PERISTIWA TERBUNUHNYA AMIRUL MUKMININ ALI BIN ABI THALIB RA.

PERISTIWA TERBUNUHNYA AMIRUL MUKMININ ALI BIN ABI THALIB RA.

Amirul Mukminin menghadapi masalah yang berat, kondisi negara saat itu tidak stabil, pasukan beliau di Iraq dan di daerah lainnya membang-kang perintah beliau, mereka menarik diri dari pasukan. Kondisi di wilayah Syam juga semakin memburuk. Penduduk Syam tercerai berai ke utara dan selatan. Setelah peristiwa tahkim penduduk Syam menyebut Mu'awiyah sebagai amir. Seiring bertambahnya kekuatan penduduk Syam semakin lemah pula kedudukan penduduk Iraq. Padahal amir mereka adalah Ali bin Abi Thalib ra. sebaik-baik manusia di atas muka bumi pada zaman itu, beliau yang paling taat, paling zuhud, paling alim dan paling takut kepada Allah. Namun walaupun demikian, mereka meninggalkannya dan membiarkannya seorang diri. Padahal Ali telah memberikan hadiah-hadiah yang melimpah dan harta-harta yang banyak. Begitulah perlakuan mereka terhadap beliau, hing-ga beliau tidak ingin hidup lebih lama dan mengharapkan kematian. Karena banyaknya fitnah dan merebaknya pertumpahan darah. Beliau sering berkata, " Apakah gerangan yang menahan peristiwa yang dinanti-nanti itu? Mengapa ia belum juga terbunuh?" Kemudian beliau berkata, "Demi Allah, aku akan mewarnai ini -sembari menunjuk jenggot beliau- dari sini!" -sembari menun-

juk kepala beliau-. 925 Kronologis Terbunuhnya Ali ra.

Ibnu Jarir dan pakar-pakar sejarah lainnya 926 menyebutkan bahwa tiga orang Khawarij berkumpul, mereka adalah Abdurrahman bin Amru yang dikenal dengan

sebutan Ibnu Muljam al-Himyari al-Kindi sekutu Bani Jaba-lah dari suku Kindah al-Mishri, al-Burak bin Abdillah at-Tamimi dan Amru bin Bakr at-Tamimi. 927

Mereka mengenang kembali perbuatan Ali bin Abi Thalib ra. yang membunuh teman-teman mereka di Nahrawan, mereka memo-hon rahmat buat teman-teman

924 925 Al-Bidayah wan Nihayah, 11/16-17. Rasulullah saw. H telah mengabarkan bahwa Ali ^k> akan mati terbunuh seperti yang disebutkan dalam MusnadImam Ahmad, 1/102-130-156 dan kitab Dala'il an-Nubuwwah karangan al-Baihaqi, 6/438 dengan sanad shahih seperti yang

dikatakan oleh Ahmad Syakir. 926 Silahkan lihat Tarikh ath-Thabari, 5/143-146, ath-Thabaqat karangan Ibnu Sa'ad, 3/36-37, al-Muntazham, 5/172-173, al-

Kamil, 3/388-389 dan Tarikh Islam juz Khulafaur Rasyidin halaman 607-608. 927 Dalam kitab ath-Thabaqat Ibnu Sa'ad disebutkan bahwa mereka berkumpul di Makkah.

mereka itu. Mereka berkata, "Apa yang kita lakukan sepeninggal mereka? Mereka adalah sebaik-baik manusia dan yang paling banyak shalatnya, mereka adalah penyeru manusia kepada Allah. Mereka tidak takut celaan orang-orang yang suka mencela dalam menegakkan agama Allah. Bagaimana kalau kita tebus diri kita lalu kita da tangi pemimpin-pemimpin yang sesat itu kemudian kita bunuh mereka sehingga kita membe-baskan negara dari kejahatan mereka dan kita dapat membalas dendam atas kematian teman-teman kita."

