbunuh dalam peperangan seakan-akan

memanggilku aku sebelumnya adalah orang yang banyak harta dan saudara

tetapi sekarang mereka meninggalkanku seolah-olah aku tidak lagi memiliki saudara

Setelah itu dia bermohon kepada Zubara -Ummu walad- milik Sa'ad agar melepaskannya dan meminjamkan Kuda Sa'ad kepadanya. Dia bersumpah akan kembali lagi pada sore hari dan akan kembali meletakkan kakinya dalam belenggu, maka wanita itu akhirnya melepaskannya. Dia segera me-ngedarai kuda Sa'ad dan keluar turut bertempur dengan gagah berani di medan perang. Sa'ad heran melihat kudanya yang keluar antara percaya dan tidak menyaksikan penunggang kuda itu adalah Abu Mihjan, karena se-pengetahuannya Abu Mihjan berada di dalam istana dalam keadaan ter- belenggu. Ketika sore hari tiba Abu Mihjan kembali dan meletakkan belenggu di kakinya. Maka Sa'ad turun dan mendapati kudanya penuh dengan peluh keletihan, maka dia berkata, "Kenapa begini?" Maka mereka menyebutkan padanya kisah Abu Mihjan, maka Sa'ad senang mendengarnya dan melepaskannya -semoga Allah meridhoi keduanya-.

Surat Sa'ad Kepada Umar ra. Memberitakan Kemenangan Mereka

Sa'ad segera mengirim surat kepada Umar ra. menyampaikan kabar gem-bira atas kemenangan mereka, lengkap dengan jumlah pasukan musuh maupun kaum muslimin yang terbunuh, surat tersebut dibawa oleh Umailah al-Fazari. Isi surat itu sebagai berikut:

"Amma ba'du, Sesungguhnya Allah telah memenangkan kami atas bala tentara Persia. Ini merupakan ketetapan yang pasti akan terjadi sebagaimana orang-orang sebelum mereka yang seagama dengan mereka. Telah terjadi pertempuran yang cukup panjang dan alot. Persia telah membawa pasukan dalam jumlah sangat besar untuk menghadapi kaum muslimin. Belum pernah terlihat sebelumnya pasukan sebanyak itu. Namun seluruhnya tidak berguna dan sia-sia di hadapan Allah, bahkan Allah telah memindahkan kekuasaan dari mereka ke tangan kaum muslimin. Kaum muslimin terus mengejar mereka ke manapun mereka berlari, baik ke arah sungai, gunung ataupun lembah.

Pasukan yang terbunuh dari kaum muslimin adalah Sa'ad bin Ubaid al-Qari, si fulan, fulan dan lain-lain yang tidak kita ketahui namun Allah me-ngetahui mereka. Mereka selalu bergemuruh membaca Al-Qur'an ketika malam mulai tiba seolah-olah dengungan lebah, dan mereka ibarat singa-singa yang garang di siang hari. Bahkan singa saja tidak segarang mereka. Tidak ada ke-lebihan bagi orang yang mendahului mereka dengan orang yang masih hidup di antara mereka selain mati syahid yang belum Pasukan yang terbunuh dari kaum muslimin adalah Sa'ad bin Ubaid al-Qari, si fulan, fulan dan lain-lain yang tidak kita ketahui namun Allah me-ngetahui mereka. Mereka selalu bergemuruh membaca Al-Qur'an ketika malam mulai tiba seolah-olah dengungan lebah, dan mereka ibarat singa-singa yang garang di siang hari. Bahkan singa saja tidak segarang mereka. Tidak ada ke-lebihan bagi orang yang mendahului mereka dengan orang yang masih hidup di antara mereka selain mati syahid yang belum

setelah itu Umar ra. berkata, "Aku tidak ingin melihat ada kekurangan dan kebutuhan kalian kecuali akan kupenuhi dan kututupi agar kita sama-sama merasakan kelapangan. Jika kita tidak mampu melakukan itu kita akan berusaha hidup secukupnya dan apa adanya. Aku ingin kalian mengetahui bahwa apa yang kalian makan dan rasakan demikian pula yang aku makan dan aku rasakan. Aku tidak pernah mengajari kalian kecuali terus bekerja dan beramal. Demi Allah aku bukanlah Raja yang memperbudak kalian. Aku hanyalah hamba Allah yang dibebani amanah untuk aku pikul. Jika segala limpahan rezeki yang sampai kepada kita aku kembalikan dan aku bagi-bagikan kepada kalian hingga kalian merasa kenyang di rumah-rumah kalian maka aku akan berbahagia, tetapi jika aku membawa seluruh limpahan rizki itu ke dalam rumahku maka aku akan celaka. Walaupun senang sesaat tetapi pasti aku akan bersedih selamanya, dan aku akan

digunjing dan dicela." 504 Saif berkata dari syaikhnya mereka berkata, "Orang-orang Arab dari suku Uzaib

dan Aden Abyan 505 menunggu-nunggu hasil peperangan Qadisiyah Mereka mengetahui dengan pasti bahwa eksis maupun runtuhnya kerajaan mereka sangat bergantung dari

hasil peperangan ini. Mereka mengutus para utusan mereka dari segala penjuru untuk mencari berita tentang pertempuran tersebut. 506

Seluruh Negeri Irak yang sebelumnya telah ditaklukkan oleh Khalid berkhianat membatalkan seluruh kesepakatan dan perjanjian yang telah dibuat dengan kaum muslimin secara sepihak, kecuali penduduk Banqiya dan Ba-rusma serta Penduduk negeri Ullais. Usai pertempuran Qadisiyah ini seluruhnya kembali takluk kepada kaum muslimin dan masing-masing mengklaim bahwa mereka dipaksa Persia untuk membatalkan perjanjian, dan Persia telah mengambil hasil bumi dan lain-lainnya dari mereka. Namun kaum muslimin sengaja menerima segala laporan mereka dalam rangka

menarik hati mereka. 507 Ibnu Ishaq berpendapat bahwa peristiwa ini terjadi pada tahun 15 H. Sementara

Waqidi mengklaim bahwa pertempuran ini terjadi pada tahun 16 H. Adapun Saif bin Umar dan mayoritas ahli sirah menyatakan bahwa kejadian ini pada tahun 14 H,

sebagaimana yang diceritakan oleh Ibnu Jarir Ath-Thabari, wallahu a'lam. 508