PERTEMUAN DUA JURU RUNDING (ABU MUSA AL- ASYARI DAN AMRU BIN AL-'ASH) DI DAUMATUL JANDAL

PERTEMUAN DUA JURU RUNDING (ABU MUSA AL- ASYARI DAN AMRU BIN AL-'ASH) DI DAUMATUL JANDAL

Dua juru runding bertemu pada bulan Ramadhan sebagaimana yang telah disepakati sebelumnya pada saat menulis kesepakatan tahkim di Shiffin. al-Waqidi berkata, "Mereka berkumpul pada bulan Sya'ban. Hal itu disebab-kan menjelang bulan Ramadhan Ali ra. mengirim empat ratus personil bersama Syuraih bin Hani', disertai oleh Abu Musa al-Asy'ari dan Abdullah bin Abbas selaku imam shalat. Mu'awiyah mengirim Amru bin al-'Ash bersama empat ratus pasukan berkuda dari Syam, di antaranya terdapat Abdullah bin Amru. Mereka bertemu di Daumatul

Jandal, di Adzruh 1068 yaitu pertengahan antara Kufah dan Syam, berjarak sekitar sembilah marhalah dari kedua kota tersebut. Turut hadir pula dalam perundingan

itu sejumlah tokoh seperti Abdullah bin Umar, Abdullah bin az-Zubair, al- Mughirah bin Syu'bah, Abdurrahman bin al-Harits bin Hisyam al-Makhzumi, 1069

Abdurrahman bin Abd Yaghuts az-Zuhri 1071 dan Abu Jahm bin Hudzaifah. Sebagian orang mengklaim bahwa Sa'ad bin Abi Waqqash juga hadir. 1072 Namun

1067 Pencantuman nama-nama saksi ini disebutkan dalam riwayat Abu Mikhnaf sebagaimana dicantumkan dalam Tarikh ath- Thabari, 5/53-54.

1068 Daumatul Jandal, sebuah kampung di wilayah al-Jauf, adapun Adzruh adalah salah satu kampung yang sekarang terletak di negara Yordania. Jarak antara Daumatul Jandal dengan Adzruh sangatjauh. Menurut Yaqut kedua juru runding ini bertemu

di Adzruh bukan di Daumatul Jandal. Barangkali teks yang benar dari kalimat di atas adalah: Mereka bertemu di Daumatul Jandal atau di Adzruh -yakni perawi ragu-. (Silahkan lihat Mu'jamul Buldan, 1/29 dan Mu'jamulMa'alim al-Jughrafiyah halaman 21, 81 dan 27). 1069 Silahkan lihat catatan biografinya dalam Thabaqatlbnu Sa'adSIS, beliau adalah ayah Abu Bakar bin Abdurrahman, salah

seorang dari tujuh ahli fiqh yang terkenal di Madinah. 1070

Beliau adalah Abdurrahman bin al-Aswad bin Abdi Yaghuts az-Zuhri, masih diperselisihkan tentang statusnya sebagai sahabat, silahkan lihat catatan biografinya dalam kitab ath-Thabaqat al-Kubra, 5/7, dan al-Ishabah, 4/286. 1071 Nama lengkapnya Abu Jahm bin Hudzaifah bin Ghanim bin Amir al-Adawi, masuk Islam ketika penaklukan kota Makkah. Beliau termasuk orang yang berumur panjang. Beliau mengikuti dua kali pembangunan Ka'bah, silahkan lihat catatan biografi beliau dalam kitab Thabaqat Ibnu Sa'ad, dalam deretan para sahabat tingkat keempat 1/374 dan al-Ishabah, 7/71. 1072 Demikian dikatakan oleh al-Waqidi sebagaimana disebutkan dalam Tarikh ath-Thabari, 5/66.

ulama lainnya membantah hal tersebut. 1073 Ibnu Jarir menyebutkan bahwa Umar bin Sa'ad datang menemui ayahnya yang sedang mengasingkan diri di mata air

