Konsep tentang Muka dan Tuturan Mengancam Muka

Tindak tutur deklaratif ini merupakan tindak tutur yang disampaikan oleh penuturnya untuk menciptakan hal yang baru. Deklaratif juga merupakan tindak tutur yang menggambarakn perubahan dalam suatu hubungan. Yang termasuk dalam jenis tindak tutur deklaratif antara lain mengampuni, menikahkan, membaptis dan lain-lain. Sebagai contoh dalam sebuah akad nikah, wali atau penghulu mengucapkan saya nikahkan dan kawinkan putri saya yang bernama Maftuchah Dwi Agustina dengan ananda Tomy Setiawan dengan mas kawin sebesar 13.702.014 dibayar tunai.

c. Tuturan Mengancam Muka FTA dan Strategi kesopanan Brown dan Levinson

1. Konsep tentang Muka dan Tuturan Mengancam Muka

Brown dan Levinson 1987 menjelaskan konsep tentang muka ‘face’ penting dalam kajian penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi. Brown dan Levinson memberikan batasan tentang konsep muka. Muka adalah ‘face’ atau citra diri yang dimiliki oleh setiap orang yang senantiasa dijaga, dihormati dan tidak dilanggar dalam proses petuturan antar peserta tutur. Tindakan mengancam muka adalah tindak tutur yang secara alamiah berpotensi untuk melukai citra atau muka ‘face’ lawan tutur dan oleh karena itu dalam pengutaraannya harus digunakan strategi-strategi tertentu. Face, the public self-image that every member wants to claim for himself, consisting in two relate aspects: a. Negative face: the basic claim to territories, personal preserves, rights to non-distraction- i.e to freedom of action and freedom from imposition. b. Positive face: the positive consistent self-image or ‘personality’ crucially including the desire that this self-image be appreciated and approved of claimed by interactants Brown dan Levinson, 1987:61 Dengan demikian ada dua tipe muka, yaitu muka negatif dan muka positif. Muka negatif, yaitu keinginan individu agar setiap keinginannya tidak dihalangi oleh pihak lain, sedang muka positif yaitu keinginan setiap penutur agar dia dapat diterima atau disenangi oleh pihak lain. Secara alamiah terdapat berbagai tuturan yang cenderung merupakan tindakan yang tidak menyenangkan yang disebut Face Threatening Act tuturan mengancam muka dan disingkat menjadi FTA. Brown dan Levinson 1987: 65-68 membuat kategori FTA berdasarkan dua kriteria yaitu tuturan yang mengancam muka negatif lawan tutur dan tuturan yang mengancam muka positif lawan tutur. FTA yang mengancam muka negatif lawan tutur menurut Brown dan Levinson 1987:66 antara lain meliputi: 1. Tuturan yang mengakibatkan lawan tutur menyetujui atau menolak melakukan sesuatu, seperti tuturan mengenai: ordering, requesting, suggesting, advicing, reminding, threatening, warning, daring, memerintah, meminta, memberi saran, memberi nasihat, mengingatkan, mengancam, memperingatkan dan menentang. 2. Tuturan yang mengungkapkan upaya penutur melakukan sesuatu terhadap lawan tutur dan memaksa lawan tutur untuk menerima atau menolak tindakan tersebut, seperti tuturan mengenai: offering menawarkan dan promising berjanji. 3. Tuturan yang mengungkapkan keinginan penutur untuk melakukan sesuatu terhadap lawan tutur atau apa yang dimiliki oleh lawan tutur, seperti tuturan: complimenting, expressing of strong negative emotions toward H-e.g, hatred, showing anger pujian atau memberi ucapan selamat, ungkapan kebencian dan marah. Sementara itu tuturan mengancam muka positif lawan tutur, menurut Brown dan Levinson 1987: 66-67 meliputi: 1. Tuturan yang memperlihatkan bahwa penutur memberi penilaian negatif terhadap lawan tutur, seperti tuturan mengenai: disapproval, criticism, contemp or ridicule, complaints and reprimands, accusations, insults tuturan penolakan, mengkritik, tuturan merendahkan atau mempermalukan, keluhan, kemarahann, dakwaan, penghinaan 2. Tuturan yang memperlihatkan sikap tidak peduli penutur terhadap muka positif lawan tutur, seperti ungkapan mengenai: contradictions or disagreement, challenge, emotion, irreverence, mention of taboo topics, including those that are inappropriate in the context pertentangan, ketidaksetujuan atau tantangan, emosi, ungkapan yang tidak sopan,membicarakan hal yang di anggap tabu ataupun yang tidak selayaknya dalam suatu situasi, yaitu penutur menunjukkan bahwa penutur tidak menghargai nilai-nilai lawan tutur juga tidak mau mengindahkan hal- hal yang ditakuti oleh lawan tutur. Brown dan Levinson 1987: 67-68 menjelaskan bahwa FTA yang berpotensi mengancam muka negatif penutur antara lain meliputi tuturan mengungkapkan dan menerima ucapan terima kasih, melakukan pembelaan, menerima tawaran, merespon perbuatan lawan tutur yang memalukan, dan melakukan janji atau tawaran yang tidak dinginkan penutur. Sementara itu, tindakan yang mengancam muka positif penutur, menurut Brown dan Levinson 1987:68 antara lain tindakan meminta maaf, menerima ucapan selamat, melakukan tindakan fisik yang memalukan, merendahkan diri, dan mengakui kesalahan.

2. Strategi Kesopanan