Keakuratan Keberterimaan Penilaian Kualitas Terjemahan

bahasa, dialek bahasa dan juga dialek geografis biasanya teknik ini diterapkan dalam penerjehaman drama. Contoh: BSu: Hello, chicks? BSa: Halo, cewek?

c. Penilaian Kualitas Terjemahan

Tujuan utama seorang penerjemah dalam menerjemahkan adalah untuk menghasilkan terjemahan yang berkualitas tercapainya keakuratan, keterbacaan dan keberterimaan. Hal tersebut berkaitan erat dengan pembaca selaku klien hasil terjemahan. Oleh karena itu seorang penerjemah harus menentukan terlebih dahulu siapa calon pembaca terjemahannya dan untuk keperluan apa terjemahan itu. Pada dasarnya, suatu terjemahan tidak akan berfungsi sebagaimana mestinya jika pembaca sasarannya tidak dapat memahami isi pesan teks tersebut. Sebagai sebuah produk, terjemahan tentunya mempunyai tingkatan kualitas yang bisa ditentukan oleh berbagai faktor. Pada umumnya, kualitas suatu terjemahan bisa diukur dari faktor keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan. Ketiga aspek tersebut merupakan parameter kualitas terjemahan yang saling berkaitan satu sama lain.

1. Keakuratan

Menurut Nababan 2012: 44 keakuratan merupakan sebuah istilah yang digunakan dalam pengevaluasian terjemahan untuk merujuk pada apakah teks bahasa sumber dan teks bahasa sasaran sudah sepadan atau belum. Dengan kata lain, pesan yang diterjemahkan harus tersampaikan secara akurat, sama makna. Keakuratan menjadi prinsip dasar penerjemahan, sehingga harus menjadi fokus utama penerjemah. Jika keakuratan suatu terjemahan sangat rendah sekali, maka bisa dipertanyakan apakah hasil tersebut termasuk hasil terjemahan atau bukan. Kesepadanan makna yang dimaksud bukanlah sekedar bentuknya, tetapi pesan, ide gagasan pada BSu tersampaikan pada BSa. Kesepadanan juga bukan berarti korespondensi satu-satu, dengan penerjemahan kata demi kata. Namun lebih pada keseluruhan ide atau pesan. Sebagai contoh, apabila yang diterjemahkan ialah surat resmi maka hasilnya surat resmi pula.

2. Keberterimaan

Nababan 2012: 44 mengatakan bahwa keberterimaan menjadi aspek penting dari suatu terjemahan karena menentukan kepantasan suatu terjemahan dilihat dari bahasa sasaran. Suatu terjemahan dikatakan berterima apabila terjemahan tersebut sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan dalam bahasa sasaran. Terkadang penerjemah hanya menerjemahkan suatu teks kata per kata tanpa memperdulikan perbedaan ‘style’ dari kedua bahasa tersebut. Nababan 2003 menjelaskan bahwa istilah keberterimaan merujuk pada apakah suatu terjemahan sudah diungkapkan sesuai dengan kaidah-kaidah norma dan budaya yang berlaku dalam bahasa sasaran atau belum, baik pada tataran mikro ataupun pada tataran makro. Misalnya dalam budaya bahasa Inggris, memanggil lawan bicara dengan kata ‘you’ itu biasa dalam semua kalangan. Tetapi dalam budaya Jawa, terjemahannya yakni ‘kowe’ tidak berterima bila dipergunakan terhadap orang yang lebih tua atau yang mempunyai status sosial lebih tinggi.

3. Keterbacaan