KISAH MURTADNYA PENDUDUK BAHRAIN DAN KEMBALI-NYA MEREKA KEPADA ISLAM

KISAH MURTADNYA PENDUDUK BAHRAIN DAN KEMBALI-NYA MEREKA KEPADA ISLAM

Kisah tentang mereka bermula ketika Rasulullah saw. ill mengutus al-Ala' Kisah tentang mereka bermula ketika Rasulullah saw. ill mengutus al-Ala'

Maka al-Munzir berkata, "Aku tidak suka jika hartaku dijadikan seperti Baahirah, Saaibah, Waashilah maupun Haam. 175 Tetapi akan aku sedekahkan saja

hartaku itu." Akhirnya ia melaksanakan niatnya itu dan kemudian wafat. Amru sangat kagum kepadanya.

Setelah al-Mundzir wafat penduduk Bahrain berubah menjadi murtad dan mereka mengangkat al-Gharur yaitu al-Mundzir bin an-Nu'man bin al-Mundzir menjadi raja mereka. Ada di antara mereka yang berkata, "Seandai-nya Muhammad benar seorang Rasul pastilah dia tidak akan mati." Tidak satupun dari daerah yang berada di Bahrain tetap memegang keislamannya kecuali satu kota saja yang disebut dengan Juwatsan. Kota inilah yang pertama kali mengadakan shalat Jum'at dari sekian banyak orang-orang yang murtad sebagaimana yang

terdapat dalam Shahih al-Bukhari dari Ibnu Abbas. 176 Seluruh penduduk yang murtad telah mengepung wilayah ini dan mem-

boikotnya. Sampai-sampai makananpun tidak boleh masuk kepada mereka sehingga membuat mereka sangat kelaparan. Akhirnya Allah memberikan jalan keluar untuk mereka. Salah seorang dari mereka yaitu Abdullah bin Hadzaf seorang lelaki yang berasal dari Bani Bakar bin Kilab membacakan sebait syairnya dalam keadaan lapar:

Adakah yang dapat membawa berita kepada Abu Bakar Dan seluruh penduduk Madinah Tentang suatu kaum mulia yang terduduk di kota Juwatsan dalam keadaan

terkepung Seolah-olah darah mereka yang mengalir di mana-mana Laksana cahaya mentari yang menerpa orang yang melihatnya Kami bertawakkal kepada Allah yang Maha Pemurah Kami dapati kemenangan selalu bersama orang-orang yang bertawakkal

175 Yang di maksudkannya adalah firman Allah: "Allah sekali-kali tidak pernah mensyari'atkan adanya bahiirah, saaibah, washiiláh dan haam. Akan tetapi orang-orang kafir membuat-buat kedustaan terhadap Allah, dan kebanyakan mereka

tidak mengerti. "(Al-Maidah:103), lihat juga Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur'anul Adzim 2/107. 176 Takhrff hadits ini telan lewat. Dan Juwatsan adalah nama sebuah benteng millk Abdul Qais yang terletak di negeri

Salah seorang dari pembesar mereka berdiri sambil berpidato di hadapan kaumnya, yaitu al-Jarud bin al-Ma'alli, dia termasuk orang yang pernah hijrah kepada Rasulullah saw. dia mengatakan, "Wahai keturunan Abdul Qais aku bertanya kepada kalian tentang suatu perkara, tolong beritahu aku jawabannya jika kalian mengetahuinya, dan tolong jangan dijawab jika kalian tidak mengetahuinya." Mereka berkata, "Silahkan tanya!" Dia berkata, "Tahukah kalian bahwa Allah memiliki nabi-nabi sebelum kedatangan Muhammad?" Mereka menjawab, "Ya." Kemudian dia bertanya lagi, "Kalian mengetahuinya atau pernah melihatnya?" Mereka menjawab, "Kami mengetahuinya." Kemudian dia bertanya, "Bagaimana nasib mereka sekarang?" Mereka menjawab, Semuanya telah mati." Dia melanjutkan, "Sesungguhnya Muhammad juga telah mati sebagaimana mereka telah mati, dan aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang haq selain Allah dan Muhammad itu adalah utusan Allah." Maka serentak mereka juga mengatakan hal yang sama, "Kami bersaksi bahwa tiada Tuhan yang haq selain Allah dan Muhammad itu utusan Allah, engkaulah orang yang paling mulia di antara kami dan pemimpin kami." Akhirnya mereka tetap istiqamah di atas keislaman mereka dan mereka meninggalkan orang banyak yang tersesat.

