TUNTUTAN TERHADAP DARAH UTSMAN

TUNTUTAN TERHADAP DARAH UTSMAN

Setelah terbunuhnya Utsman , Mu'awiyah bin Abi Sufyan beserta sejumlah sahabat lainnya angkat bicara di hadapan manusia dan mendorong mereka agar menuntut darah Utsman dari orang-orang Khawarij yang telah membunuhnya. Para sahabat yang turut serta dalam tuntutan ini adalah: Ubadah bin Shamit, Abu

Darda', Abu Umamah, Amru bin Abasah 962 dan para sahabat lainnya. Dari kalangan tabi'in: Syarik bin Khubasyah, 963 Abu Muslim al-Khaulani,

Abdurrahman bin Ghanm dan yang lainnya. 964 Setelah selesai proses pembai'atan Ali ra., Thalhah, az-Zubair dan beberapa

pemuka sahabat datang menemui beliau guna menuntut penegakan hukum dan menegakkan qishash atas kematian Utsman. Namun Ali ra. menyampaikan alasan kepada mereka bahwa kelompok pembangkang itu memiliki kekuatan yang besar. Dan tidak mungkin tuntutan itu dilakukan sekarang. Az-Zubair meminta kepada beliau agar diangkat menjadi amir di Bashrah. Az-Zubair berjanji akan membawa pasukan dari Bashrah untuk memperkuat barisan melawan kaum Khawarij dan kaum Arab Badui yang ikut bersama mereka dalam pembunuhan Utsman, Ali ra.

berkata kepada mereka berdua, "Bersabarlah dulu, jangan paksa aku!" 965 Kemudian Abdullah bin Abbas menganjurkan kepada Ali ra. agar tetap

mempertahankan amir-amir yang dahulu ditunjuk oleh Utsman di daerah-daerah

961 Ini adalah ringkasan dari riwayat ath-Thabari dari Jalur Salf bin Umar dari guru-gurunya. Silahkan lihat Tarlkh ath- Thabari, 4/443-446.

Namun sebagian dari yang disebutkannya itu perlu ditinjau kembali, Mu'awiyah tidaklah menentang kekhalifahan Ali «$», namun ia hanya menuntut ditegakkannya hukum atas para pembunuh Utsman ra. tanpa mengulur-ulur waktu sebagaimana pendapat khalifah Ali «$&. Yahya bin Sulaiman al-Ju'fi meriwayatkan dengan sanad yang bagus seperti yang dikatakan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Ban, 3/92 dari Abu Muslim al-Khaulani bahwa ia berkata kepada Mu'awiyah, "Apakah engkau menentang khalifahan Ali ataukah engkau sama kedudukannya dengannya?" Mu'awiyah berkata, "Tidak demi Allah, aku tahu ia lebih utama daripadaku dan lebih berhak memegang jabatan itu daripadaku. Akan tetapi bukankah kalian tahu bahwa Utsman ra. dibunuh secara zhalim, sedang aku adalah keponakan beliau? Dan menuntut atas kematian beliau? Hendaklah ia menyerahkan orang-orang yang membunuh Utsman ra. kepadaku niscaya aku akan tunduk kepada kekhalifahannya." Ali berkata, "Hendaklah ia berbai'at lalu menyerahkan tuntutannya kepada para pembunuh Utsman ra. kepadaku." 962 Beliau adalah Amru bin Abasah as-Sulami, biografinya dapat dilihat dalam kitab ath-Thabaqat, 4/157 dan al-Ishabah, 4/658. 963 Dalam naskah asli disebutkan: Hubasyah, namun itu salah tulis, yang benar adalah Khubasyah, silahkan lihat biografinya

dalam kitab al-Ishabah, 3/384. 964 Tarikh ath-Thabari, 4/352.

965 Para penulis sejarah menyebutkan bahwa al-Mughirah bin Syu'bah telah menasihati Ali agar mempertahankan para amir yang diangkat oleh Utsman ra., kemudian ia datang lagi pada hart lain dan menasihati Ali agar mencopot mereka. Riwayat

ini tidak benar. Diriwayatkan oleh ath-Thabari dari jalur Saif bin Umar dari guru-gurunya yang masih majhul(belum diketahui identitas mereka). Silahkan lihat Tarikh ath-Thabari, 4/438.