Ibnu Muljam berkata, "Aku akan menghabisi Ali bin Abi Thalib ra.!" Al-Burak bin Abdillah berkata, "Aku akan menghabisi Mu'awiyah bin Abi

Sufyan." Amru bin Bakr berkata, "Aku akan menghabisi Amru bin al-Ash." Merekapun berikrar dan mengikat perjanjian untuk tidak mundur dari niat

semula hingga masing-masing berhasil membunuh targetnya atau terbunuh. Merekapun mengambil pedang masing-masing sambil menyebut nama sahabat yang menjadi targetnya. Mereka sepakat melakukannya serempak pada tanggal 17 Ramadhan tahun 40 H. Kemudian ketiganya berangkat menuju tempat target masing-masing.

Adapun Ibnu Muljam berangkat ke Kufah. Setibanya di sana ia menyem- bunyikan identitas, hingga terhadap teman-temannya dari kalangan Khawarij yang dahulu bersamanya. Ketika ia sedang duduk-duduk bersama beberapa orang dari Bani Taim ar-Ribab, mereka mengenang teman-teman mereka yang terbunuh pada peperangan Nahrawan. Tiba-tiba datanglah seorang wanita bernama Qatham binti Asy-Syijnah, ayah dan abangnya dibunuh oleh Ali pada peperangan Nahrawan. la adalah wanita yang sangat cantik dan populer. Dan ia telah mengkhususkan diri beribadah dalam masjid jami'. Demi melihatnya Ibnu Muljam mabuk kepayang. Ia lupa tujuannya datang ke Kufah. Ia meminang wanita itu. Qatham mensyaratkan mahar tiga ribu dirham, seorang khadim, budak wanita dan membunuh Ali bin Abi Thalib ra. untuk dirinya. Ibnu Muljam berkata, "Engkau pasti mendapatkannya, demi Allah tidaklah aku datang ke kota ini melainkan untuk membunuh Ali."

Lalu Ibnu Muljam menikahinya dan berkumpul dengannya. Kemudian Qathami mulai mendorongnya untuk melaksanakan tugasnya itu. Ia meng-utus seorang lelaki dari kaumnya bernama Wardan, dari Taim Ar-Ribab, untuk menyertainya dan melindunginya. Lalu Ibnu Muljam juga menggaet seorang lelaki lain bernama Syabib bin Bajrah al-Asyja'i al-Haruri. Ibnu Muljam berkata kepadanya, "Maukah kamu memperoleh kemuliaan dunia dan akhirat?"

"Apa itu?" Tanyanya. "Membunuh Ali!" Jawab Ibnu Muljam. Ia berkata, "Celaka engkau, engkau telah mengatakan perkara yang sangat

besar! Bagaimana mungkin engkau mampu membunuhnya?" Ibnu Muljam berkata, "Aku mengintainya di masjid, apabila ia keluar untuk

mengerjakan shalat subuh, kita mengepungnya dan kita membunuhnya. Apabila berhasil maka kita merasa puas dan kita telah membalas dendam. Dan bila kita mengerjakan shalat subuh, kita mengepungnya dan kita membunuhnya. Apabila berhasil maka kita merasa puas dan kita telah membalas dendam. Dan bila kita

keberatan melakukannya, engkau tentu tahu senioritas beliau dalam Islam dan kekerabatan beliau dengan Rasulullah saw. Hatiku tidak terbuka untuk membunuhnya."

Ibnu Muljam berkata, "Bukankah ia telah membunuh teman-teman kita di Nahrawan?"

"Benar!" jawabnya. "Marilah kita bunuh ia sebagai balasan bagi teman-teman kita yang telah

dibunuhnya" kata Ibnu Muljam. Beberapa saat kemudian Syabib menyambutnya. Masuklah bulan Ramadhan. Ibnu Muljam membuat kesepakatan dengan

teman-temannya pada malam Jum'at 17 Ramadhan. Ibnu Muljam berkata, "Malam itulah aku membuat kesepakatan dengan teman-temanku untuk membunuh target masing-masing. Lalu mulailah ketiga orang ini bergerak, yakni Ibnu Muljam, Wardan dan Syabib, dengan menghunus pedang masing-masing. Mereka duduk di

hadapan pintu 928 yang mana Ali biasa keluar dari-nya. Ketika Ali keluar, beliau membangunkan orang-orang untuk shalat sembari berkata, "Shalat....shalat!"

