karena sama-sama menunjukkan kesantunan. Selanjutnya, pada contoh ke dua, kata man diterjemahkan menjadi “bung”, penggunaan teknik adaptasi pada tuturan
ini dapat merepresentasikan dan mengalihkan pesan secara akurat dan berterima karena keduanya sepadan baik dalam bahasa sumber maupun bahasa sasaran.
f. Transposisi
Temuan data teknik penerjemahan selanjutnya dalam penelitian ini adalah transposisi yang berjumlah 32 data atau 3,2 dari total data kesuluruhan. Teknik
penerjemahan ini mengganti kategori gramatikal bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dikarenakan adanya perbedaan tata bahasa antara bahasa sumber dan
bahasa sasaran. Dalam penelitian ini transposisi diaplikasikan oleh penerjemah dalam tataran frasa menjadi kata atau sebaliknya. Berikut contoh beserta
penjelasannya: 163
a. BSu: “Where’s your daughter?”
BSa: “Dimana putrimu?” 064
b. BSu: “You think that he is dead?” BSa: “Menurutmu dia sudah meninggal?”
Pada contoh di atas, penerjemah menggunakan teknik transposisi untuk menerjemahkan frasa menjadi kata agar tetap berterima pada sistem bahasa
sasaran, namun tidak mengalami distorsi makna. Pada contoh pertama frasa your daughter diubah menjadi “putrimu” dalam bahasa sasaran oleh penerjemah, hal
ini dilakukan karena imbuhan –mu tidak mungkin bisa berdiri sendiri dalam sistem bahasa Indonesia. Selanjutnya frasa you think juga diubah menjadi kata
“menurutmu” dengan alasan yang sama pada contoh pertama. Kedua contoh pengaplikasian teknik transposisi di atas tidak mengalami distorsi makna sehingga
penggunaan teknik ini dirasa sudah tepat.
g. Peminjaman Murni
Teknik yang muncul selanjutnya dalam penelitian ini adalah teknik peminjaman murni. Teknik peminjaman murni ini terjadi ketika penerjemah tidak
menemukan padanan yang lazim dalam bahasa sasaran, sehingga penerjemah meminjam kata tersebut tanpa melakukan perubahan sedikitpun. Dalam penelitian
ini terdapat 28 data atau 2,7 data tuturan yang menggunakan teknik peminjaman murni. Teknik ini digunakan dalam nama karakter, kata seru dan mata uang.
Berikut contoh dan penjelasannya: 024
a. BSu: “It’s no use, John Clay, you have no chance at all” BSa: “Tak ada gunanya, John Clay, kau tak bisa lari”.
038
b. BSu: “for how could you possibly find this Hosmer Angel?” BSa: “karena bagaimana mungkin anda bisa menemukan Hosmer
Angel?”
Pada kedua contoh di atas, penerjemah menarapkan teknik peminjaman murni untuk nama karakter yang terdapat dalam kumpulan cerita pendek The
Adventures of Sherlock Holmes. Teknik ini banyak digunakan dalam tokoh karakter karena karakter atau tokoh cerita merupakan unsur penting dalam sebuah
cerita. Perannya adalah untuk membangun cerita dan menciptakan plot. Menurut Herman dalam Fitriana, 2014: 122 penerjemahan nama dapat dilakukan dengan
4 cara, yakni mengkopi nama karakter sama seperti dalam bahasa sumbernya pure borrowing, mengkopi tapi pelafalannya disesuaikan dengan bahasa sasaran
naturalized borrowing, mengganti nama dalam teks BSu dengan istilah nama yang tidak memiliki keterkaitan sama sekali adaptation dan mengartikan nama
sesuai nama semantiknya literal. Namun penerapan teknik peminjaman murni dalam penelitian ini cenderung tepat karena selain untuk menghormati pilihan
penulis, juga untuk penyampaian atmosfer dalam cerita pada pembaca sasaran. 029
a. BSu: “....Oh, Mr. Holmes I wish you would do as much for me.” BSa: “...Oh, Tuan Holmes, saya harap anda juga bisa membantu saya.”
110
b. BSu: “Ha You put me off, do you?” BSa: “Ha Kau menyepelekanku ya?”