Saya katakan, Kisah az-Zubair menuntut jabatan amir di Bashrah tidak shahih. Keluarnya ‘Aisyah ra., az-Zubair dan Thalhah ke Bashrah adalah untuk ishlah (perdamaian) dan usaha untuk menyatukan kalimat kaum muslimin setelah terjadinya perselisihan dan berkembangnya fitnah. Mereka keluar bukan untuk menolak kekhalifahan Ali 4e. Diriwayatkan secara shahih dari al-Ahnaf bin Qais bahwa ia bermusyawarah dengan mereka ketika Utsman ra. dikepung tentang siapakah yang akan dibai'at setelah Utsman ra. terbunuh? Mereka mengisyaratkan agar membai'at Ali bin Abi Thalib <^&. Silahkan lihat Fathul Ban, 13/38.

sampai stabilitas keamanan pulih kembali. Khususnya Mu'awiyah di wilayah Syam. Ibnu Abbas berkata kepadanya," Aku khawatir ia akan menuntut darah Utsman bila anda mencopotnya."

Ali ra. berkata, "Aku tidak berpendapat demikian, akan tetapi berangkat-lah ke Syam, sungguh aku mengangkatmu menjadi amir di sana."

Abdullah bin Abbas berkata kepada Ali ra., "Aku khawatir Mu'waiyah membunuhku karena menuntut balas kematian Utsman. Atau aku khawatir ia mengira aku diangkat menjadi amir karena aku ada hubungan keluarga denganmu. Akan tetapi tulislah surat kepada Mu'awiyah, berilah harapan dan janji untuknya."

Ali ra. berkata, "Demi Allah, hal itu tidak akan terjadi selamanya." Abdullah bin Abbas berkata, "Wahai Amirul Mukminin, perang adalah tipu

daya seperti yang dikatakan oleh Rasulullah saw. 966 Demi Allah, sekiranya anda menuruti kata-kataku, niscaya aku akan menggiring mereka semua kepadamu."

Abdullah bin Abbas telah melarang Ali ra. agar jangan menerima saran sebagian orang yang membujuk beliau agar berangkat ke Iraq dan mening-galkan

Madinah, akan tetapi Ali ra. menolak seluruh saran Abdullah bin Abbas 967

Thalhah, az-Zubair dan ‘Aisyah ra. ra.. ra.. Berangkat ke Bashrah

Istri-istri nabi , para umahatul mukminin berangkat menunaikan haji pada tahun ke tiga puluh lima hijriyah untuk menghindari fitnah. Ketika sampai ke telinga orang banyak berita terbunuhnya Utsman , yaitu ketika mereka hendak pulang dari haji, mereka kembali lagi ke Makkah dan mene-tap di sana. Mereka menunggu apa yang akan dilakukan oleh manusia. Setelah dibai'atnya Ali ra. dan orang-orang yang paling berpengaruh di sekitar beliau -yaitu karena desakan kondisi dan dominasi mereka bukan atas keinginan beliau pribadi- adalah para pemimpin-pemimpin Khawarij yang telah mem-bunuh Utsman. Padahal Ali ra. sebenarnya sangat membenci mereka. Akan tetapi beliau menunggu kehancuran mereka dan sangat ingin kalaulah berhasil me-nguasai mereka, beliau akan mengambil hak Allah dari mereka. Akan tetapi karena kondisinya seperti itu, justru mereka yang menguasai beliau dan bahkan mereka menghalangi para sahabat yang lainnya dari beliau, maka larilah sekelompok Bani Umayyah dan yang lainnya ke Makkah. Kemudian Thalhah dan az-Zubair meminta izin kepada beliau untuk mengerjakan umrah ke Makkah. Ali ra. mengizinkan mereka berdua, lalu keduanyapun berangkat ke Makkah diikuti oleh banyak orang. Kemudian datang pula Ya'la bin Umayyah dari Yaman -ia adalah amir di Yaman pada masa kekhalifahan Utsman-dengan membawa enam ratus ekor unta dan enam ratus ribu dirham. Bertepatan pula dengan kedatangan Abdullah bin Amir dari Bashrah, ia adalah wakil Utsman untuk daerah Bashrah. Maka berkumpullah di Makkah para tokoh dari kalangan sahabat dan para umahatul mukminin.

