Kesopanan Positif Tuturan Mengancam Muka FTA dan Strategi kesopanan Brown dan Levinson

untuk melakukan tindakan yang mengancam muka lawan tutur tanpa harus kehilangan mukanya sendiri. Seandainya penutur memutuskan bahwa dirinya menghendaki perlunya mengurangi perasaan kurang senang lawan tuturnya maka penutur tersebut harus melakukan redressive action atau tindakan penyelamatan muka. Tindakan penyelamatan muka lawan tutur ini diperlukan karena penutur biasanya berkeinginan untuk menjaga kelangsungan hubungan yang harmonis dengan lawan tuturnya. Brown dan Levinson mendefinisikan tindakan penyelamatan muka sebagai berikut: By redressive action we mean action that ‘gives face’ to the addressee, that it, that attempts to counteract the potential face damage of the FTA by doing in such a way, or with such modifications or addition, that indicates clearly that no such face threat is intended or desired, and that S in general recognizes H’s face wants and himself wants them to be achieved. Such redressive action takes one of two forms, depending on which aspect of face negative or positive is being stresed. Brown Levinson, 1987:69-70 Tindakan penyelamatan muka lawan tutur adalah tindakan kesopanan yang pada prinsipnya ditujukan untuk mengurangi akibat tidak menyenangkan terhadap muka lawan tutur baik muka positif maupun muka negatif. Kesopanan yang ditujukan terhadap muka positif lawan tutur disebut kesopanan positif, sedangkan kesopanan yang diarahkan untuk muka negatif lawan tutur disebut kesopanan negatif. Dengan demikian, redressive actions dapat berbentuk kesopanan positif atau negatif dan akan dijabarkan sebagai berikut:

2. Kesopanan Positif

Brown dan Levinson 1987: 70 memberikan batasan mengenai kesopanan positif. Kesopanan positif adalah kesopanan yang diasosiasikan dengan muka positif lawan tutur, yaitu keinginan agar penutur dihargai dan dipahami keinginannya. Pada hakikatnya kesopanan positif ditujukan terhadap muka positif lawan tutur, yaitu citra positif yang dianggap dimiliki oleh lawan tutur. Kesopanan positif berupa pendekatan yang menorehkan kesan pada muka lawan tutur bahwa pada hal-hal tertentu penutur juga mempunyai keinginan yang sama dengan lawan tutur yaitu memperlakukannya sebagai anggota kelompok, sahabat, sebagai seseorang yang keinginannya dikenal dan disukai. Kesopanan positif ini biasanya untuk menunjukkan kedekatan, dan hubungan baik antara penutur dan lawan tutur. Untuk mengurangi kekecewaan lawan tutur, Brown dan Levinson 1987:103-129 menawarkan strategi sebagai berikut: 1. Attend to H his interest, wants, deeds, goods: memberi perhatian pada lawan tutur dengan memperhatikan minat, keinginan, kebutuhan dan barang-barang mitra tutur. Contoh: “Wah baru beli jam tangan Alexandre Christie baru ya.. omong- omong kalau masih ada sisa, saya mau pinjam dong buat bayar kuliah..” 2. Exaggerate interest, approval, sympathy with H melebihkan minat, persetujuan, simpati terhadap lawan tutur dengan memberikan intonasi maupun penekenan melalui tuturannya Contoh: “wah kandang puyuhmu luas sekali.. ngalah-ngalahin lapangan futsal di kabupaten Jombang..” 3. Intensity interest to H meningkatkan ketertarikan terhadap lawan tutur dengan menyelipkan ungkapan yang menarik perhatian lawan tutur Contoh: “Kamu paham kan apa yang aku mau?” 4. Use in-group identity markers menggunakan penanda yang menunjukkan jati diri dengan menggunakan bentuk sapaan, bahasa atau dialek kelompok, jargon, slang dan elipsis Contoh: “Bantu saya nyari penginapan murah di sekitar Danau Batur ya Bli?” 5. Seek agreement mencari dan mengusahakan persetujuan terhadap lawan tutur dengan mengulang sebagian tuturan lawan tutur untuk menunjukkan kesetujuannya Contoh: “Oke lah kalau cuma begitu masalahnya, nanti masih bisa lah di omongin lagi sama bapak-ibu kalau aku serius sama kamu.” 6. Avoid disagreement menghindari ketidaksetujuan terhadap lawan tutur dengan cara menunjukkan persetujuan Contoh: “Aku juga sepikiran sama kamu lo, mas.. tapi bagaimana kalau..” 7. Presupposeraise assert common ground mempresuposisikan sejumlah persamaan penutur dan lawan tutur dengan mengurangi FTA melalui sebuah percakapan yang dapat menarik minat lawan tutur terhadap tuturan penutur Contoh: “Udah lah.. nyantai aja.. kita kan sudah seperti adek-kakak. Itu bukan masalah besar buatku juga kok..” 8. Joke kelakar Contoh: “Mbak Chairunnisa, kalau marah-marah terus nanti kamu makin mirip sama Syahrini lo...” 9. Asert or presuppose S’s knowledge of and concern for H’s wants mempresuposisikan bahwa penutur memahami keinginan lawan tuturnya dengan menyatakan bahwa penutur dan lawan tutur adalah kooperator. Contoh: “Aku tau, kamu nggak suka pergi karaoke.. nggak kayak kita- kita. Tiap karaoke kamu juga tidur terus.. tapi kali ini asyik lo kan kita sudah lama nggak ngumpul gara-gara pada sibuk tesis..” 10. Offer, promise membuat penawaran dan janji dengan tujuan memuaskan muka positif lawan tutur Contoh: “Aku akan sering main ke kosanmu bulan depan kalau tesis ku sudah beres..” 11. Be optimistic menunjukkan rasa optimis dengan beranggapan bahwa lawan tutur menginginkan atau membantu penutur untuk mencapai keinginan penutur Contoh: “Kamu pasti mau kan minjemin aku motor buat ngapel pacarku sabtu ini.. aku ingin ngajak dia ke Waduk Gajah Mungkur.” 12. Include both S and H in the activity berusaha melibatkan lawan tutur dan penutur dalam suatu kegiatan tertentu dengan menggunakan kata we kita atau let’s mari misalnya Contoh: “Dari pada nganggur, mending kita main gitar dulu.” 13. Give or ask for reasons memberikan atau meminta alasan dengan melibatkan lawan tutur dalam suatu kegiatan yang dikehendaki penutur Contoh: “bagaimana kalau berasnya aku aja yang bawa.” 14. Assume or assert repirocity mengisyaratkan atau menyatakan hal yang timbal balik Contoh: “Kamu pakai saja mobilku, tapi aku pinjam laptopmu ya buat ngerjain tugas.” 15. Give sympathy to H memberikan penghargaan tidak hanya benda nyata tetapi juga keinginan berinteraksi, keinginan untuk disukai, diakui, diperhatikan, dipahami, didengarkan dan lain sebagainya kepada lawan tutur Contoh: “Kalau butuh apa-apa, kamu tinggal telpon atau sms aku saja, siapa tau aku bisa bantu.”

3. Kesopanan Negatif