Dengan cepat Syabib menyerang dengan pedang-nya dan memukulnya tepat mengenai leher beliau. Kemudian Ibnu Muljam menebaskan pedangnya ke atas

kepala beliau. 929 Darah beliau mengalir mem-basahi jenggot beliau . Ketika Ibnu Muljam menebasnya, ia berkata, "Tidak ada hukum kecuali milik Allah, bukan

milikmu dan bukan milik teman-temanmu, hai Ali!" Ia membaca firman Allah: "Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena men- cari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hambaNya." (Al- Baqarah: 207).

Ali berteriak, "Tangkap mereka!" Adapun Wardan melarikan diri namun berhasil dikejar oleh seorang lelaki

dari Hadhramaut lalu membunuhnya. Adapun Syabib, berhasil menye-lamatkan diri dan selamat dari kejaran manusia. Sementara Ibnu Muljam berhasil ditangkap.

Ali menyuruh Ja'dah bin Hubairah bin Abi Wahab 930 untuk mengimami Shalat Fajar. Ali pun dibopong ke rumahnya. Lalu digiring pula Ibnu Muljam

kepada beliau dan dibawa kehadapan beliau dalam keadaan dibelenggu tangannya ke belakang pundak, semoga Allah memburukkan rupanya. Ali berkata kepadanya," Apa yang mendorongmu melakukan ini?" Ibnu Muljam berkata, "Aku telah mengasah pedang ini selama empat puluh hari. Aku memohon kepada Allah agar aku dapat membunuh dengan pedang ini makhlukNya yang paling buruk!"

928 As-Suddah adalah pintu rumah dan atap yang menutupi pintu rumah, atau pekarangan di depan rumah, lihat kamus al- Wasith. 929 930 Qarnulinsan, adalah bagian atas kepala. Silakan lihat kamus Muhith. Ibnu Hajar menyebutkan biografinya dalam al-Ishabah, 1/484 dan 527, dan menyebutkan kontroversi tentang statusnya apakah termasuk sahabat atau bukan. Ibunya adalah Ummu Hani' binti Abi Thalib, berarti Ali adalah pamannya.

Ali berkata kepadanya, "Menurutku engkau harus terbunuh dengan pedang itu. Dan menurutku engkau adalah orang yang paling buruk."

Kemudian beliau berkata, "Jika aku mati maka bunuhlah orang ini, dan jika aku selamat maka aku lebih tahu bagaimana aku harus memperlakukan orang ini!"

Pemakaman Jenazah Ali bin Abi Thalib ra.

Setelah Ali wafat, kedua puteranya yakni al-Hasan dan al-Husein memandikan jenazah beliau dibantu oleh Abdullah bin Ja'far. Kemudian jenazahnya dishalatkan oleh putera tertua beliau, yakni al-Hasan. Al-Hasan

bertakbir sebanyak sembilan kali. 931 Jenazah beliau dimakamkan di Darul Imarah di Kufah, karena kekhawa-tiran kaum Khawarij akan membongkar makam beliau.

Itulah yang masyhur. Adapun yang mengatakan bahwa jenazah beliau diletakkan di atas kendaraan beliau kemudian dibawa pergi entah ke mana perginya maka sungguh ia telah keliru dan mengada^ada sesuatu yang tidak diketahuinya. Akal sehat dan syariat tentu tidak membenarkan hal semacam itu. Adapun keyakinan mayoritas kaum Rafidhah yang jahil bahwa makam beliau terletak di tempat suci Najaf, maka tidak ada dalil dan dasarnya sama sekali. Ada yang mengatakan bahwa makam yang terletak di sana adalah makam al-Mughirah bin Syu'bah .