Kemudian Abu Bakar mengutus al-Ala' bin al-Hadhrami kepada mereka. Sewaktu mendekati Bahrain datanglah Tsumamah bin Utsal dengan tentara yang banyak dan berdatangan pula seluruh pemimpin yang berada di dekatnya untuk

kemudian bergabung bersama tentara al-Ala'. Maka al-Ala 1 bin al-Hadharami sangat menghormati mereka dan menghargai mereka serta memperlakukan

mereka dengan baik.

Karamah al-Ala' Bin al-Hadhrami

Al-Ala’ adalah satu dari sekian banyak sahabat nabi yang senior dan Termasuk orang yang berilmu, banyak beribadah dan mustajab doanya.

Dalam peperangan ini terjadi suatu karamah. Ketika mereka berhenti di suatu tempat 177 yaitu ketika pasukan belum sempat berhenti dengan sempur-na

tiba-tiba unta-unta mereka menjadi beringas dan lari membawa seluruh perbekalan tentara baik berupa kemah, makanan dan minuman.

Waktu itu mereka berdiam di tempat itu dan hanya membawa pakaian yang melekat di badán saja. Kejadian ini terjadi pada malam hari. Tidak seekor untapun yang dapat mereka kejar. Akhirnya waktu itu mereka ditimpa perasaan gelisah dan sedih yang tidak terperikan, sampai sebagian mereka mulai berwasiat kepada yang lainnya menuggu ajal datang menjemput. Maka salah seorang pembantu al- Ala' memanggil dan mengumpulkan mereka, kemudian al-Ala' mulai berbicara, "Wahai hadirin sekalian bukan-kah kalian orang Islam? Bukankah kalian sedang berperang di jalan Allah? Bukankah kalian penolong agama Allah?" Mereka menjawab, "Ya benar!" al-Ala' melanjutkan lagi, "Demi Allah bergembiralah, Dia tidak akan menghi-nakan kalian dalam keadaan seperti ini." Kemudian adzan subuh dikuman-dangkan ketika terbit fajar, dan al-Ala' shalat bersama seluruh pasukan. Selesai shalat al-Ala' duduk bersimpuh dengan kedua lututnya dan orang-orangpun duduk pula mengikutinya. Mulailah ia berdoa sambil mengangkat Waktu itu mereka berdiam di tempat itu dan hanya membawa pakaian yang melekat di badán saja. Kejadian ini terjadi pada malam hari. Tidak seekor untapun yang dapat mereka kejar. Akhirnya waktu itu mereka ditimpa perasaan gelisah dan sedih yang tidak terperikan, sampai sebagian mereka mulai berwasiat kepada yang lainnya menuggu ajal datang menjemput. Maka salah seorang pembantu al- Ala' memanggil dan mengumpulkan mereka, kemudian al-Ala' mulai berbicara, "Wahai hadirin sekalian bukan-kah kalian orang Islam? Bukankah kalian sedang berperang di jalan Allah? Bukankah kalian penolong agama Allah?" Mereka menjawab, "Ya benar!" al-Ala' melanjutkan lagi, "Demi Allah bergembiralah, Dia tidak akan menghi-nakan kalian dalam keadaan seperti ini." Kemudian adzan subuh dikuman-dangkan ketika terbit fajar, dan al-Ala' shalat bersama seluruh pasukan. Selesai shalat al-Ala' duduk bersimpuh dengan kedua lututnya dan orang-orangpun duduk pula mengikutinya. Mulailah ia berdoa sambil mengangkat

puasnya ('alai ba'da nahal) 178 dan ini merupakan karamah yang disaksikan oleh orang banyak sekaligus merupakan tanda kebesaran Allah bagi pasukan ini.

Kekalahan Kaum Murtad

Ketika al-Ala' telah mendekati pasukan orang-orang yang murtad -mereka telah mengumpulkan personil dan perlengkapan yang banyak sekali-maka al-Ala' memberhentikan pasukannya dan musuh turut berhenti sementara jarak di antara mereka saling berdekatan. Pada malam harinya al-Ala' mendengar suara hiruk- pikuk dari pasukan kaum murtad, ia berkata, "Siapa yang siap untuk mencari informasi tentang mereka?"

Maka bangkitlah Abdullah bin Hadzaf dan dia mulai berjalan memasuki sarang musuh, ternyata didapatinya semua musuh dalam keadan mabuk tidak sadarkan diri lagi, Abdullah segera kembali dan memberitahukan itu kepada al- Ala'. Maka spontan ai-Ala' beserta pasukannya menyiapkan perbekalan dan maju menyerang musuh.

Malam itu mereka banyak membunuh musuh, dan sedikit sekali yang bisa melarikan diri dari mereka. Pasukan Islam berhasil menguasai seluruh harta musuh dan hasil bumi maupun perhiasan mereka, mereka benar-benar membawa harata rampasan perang yang banyak.

