dengan padanan yang lebih umum, yaitu rumpu-rumput. Terlebih lagi, dalam bahasa sasaran tidak terdapat musim dingin seperti yang diceritakan oleh penulis
pada bahasa sumber. Pada contoh kedua, supper yang merujuk pada makan malam yang dilakukan sangat larut, diubah menjadi “makan malam”, sama seperti
yang terjadi pada contoh pertama, penggantian istilah ini dilakukan karena adanya perbedaan budaya sehingga penerjemah mengganti dengan istilah yang lebih
umum atau lazim digunakan dalam bahasa sasaran. 027
a. BSu: “Well, would you please, sir, march upstairs, where we can get a
cab to carry your Highness to the police-station?” BSa: “Tuan, bersediakah Anda berjalan ke atas, dimana kami dapat
mencarikan sebuah kereta kuda untuk membawa paduka ke kantor polisi”.
Contoh di atas merupakan satu-satunya contoh penggunaan teknik generalisasi dalam kata kerja yang ditemukan pada penelitian ini. Kata march
pada bahasa sumber sebenarnya merujuk pada berjalan dengan sikap penuh hormat, dan dengan langkah tertentu, seperti yang dilakukan dalam akademi
militer atau baris-berbaris, namun penerjemah menggunakan kata yang lebih umum untuk menggantikan istilah tersebut dengan “berjalan”.
m. Harfiah
Teknik penerjemahan yang juga ditemukan pada penelitian ini adalah teknik harfiah. Teknik ini diterapkan dengan mengalihkan suatu ungkapan dalam
bahasa sumber secara kata per kata ke dalam bahasa sasaran dan lepas dari konteks. Ada sebanyak 4 atau hanya 0,4 data yang menggunakan teknik harfiah
dalam penelitian ini. Teknik ini digunakan oleh penerjemah dalam tataran kata kerja, kata sapaan dan juga idiomatic expression. Berikut contoh-contohnya:
125
a. BSu: “I cannot possibly leave until I have seen the machine.” BSa: “Saya tidak bisa pergi sebelum melihat mesin itu.”
Konteks percakapan di atas terjadi antara seorang mekanik dan seseorang yang memintanya untuk segera pergi. Namun, penerjemah mengganti kata seen
dalam percakapan tersebut dengan “melihat”, sementara pesan yang ingin disampaikan oleh penulis pada bahasa sumber merujuk pada memeriksa mesin,
atau memperbaikanya, bukan hanya melihat seperti pesan yang dialihkan oleh penerjemah. Dalam hal ini penerjemah gagal dalam mengakomodasi pesan dalam
bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. 026
a. BSu: “Have the goodness, also, when you address me always to say “sir”
and “please”. BSa: “Bersikaplah sopan juga ketika berbicara denganku dengan selalu
mengatakan ‘Tuan’ dan ‘Tolonglah’”.
Teknik ini juga digunakan oleh penerjemah dalam pengalihan kata sapaan seperti pada contoh jauh berbeda dari pesan yang dimaksud oleh penulis bahasa sumber.
020
a. BSu: “I hope a wild goose may not prove to be the end of our chase”. BSa: “Ku harap bukan angsa liar yang tertangkap”.
Selanjutnya teknik ini juga diterapkan pada ungkapan idiom seperti contoh di atas. Ungkapan a wild goose may not prove to be the end of our chase
merupakan sebuah idiom yang merujuk pada sebuah pencarian yang sia-sia atau
pencarian yang tak akan pernah berhasil. Namun, pada contoh di atas, penerjemah menerapkan teknik harfiah dan menerjemahkan ungkapan tersebut menjadi
“bukan angsa liar yang tertangkap”, sehingga pesan yang dimaksud penerjemah dalam bahasa sumber tidak tersampaikan.
n. Peminjaman Naturalisasi