Al-Khathib al-Baghdadi 932 meriwayatkan dari al-Hafizh Abu Nu'aim dari Abu Bakar Ath-Thalahi dari Muhammad bin Abdillah al-Hadhrami al-Hafizh

Muthayyin, bahwa ia berkata, "Sekiranya orang-orang Syi'ah menge-tahui makam siapakah yang mereka agung-agungkan di Najaf niscaya mereka akan lempari

dengan batu. Sebenarnya itu adalah makam al-Mughirah bin Syu'bah 933 " Al-Hafizh Ibnu Asakir 934 meriwayatkan dari al-Hasan bin Ali, ia berkata, "Aku mengebumikan jenazah Ali di kamar sebuah rumah milik keluarga ja'dah."

Abdul Malik bin Umair 935 bercerita, "Ketika Khalid bin Abdullah meng-gali pondasi di rumah anaknya bernama Yazid, mereka menemukan jenazah seorang

Syaikh yang terkubur di situ, rambut dan jenggotnya telah memutih. Seolah jenazah itu baru dikubur kemarin. Mereka hendak membakarnya, namun Allah memalingkan niat mereka itu. Mereka membungkusnya dengan kain Qubathi, lalu diberi wewangian dan dibiarkan terkubur di tempat semu-la. Tempat itu berada dihadapan pintu al-Warraqin setelah kiblat masjid di rumah tukang sepatu. Hampir tidak pernah seorang pun bertahan di tempat itu melainkan pasti akan pindah dari situ.

Diriwayatkan dari Ja'far bin Muhammad ash-Shadiq, ia berkata, "Jenazah Ali dishalatkan pada malam hari dan dimakamkan di Kufah, tem-patnya sengaja

dirahasiakan, namun yang pasti di dekat gedung imarah (istana kepresidenan)." 936

931 Dalam sejumlah riwayat lainnya disebutkan empat kali takbir, barangkali itulah yang benar, silakan lihat ath-Thabaqat al- Kubra, 3/38.

932 Tarikh Baghdad, 1/138. 933 Karena mereka sangat membenci al-Mughirah bin Syu'bah *&>, pent. 934 935 Tarikh Dimasyq, 12/420. Silahkan lihat Tarikh Baghdad, 1/137.

936 Silatrkan lihat Tarikh Is/am karangan Adz-D* a t\abi juz Khutafaur Rasyidin halaman 650.

Ibnu Kalbi 937 berkata, "Turut mengikuti proses pemakaman jenazah Ali pada malam itu al-Hasan, al-Husain, Ibnul Hanafiyyah, Abdullah bin Ja'far dan

keluarga ahli bait beliau yang lainnya. Mereka memakamkannya di dalam kota Kufah, mereka sengaja merahasiakan makam beliau karena kekhawa-tiran terhadap kebiadaban kaum Khawarij dan kelompok-kelompok lainnya.

Tanggal Terbunuhnya Ali bin Abi Thalib ra. dan Usia Beliau

Ali ra, terbunuh pada malam Jum'at waktu sahur pada tanggal 17 Ramadhan tahun 40 H. Ada yang mengatakan pada bulan Rabi'ul Awwal. Namun pendapat pertama lebih shahih dan populer.

Ali ditikam pada hari Jum'at 17 Ramadhan tahun 40 H, tanpa ada perselisihan. 938

Ada yang mengatakan beliau wafat pada hari beliau ditikam, ada yang mengatakan pada hari Ahad tanggal 19 Ramadhan.

Al-Fallas berkata, "Ada yang mengatakan, beliau ditikam pada malam dua puluh satu Ramadhan dan wafat pada malam dua puluh empat dalam usia 58 atau

59 tahun." 939 Ada yang mengatakan, wafat dalam usia 63 tahun. 940 Itulah pendapat yang masyhur, demikian dituturkan oleh Muhammad bin al-Hanafiyah, Abu Ja'far al-

Baqir, Abu Ishaq as-Sabi'i dan Abu Bakar bin 'Ayasy. Sebagian ulama lain mengatakan, wafat dalam usia 63 atau 64 tahun. Diriwayatkan dari Abu ja'far al- Baqir, katanya, "Wafat dalam usia 65 tahun."

Masa kekhalifahan Ali lima tahun kurang tiga bulan. Ada yang mengatakan empat tahun sembilan bulan tiga hari. Ada yang mengatakan empat tahun delapan