Tersebutlah al-Hutham bin Dhubai'ah saudara dari Bani Qais bin Tsa'labah termasuk tokoh kaumnya sedang tidur ketika kaum muslimin menyerbu mereka. Dia terbangun dalam keadaan terkejut dan langsung lom-pat ke atas kudanya namun sayang pelananya terputus, maka dia berkata,

Siapa yang bisa memperbaiki pelanaku?" Datanglah seorang dari tentara kaum muslimin malam itu dan berkata, "Aku bisa memperbaikinya untukmu, angkatlah kakimu." Tatkala dia mengangkat kakinya maka seketika tentara Islam itu memenggal kakinya hingga terputus, dia masih berteriak, "Siapkan pelanaku." namun dijawab oleh tentara islam tersebut, "Tidak, aku tidakmau." Akhirnya dia jatuh tersungkur, tiap kali orang melewatinya ia menawarkan agar sudi membunuhnya. Namun orang-orang tidak mau hingga Qais bin Ashim melewatinya, ia berkata kepadanya, "Aku akan binasa bunuhlah aku." Maka Qaispun membunuhnya, tatakala Qais melihat kakinya telah terpotong dia merasa menyesal membunuhnya dan berkata, "Alangkah kasihannya nasibmu, andai aku tahu apa yang menimpamu pasti engkau tidak akan kusentuh."

Selanjutnya kaum muslimin mengejar musuh yang melarikan diri. Siapa saja yang berhasil disusul akan segera dibunuh di manapun mereka berada.

Banyak yang lari menuju laut ke Darain. 179 Mereka menaiki perahu, setelah itu mulailah al-Ala' membagi-bagi harta rampasan perang.

Karamah Lain yang Terjadi

Ketika pembagian ghanimah selesai al-Ala ’ berkata kepada tentaranya, Mari kita berangkat menuju Darain untuk memerangi musuh yang berada di sana."

Segenap tentara segera mematuhi perintahnya. Mereka mulai bergerak hingga sampai di tepi pantai dan bersiap-siap untuk menge-jar perahu musuh. Namun jarak antara mereka dengan perahu sudah jauh, maka al-Ala' segera masuk ke laut dengan kudanya sambil berdoa, "Ya Allah Yang Maha Pemurah dan Penyayang, Ya Allah Yang Mahabijaksana dan Mulia, Ya Allah Yang Esa dan tempat bergantung. Ya Allah Yang Maha hidup dan Berdiri Sendiri. Ya Allah yang memiliki keagungan dan Kemuliaan Tiada Tuhan Yang Haq kecuali Engkau, Engkaulah Rabb kami." Kemudian ia perintahkan tentaranya untuk mengucapkan doa yang sama dan langsung masuk ke dalam laut bersama kuda mereka. Akhirnya mereka dapat menye-berangi teluk tersebut dengan mengendarai kuda yang berjalan di atas air seolah-olah sedang berjalan di atas pasir lunak yang sedikit airnya dan berpasir, namun tidak sampai sebatas kaki unta dan tidak pula sampai sebatas pelana kuda. :

Padahal perjalanan ini jika ditempuh dengan kapal memakan waktu sehari semalam, namun dengan cepat ia telah sampai di tepi pantai seberang. la terus memerangi musuh hingga mengalahkan mereka dan mengambil seluruh harta rampasan perang mereka. Kemudian ia kem-bali lagi ke sisi pantai yang pertama. Perjalanan pulang pergi menyeberangi laut hanya memakan waktu satu hari saja, tanpa menyisakan seorang musuhpun yang hidup untuk membawa berita.

Maka al-Ala' mulai menggiring para tawanan anak-anak dan wanita, lengkap beserta harta dan ternak mereka. Tidak seorang pun dari kaum muslimin yang kehilangan kecuali seekor kuda yang bernama Ulaiqah. Namun al-Ala'

berhasil membawanya kembali, kemudian al-Ala ’ kembali membagi-bagaikan harta rampasan perang untuk prajuritnya. Setiap penung-gang kuda berhasil

mendapatkan 6000 dinar dan setiap pasukan pejalan kaki mendapatkan 2000 dinar, padahal jumlah pasukannya lumayan banyak. Kemudian beliau memberitakan kemenangan ini kepada Abu Bakar ash-Shiddiq ra.. Abu Bakar ash-Shiddiq ra. mengirim utusan sebagai tanda terima kasihnya kepada al-Ala' atas prestasinya itu. Salah seorang dari tentara kaum muslimin yaitu Afifi bin al-

Mundzir 180 membuat sebait syair yang berbunyi: Tidakkah kalian melihat bagaimana Allah telah menaklukkan lautNya