Bani Sulaim. Puteranya itu berkata, "Wahai ayahanda, tentu sudah sampai kepadamu berita tentang peperangan yang terjadi di Shiffin. Orang-orang mengangkat Abu Musa al-Asy'ari dan Amru bin al-'Ash sebagai juru runding. Beberapa tokoh Quraisy juga turut hadir dalam perundingan itu. Hadirlah bersama mereka, engkau adalah salah seorang sahabat Rasulullah saw. dan salah seorang anggota majelis syura, engkau belum pernah terlibat perkara yang dibenci kaum muslimin, hadirilah perundingan itu! Sesung-guhnya engkau adalah orang yang paling berhak memegang jabatan khalifah."

Sa'ad berkata, "Aku tidak akan menghadirinya! Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah saw. bersabda:

" Sesungguhnya akan terjadi fitnah! Sebaik-baik manusia pada saat itu adalah yang tersembunyi lagi bertakwa."

Demi Allah aku tidak akan mau terlibat dalam urusan seperti itu selama- lamanya. " 1074

Imam Ahmad mengatakan, "Abu Bakar al-Hanafi Abdul Kabir bin Abdul Majid menyampaikan kepada kami, ia berkata, Bukair bin Mismar telah menyampaikan kepada kami dari Amir bin Sa'ad bahwa saudaranya, yakni Umar bin Sa'ad, datang menemui Sa'ad bin Abi Waqqash ^yang sedang menggembalakan kambing-kambingnya di luar kota Madinah. Demi melihat kedatangannya Sa'ad berseru, 'Aku berlindung kepada Allah dari keburukan penunggang ini!' Setelah menemuinya Umar bin Sa'ad (yaitu puteranya sendiri) berkata, "Wahai ayahanda, relakah engkau menjadi Arab badui bersama kambing- kambingmu sementara orang-orang berebut kekua-saan di Madinah?' Maka Sa'ad menepuk dada puteranya itu sembari berkata, 'Diamlah! Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah saw. bersabda:

’ Sesungguhnya Allah menyukai hamba yang bertakwa, merasa berkecukupan dan tersembunyi. ' 1075

Demikianlah lafal yang diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahihnya." 1076 Imam Ahmad juga berkata, "Abdul Malik bin Amru telah menceritakan

kepada kami, ia berkata, Katsir bin Zaid al-Aslami telah menceritakan kepa-da kami dari al-Muththalib dari Umar bin Sa'ad dari ayahnya, bahwasanya puteranya yakni Amir datang menemuinya dan berkata, 'Wahai ayahanda, orang-orang berperang karena dunia sementara engkau bersembunyi di sini?' Sa'ad berkata, 'Wahai anakku, apakah engkau menyuruhku menjadi pemim-pin dalam fitnah? Demi Allah sekali-kali tidak, walaupun aku diberi pedang yang jika kugunakan untuk memukul seorang mukmin niscaya akan meleset, dan jika kugunakan untuk

1073 Itulah yang shahih, penulis akan menyebutkan bukti yang menguatkan hal tersebut. 1074 Tarikh ath-Thabari tin jalur Abu Mikhnaf V/67), aku belum menemukan hadits dengan lafal seperti yang disebutkan di

atas. 1075 Silahkan lihat al-Musnad, 1/168, Ahmad Syakir mengatakan sanadnya shahih, 3/26. 1076 Silahkan lihat Shahih Muslim dalam kitab az-Zuhd war Raqaiq, 4/2277.

memukul seorang kafir niscaya akan membunuh-nya. Aku mendengar Rasulullah saw. Slbersabda:

" Sesungguhnya Allah menyukai hamba yang merasa berkecukupan, tersem- bunyi lagi bertakwa." 1077

