BSu: “I owe you an apology.” Transposisi

Temuan terakhir penerapan teknik amplifikasi adalah pada tataran to be. Pada contoh pertama, is diterjemahkan dengan teknik amplifikasi menjadi “yang bernama” oleh penerjemah. Hal ini dilakukan penerjemah karena adanya perbedaan sistem bahasa antara bahasa sumber dan sasaran, sehingga tidak mungkin bagi penerjemah untuk menggunakan teknik padanan lazim karena akan membuat pesan tidak dapat tersampaikan. Sehingga, keputusan penerjemah dalam menerapkan teknik amplifikasi pada data tuturan di atas dirasa perlu. Selanjutnya, penerjemah menambahkan imbuhan –kah untuk menerjemahkan can pada contoh kedua agar terjemahan bisa sesuai dengan kaidah bahasa sasaran.

e. Adaptasi

Temuan teknik selanjutnya adalah penerapan teknik adaptasi yang digunakan oleh penerjemah dalam menerjemahkan kalimat yang merepresentasikan tuturan mengancam muka negatif dalam The Adventures of Sherlock Holmes. Teknik ini memiliki porsi frekuensi yang lebih sedikit dibandingkan dengan teknik-teknik sebelmnya, yakni hanya berjumlah 39 data atau 3,7 dari total keseluruhan 1028 data teknik terjemahan. Teknik adaptasi merupakan penggantian unsur-unsur budaya yang khas dalam bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran apabila terdapat unsur atau elemen yang sama pada keduanya. Teknik ini ditemukan dalam tuturan mengancam muka negatif dan digunakan untuk menerjemahkan idiomatic expression dan kata sapaan. Berikut contoh dan penjelasannya: 053

a. BSu: “I owe you an apology.”

BSa: “Saya minta maaf.” 089 b. BSu: “Hold up, man, or you’ll be into the fire....” BSu: “Tenang bung, atau kau akan kena masalah...” Pada contoh di atas, penerjemah menerapkan teknik adaptasi pada tataran idiomatic expression yang sangat erat kaitannya dengan budaya dan kaidah bahasa sumber. Penerjemah menggunakan teknik ini untuk menerjemahkan I owe you an apology menjadi “saya minta maaf”, bukan diterjemahkan secara harfiah, dikarenakan tuturan tersebut juga memiliki padanan dalam budaya bahasa sasaran, yaitu “saya minta maaf”. Pada contoh selanjutnya, penerjemah menggunakan teknik adaptasi untuk menerjemahkan you’ll be into the fire menjadi “kau akan kena masalah”. Pemilihan teknik ini dirasa perlu karena pesan dan juga sense yang ditimbulkan sama dirasa pada kedua bahasa. 029 a. BSu: “...Oh, Mr. Holmes I wish you would do as much for me.” BSa: “...Oh, Tuan Holmes, saya harap anda juga bisa membantu saya.” 089 b. BSu: “Hold up, man, or you’ll be into the fire....” BSa: “Tenang bung, atau kau akan kena masalah...” Selanjutnya, pengaplikasian teknik adaptasi juga ditemukan pada kata sapaan seperti pada contoh di atas. Pada contoh pertama, penerjemah menerjemahkan kata Mr. Menjadi “tuan” dalam bahasa sasaran. Meskipun sebenarnya penggunaan kata Mr. sangat erat kaitannya dengan budaya bahasa sumber, yaitu nama keluarga yang tidak dimiliki oleh bahasa sasaran, namun penggunaan kata “tuan” dirasa cukup untuk mewakili fungsi kata Mr. tersebut karena sama-sama menunjukkan kesantunan. Selanjutnya, pada contoh ke dua, kata man diterjemahkan menjadi “bung”, penggunaan teknik adaptasi pada tuturan ini dapat merepresentasikan dan mengalihkan pesan secara akurat dan berterima karena keduanya sepadan baik dalam bahasa sumber maupun bahasa sasaran.

f. Transposisi

Temuan data teknik penerjemahan selanjutnya dalam penelitian ini adalah transposisi yang berjumlah 32 data atau 3,2 dari total data kesuluruhan. Teknik penerjemahan ini mengganti kategori gramatikal bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dikarenakan adanya perbedaan tata bahasa antara bahasa sumber dan bahasa sasaran. Dalam penelitian ini transposisi diaplikasikan oleh penerjemah dalam tataran frasa menjadi kata atau sebaliknya. Berikut contoh beserta penjelasannya: 163 a. BSu: “Where’s your daughter?”