966 967 Hadits riwayat Ibnu Majah dalam Sunamya nomor 2861. Diriwayatkan oleh ath-Thabari 4/439 dari jalur al-Waqidi dari Ibnu Abi Sabrah dari Abdul Majid bin Suhail. Sanadnya dhaif sekali.

‘Aisyah ra. ra.. mengajak orang-orang agar menuntut balas atas tertumpahnya darah Utsman. ‘Aisyah ra. ra.. menyebutkan kelaliman orang-orang yang telah membunuh Utsman di tanah Haram dan di bulan Haram serta tidak mempedulikan kehormatan Rasulullah saw. mereka telah menumpahkan darah dan menjarah harta. Orang-orangpun menyambut seruan ‘Aisyah ra. ra.. dan bersedia mengikuti apa yang menurut ‘Aisyah ra. ra.. baik dan membawa maslahat. Mereka berkata kepadanya, "Ke manapun anda pergi, kami akan ikut ber-sama anda."

Sebagian dari mereka berkata, "Mari kita berangkat ke Syam." Sebagian dari mereka berkata, "Sesungguhnya Mu'awiyah bisa mengu-rus

masalah di sana, sekiranya para pemberontak itu datang ke sana niscaya mereka akan kalah. Penduduk Syam pasti akan bersatu, karena tokoh-tokoh besar dari kalangan sahabat nabi di Syam bersama mereka."

Yang lainnya berkata, "Mari kita berangkat ke Madinah dan menuntut Ali ra. agar menyerahkan para pembunuh Utsman untuk diqishash."

Dan sebagian lainnya mengusulkan, "Lebih baik kita berangkat ke Bashrah untuk menggalang kekuatan di sana dengan kuda-kuda dan pasukan. 968 Kita mulai

dari sana dengan mencari para pembunuh Utsman." Lalu mereka pun sepakat dengan usulan tersebut.

Para umahatul mukminin lainnya menghendaki agar ‘Aisyah ra. ra.. ikut ber- sama mereka ke Madinah. Namun ketika orang-orang sepakat berangkat ke Bashrah mereka berkata, "Kami tidak akan pergi ke tempat lain selain Madinah."

Ya'la bin Umayyah menyiapkan rombongan. Beliau mengeluarkan enam ratus ekor unta dan enam ratus ribu dirham untuk keperluan rombongan. Abdullah bin Amir pun menyiapkan uang yang cukup banyak untuk keperluan rombongan. Pada saat itu Hafshah binti Umar ummul mukminin menyetujui pendapat ‘Aisyah ra. ra.. untuk berangkat ke Bashrah. Namun ia dilarang oleh saudara laki-lakinya, yakni Abdullah bin Umar. Abdullah bin Umar menolak berangkat bersama mereka ke tujuan lain selain Madinah. Orang-orangpun menyertai ‘Aisyah ra. ra.. dengan seribu pasukan berkuda, ada yang mengatakan sembilan ratus pasukan berkuda dari penduduk Madinah dan Makkah. Lalu banyak pula orang-orang lain yang ikut serta dalam rom-bongan ini. Sehingga jumlah mereka menjadi tiga ribu orang. Ummul Mukminin ‘Aisyah ra. ra.. berada dalam haudaj (sekedup) unta yang bernama 'Askar yang dibeli oleh Ya'la bin Umayyah.

Rombongan pun bergerak menuju Bashrah. Yang bertindak menjadi imam shalat atas perintah ‘Aisyah ra. ra.. adalah keponakan beliau, Abdullah bin az- Zubair. Sedang Marwan bin al-Hakam bertindak sebagai muadzin pada waktu- waktu shalat. Di tengah perjalanan pada malam hari mereka tiba di mata air

bernama al-Hau'ab. 969 Anjing-anjing mengonggong menyambut kedatangan mereka di mata air itu.