Kisah ini seolah bertolak belakang dengan yang sebelumnya. Zhahir-nya, Umar bin Sa'ad minta bantuan kepada Amir, saudaranya, untuk merayu ayah mereka agar bersedia menghadiri perundingan. Barangkali saja mereka berpaling dari Ali dan Mu'awiyah lalu mengangkat menjadi khalifah. Sa'ad menolaknya dengan keras dan qana'ah terhadap kecukupan yang dimiliki dan pengasingan yang dijalaninya. Sebagaimana disebutkan dalam Shahih Muslim bahwa Rasulullah saw. bersabda,

"Sungguh beruntung orang yang memeluk Islam dan diberi kecukupan rezeki lalu Allah memberinya qana'ah terhadap apa yang telah Allah berikan kepadanya. " 1078

Umar bin Sa'ad ini adalah seorang yang menyukai dunia dan jabatan. Begitulah kebiasaannya hingga dialah pemimpin pasukan yang membunuh al-

Husain bin Ali ra. 1079 Sekiranya dia qana'ah seperti yang dilakukan ayah-nya niscaya semua iru tidak akan menimpa dirinya.

Maksudnya adalah Sa'ad bin Abi Waqqash tidak menghadiri tahkim dan tidak ingin menghadirinya. Namun yang menghadiri tahkim adalah orang-orang yang telah kami sebutkan tadi.

Ketika dua juru runding bertemu, keduanya sepakat mewujudkan mas-lahat bagi kaum muslimin setelah melihat dan meneliti persoalan. Kemudian keduanya

sepakat mencopot Ali ra. dan Mu'awiyah 1080 kemudian menyerahkan masalah ini kepada kaum muslimin untuk memilih amir yang paling cocok buat mereka salah

satu dari keduanya atau dari yang lainnya. Abu Musa al-Asy'ari mengisyaratkan agar mengangkat Abdullah bin Umar bin al-Khath-thab,

Amru berkata kepadanya," Angkat saja anakku, Abdullah bin Amru, yang setara ilmu, amal dan kezuhudannya?" Abu Musa membalasnya, "Engkau telah melibatkan anakmu itu ke dalam fitnah bersamamu walaupun sebe-narnya ia adalah seorang yang

jujur." 1081

1077 Al-Musnad, 1/177, Ahmad Syakir berkata, "Sanadnya shahih," 3/65. 1078 Shahih Muslim dalam kitab az-Zakat Bab al-Kafaf wal Qana'ah 2/730 dari hadits Abdullah bin Amru bin al-'Ash egfe. 1079 Peristiwa itu terjadi pada tahun 61 H atas perintah Ubaidullah bin Ziyad. 1080 Sebagaimana dimaklumi bahwa perkara yang dipertentangkan antara Ali dan Mu'awiyah adalah cara menegakkan hukum qishash dari para pembunuh Utsman. Mu'awiyah menuntut agar qishash segera dilaksanakan. Sementara Ali meminta udzur karena kondisi tidak stabil dan beliau menundanya hingga kondisi stabil. Perkara yang dipersoalkan bukanlah kepemimpinan dan khilafah hingga keduanya dicopot dari jabatan sebagaimana yang disebutkan dalam riwayat di atas. Namun yang benar dalam masalah tahkim ini adalah keduanya tidak sepakat dalam satu permasalahan dan belum mendapatkan jalan untuk menyelesaikannya lalu keduanya membiarkan masalah tersebut.

Kisah yang disebutkan oleh penulis berasal dari riwayat Abu Mikhnaf yang dicantumkan oleh ath-Thabari, 5/68, keadaannya sudah dimaklumi, ia adalah seorang perawi dhaif dan penganut paham Syi'ah yang menyimpang. Silahkan lihat kritik riwayat ini dalam pembahasan yang ditulis oleh Dr. Yahya bin Ibrahim al-Yahya terhadap riwayat-riwayat Abu Mikhnaf dalam Tarikh ath-Thabari halaman 401-418. Beliau telah membatalkan riwayat Abu Mikhnaf dengan sembilan alasan, dan beliau memperingatkan kemungkaran dan keanehan yang terdapat dalam riwayat Abu Mikhnaf ini."