968 Ini merupakan lafal-lafal mungkar dalam kisah di atas, karena sebenarnya mereka keluar untuk ishlah, dan mereka memilih Bashrah karena dekatnya daerah itu dengan tempat kejadian. 969

Al-Hau'ab maknanya lembah yang luas. la adalah nama sebuah mata air di tengah jalan menuju Bashrah di daerah Bani Amir bin Kilab, di situ terdapat benteng yang dibangun oleh Abdul Aziz bin Zurarah al-Kalbi {Mu'jamul Buldan, 2/314).

Demi mendengar gonggongan anjing ‘Aisyah ra. ra.. bertanya, "Apa nama mata air ini?"

"Mata air al-Hau'ab" kata mereka. ‘Aisyah ra. ra.. memukul tangannya sendiri sambil berkata, "Inna lillahi wa

inna ilaihi raji'un. Menurutku aku harus kembali." "Mengapa?" tanya mereka.

Beliau berkata, "Aku mendengar Rasulullah saw. berkata kepada istri-istri beliau,

"Duhai kiranya siapakah di antara kalian yang disambut oleh gonggongan anjing di mata air al-Hau'ab."

Kemudian ‘Aisyah ra. ra.. memukul kaki untanya dan menambatkannya. ‘Aisyah ra. ra.. berkata, "Kembalikanlah aku, kembalikanlah aku! Demi Allah

akulah wanita (yang disambut gonggongan anjing) di mata air al-Hau'ab." Kami telah mencantumkan hadits ini beserta sanad dan matannya dalam

kitab Dalail an-Nubuwah." 970 Orang-orang pun menambatkan unta mereka di dekatnya sehari semalam.

Abdullah bin az-Zubair berkata kepadanya, "Sesungguhnya orang-orang yang menyampaikan kepadamu bahwa mata air ini bernama al-Hau'ab telah

berdusta." 971 Mereka pun berangkat menuju Bashrah, ketika rombongan mendekati

Bashrah ' Aisyah ra.. menulis surat kepada al-Ahnaf bin Qais dan orang-orang di sana mengabarkan bahwa ia sudah sampai di Bashrah. Utsman bin Hunaif mengutus Imran bin Hushain dan Abul Aswad ad-Duali untuk menemui ‘Aisyah ra. ra.., guna menanyakan maksud kedatangannya. Ketika kedua utusan itu datang menemui ‘Aisyah ra. ra.., keduanya mengucapkan salam dan menanyakan maksud kedatangan beliau. ‘Aisyah ra. ra.. menyampaikan kepada kedua utusan itu bahwa maksud kedatangannya adalah hendak menuntut atas tertumpahnya darah Utsman. Karena beliau dibunuh secara zhalim pada bulan Haram di negeri Haram. Beliau membacakan firman Allah:

" Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan- bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keredhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar." (An-Nisa': 114).

Kedua utusan itupun meninggalkan ‘Aisyah ra. ra.. lalu menemui Thalhah

970 Sllahkan lihat kitab al-Bidayah wan Nihayah, 9/186, hadits ini tercantum juga dalam MusnadImam Ahmad, 6/52 dan 97. Ibnu Katsir berkata, "Sanad ini sesuai dengan syarat Shahihain dan belum diriwayatkan oleh keduanya." Kemudian beliau

menyebutkan jalur lain yang diriwayatkan oleh al-Bazzar. Silahkan lihat kitab KasyfulAstar, 4/94, al-Haitsami berkata dalam kitab Majma' az-Zawaid, 7/234: "Diriwayatkan oleh al-Bazzar dan perawinya tsiqah." 971

Demikian yang beliau katakan. Dalam Tarikh ath-Thabah, 4/457 disebutkan: "Abdullah bin az-Zubair datang menemui ‘Aisyah ra. dan berkata, 'Selamatkan diri, selamatkan diri, demi Allah sesungguhnya pasukan Ali telah mengejar kalian'." Rlwayat ini dari jalur Saif dari guru-gurunya, lafal ini adalah mungkar, lafal yang disebutkan dalam kitab Musnad adalah: 'Sebagian orang yang bersama ‘Aisyah ra. berkata kepadanya, 'Lanjutkanlah perjalanan, mudah-mudahan kaum muslimin melihat kehadiran anda'." Dalam riwayat lain dalam kitab Musnsd, "Az-Zubair berkata kepada ‘Aisyah ra.." Riwayat-riwayat ini shahih walillahil hamd.

dan bertanya kepadanya, "Apa gerangan tujuan anda kemari?" Thalhah menjawab, "Menuntut atas tertumpahnya darah Utsman." Keduanya berkata, "Bukankah engkau telah membai'at Ali ra.?"

Thalhah menjawab, "Ya, dibawah ancaman pedang di leherku. Aku tidak akan membatalkannya 972 apabila ia tidak membiarkan kami menebus balas atas

para pembunuh Utsman!" Lalu keduanya mendatangi az-Zubair, dan beliaupun mengucapkan seperti

itu. Imran dan Abul Aswad kembali kepada Utsman bin Hunaif lalu me-

nyampaikan kepadanya. Utsman bin Hunaif berkata, "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un, demi Rabb pemilik Ka'bah, telah tiba masa berperang dalam Islam. 973

Coba lihat alternatif apakah yang terbaik untuk kita?" Imran berkata, "Demi Allah, hal itu akan menjebak kalian dalam peperangan yang panjang." Kemudian Utsman bin Hunaif berkata kepada Imran bin Hushain, "Beri aku saran!"

Imran berkata, "Menghindarlah, sesungguhnya aku akan berdiam dalam rumahku atau aku akan duduk di atas untaku." 974

Utsman bin Hunaif berkata, "Aku akan menghadang mereka hingga Amirul Mukminin datang."

la pun menyerukan kepada manusia agar mengambil senjata mereka dan berkumpul di masjid. Mereka pun berkumpul lalu Utsman bin Hunaif menyuruh mereka agar bersiap-siap.

Ketika Utsman bin Hunaif berbicara di atas mimbar seorang lelaki bangkit dan berkata, "Wahai sekalian manusia, jika mereka datang dalam keadaan takut maka sungguh mereka datang dari negeri yang aman. Jika mereka datang untuk menuntut darah Utsman maka kita bukanlah pembunuhnya. Ikutilah kata-kataku, kembalikanlah mereka ke tempat asal mereka."

Lalu bangkitlah al-Aswad bin Sarie' as-Sa'di 104 dan berkata, "Sesungguhnya mereka datang meminta pertolongan kepada kita untuk menangkap para pembunuh

Utsman yang berasal dari kita maupun dari orang di luar kita." Orang-orang pun menyorakinya. Tahulah Utsman bin Hunaif bahwa para

pembunuh Utsman memiliki pendukung di Bashrah. Hal itu mengen-dorkan semangatnya. Ummul Mukminin ‘Aisyah ra. ra.. tiba bersama rombongan yang

menyertainya. Mereka berhenti di tempat bernama al-Mirbad 975 sebelah atas dekat

972 Dalam buku cetakan tertulis: "aku tidak menerimanya" namun itu adalah kesalahan cetak. Dalam kisah tersebut terdapat lafal mungkar, yaitu anggapan bahwa Thalhah dan az-Zubair berbai'at kepada Ali karena terpaksa. Ini bertentangan dengan

realita sebenarnya sebagaimana yang telah dijelaskan. 973 Mengisyaratkan kepada hadits Abdullah bin Mas'ud y secara marfu':

"Perang dalam Islam akan berkecamuk setiap tiga puluh lima atau tiga puluh enam tahun...." Diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam Sunamya kitab al-Fitan walMalahim hadits nomor 4254, Ahmad dalam Musnadnya, 1/393, dan al-Hakim dalam al-Mustadrak, 4/521, ia berkata, "Sanadnya shahih." Dan disetujui oleh adz- Dzahabi. Dishahih-kan juga oleh Syaikh al-Albani dalam Sitsilah al-ahadits ash-Shahihah nomor 976, beliau menyebutkan Jalur-jalur sanadnya.

974 Yaitu kata kiasan yang maknanya menghindar dari tempat fitnah. 1M Silahkan lihat catatan biografinya dalam kitab al- Ishabah, 1/74.

975 Al-Mirbad, suatu tempat yang luas di Bashrah, dulunya adalah pasar unta. Dipakai sebagai tempat bertukar pikiran bagi 975 Al-Mirbad, suatu tempat yang luas di Bashrah, dulunya adalah pasar unta. Dipakai sebagai tempat bertukar pikiran bagi

Jariyah bin Qudamah as-Sa'di datang dan berkata, "Wahai Ummul Mukminin, demi Allah terbunuhnya Utsman lebih ringan daripada keluar-nya anda dari rumah anda dengan mengendarai unta ini untuk menghadapi senjata. Jika anda datang kepada kami sebagai orang yang taat maka kemba-lilah ke tempat anda semula. Jika anda datang karena dipaksa maka mintalah bantuan kepada orang- orang untuk kembali.

Pecahnya Perang Antara Pasukan ‘Aisyah ra. dengan Wakil Ali bin Abi Thalib RA. di Bashrah

Hukaim bin Jabalah 976 yang berada dalam pasukan Utsman bin Hunaif yang memicu pecahnya perang. Sementara pasukan Ummul Mukminin menahan diri

dan enggan meladeninya. Lalu Hukaim menyerang mereka. Kedua pasukan saling berperang di mulut jalan. ‘Aisyah ra. ra.. menyuruh pasukan-nya agar menghindar ke kanan hingga mereka sampai di perkuburan Bani Mazin. Malam memisahkan antara kedua pasukan. Pada hari kedua, masing-masing pasukan keluar dengan tujuan berperang. Mereka pun terlibat dalam pertempuran yang sengit sampai menjelang sore hari. Orang-orang dari pasukan Utsman bin Hunaif banyak yang tewas, dan banyak pula orang yang cedera dan luka-luka dari kedua belah pihak. Setelah letih berperang kedua pasukan pun setuju berdamai. Hanya saja beberapa orang yang terlibat langsung dalam pembunuhan Utsman ra. dan para pendukung mereka telah menyelusup ke dalam pasukan. Jumlah mereka lebih kurang tiga ratus orang. Pemimpin mereka adalah Hukaim bin Jabalah -ia adalah salah seo- rang yang terlibat langsung dalam pembunuhan Utsman ra.-, mereka keluar dan berperang. Salah seorang lelaki menebas kaki Hukaim bin Jabalah hingga putus. Hukaim merangkak lalu mengambil kakinya dan memukulkannya kepada lelaki yang telah menebasnya hingga lelaki itu terbunuh. Hukaim tewas dalam pertempuran tersebut bersama tujuh puluh orang yang mem-bunuh Utsman ra. dan para pendukung mereka.

Peristiwa ini terjadi pada tanggal 5 Rabi'ul Akhir tahun 36 H. Peristiwa ini disebut juga dengan perang Jamal Shughra. 977

para penyar dan tempat pidato (Mu'jam al-Buldan, 1/445). 976 Ibnu Hajar menyebutkan biografinya dalam al-Ishabah, 2/178, di bagian ketiga, yaitu bagian orang-orang yang hidup

pada zaman nabi namun tidak bertemu dengan beliau. Ibnu Hajar Juga menukil perkatan Ibnu Abdil Bar, "Aku tidak tahu ada satu pun riwayat ataupun khabar yang menunjukkan bahwa ia pernah bertemu dengan Rasulullah saw. ." 977

Dari awal pembahasan sampai di sini adalah ringkasan dari yang disebutkan oleh ath-Thabari dari sejumlah riwayat dari Saif, dari Abu Mikhnaf dan dari Ibnu Syibah dan lainnya, 4/477.