menampilkannya dengan menggambarkan di papan tulis atau menyajikan gambar melalui bantuan slide power point. Setelah itu, guru mengecek apakah siswa dapat
memahami maksud gambar tersebut juga. Bila perlu guru menampilkan informasi gambar mengenai masalah serupa namun dengan permasalahan ukuran sisi objek
gambar persegi panjang yang berbeda, misalnya gambar yang mewakili makna p = 9 dan l= 7. Kemudian guru mengecek pemahaman siswa terhadap gambar.
c Simbolik Tahap ikonik dalam aplikasi pembelajarannya yakni ketika guru
membimbing siswa untuk mampu mengemukakan pemahaman yang diperoleh setelah melalui tahap enaktif dan ikonik tersebut. Selain itu guru juga bertugas
membimbing dan memantau ketepatan hasil konjektur perkiraan jawaban siswa, kemudian mencatat kesulitan-kesulitan yang dialami mereka guna perbaikan saat
kegiatan pembahasan ataupun Refleksi. Siswa pada tahap ini mampu menyampaikan gagasannya dalam bentuk simbol angka, kata, atau kalimat, yakni:
luas tanah Pak Solah dapat dihitung dengan cara sebagai berikut: Cara I Luas
p.panjang
ABCD = p x l
= a x b + c
= 10 x 5 + 3
= 10 x 8 = 80
Cara II Luas
p.panjang
ABCD = L
p.panjang TP
+ L
p.panjang TS
= a x b + a x c =
10 x 5 + 10 x 3 = 10 x 8
= 80
Kegiatan penyimbolan tersebut dapat dipandu dengan arahan guru melalui langkah-lagkah petunjuk LKS atau proses tanya jawab guru dengan siswa-
siswanya. Hingga pada akhirnya siswa diarahkan untuk menggabungkan kedua hasil pemisalan tersebut dengan menyatakan kesimpulan:
“Hasil jawaban dengan cara I sama dengan hasil jawaban cara II”
Maka hasil dari:
a x b + c = a x b + a x c
10 x 5 + 3 = 10 x 5 + 10 x 3 80
= 80” Kemudian barulah guru, menginstruksikan siswa untuk membuka buku yang
mengindikasikan ketetapan sifat tersebut, yakni agar siswa menemukan sendiri maksud dari sifat distributif perkalian tehadap penjuumlahan berikut:
a x b + c = a x b + a x c
3. Tahap Evaluasi atau Pengecekan Pada tahap ini guru membimbing siswa untuk menentukan hasil soal
evaluasi distributif perkalian terhadap penjumlahan lain untuk membuktikan kebenaran ketetapan sifat tersebut, misalnya:
Cobalah kerjakan soal-soal berikut 1 3 x 6 + 4 = .... sama hasilnya dengan 3 x ... + 3 x ... = ....
2 5 x 8 + 5 x 2 = ... x ... + ... = .... 3 7 x 3 + ... = 7 x ... + ... x 2 = ....
5. Aktivitas siswa dalam Pembelajaran
Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. John Dewey, seperti dikutip oleh Dimyati
mengemukakan bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang dari siswa sendiri. Dengan
demikian berlaku guru sekedar pembimbing dan pengarah.
50
Paul D. Dierich dalam Sardiman membagi aktivitas belajar menjadi delapan kelompok, sebagai berikut:
1. Visual activities,
seperti: membaca,
memperhatikan gambar,
demonttrasi, percobaan, mengamati pekerjaan orang lain.
50
Dimyati dan Mutjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002, h. 44.
2. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, interupsi dan
diskusi. 3. Listening activities, seperti: mendengarkan uraian, percakapan atau
diskusi, musik, pidato. 4. Writing, seperti: menulis cerita, karangan, laporan, angket, membuat
rangkuman. 5. Drawing activities, seperti: menggambar, membuat grafik, chart, peta,
dan diagram. 6. Motor activities, seperti: melakukan percobaan, membuat konstruksi,
bermain, berkebun, beternak. 7. Mental activities, seperti: menanggapi, mengingat, memecahkan soal,
menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan. 8. Emotional activities, seperti: menaruh minat, merasa bosan, gembira,
bersemangat, bergairah, berani, tenang.
51
Hal tersebut menunjukkan bahwa tanpa adanya aktivitas maka proses belajar tidak akan terjadi. Senada dengan pendapat Sardiman yang menyatakan
bahwa tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar
mengajar.
52
Siswa sebagai subjek haruslah aktif berbuat. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan
siswa ataupun siswa dengan siswa. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana setiap siswa dapat melibatkan
kemampuannya semaksimal mungkin. Siswa diharapkan melibatkan diri dalam setiap kegiatan pembelajaran dengan menggunakan segenap kemapuan yang
dimilikinya semaksimal mungkin. Dengan demikian aktivitas yang dilakukan siswa tersebut akan mengakibatkan terbentuknya pengetahuan dan keterampilan
yang mengarah pada peningkatan prestasi siswa.
51
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007, h. 101.
52
Ibid., h. 95.
Penilaian proses belajar mengajar terutama adalah dengan melihat sejauh mana keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Keaktifan siswa
dapat dilihat dalam hal: a. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya.
b. Terlibat dalam pemecahan masalah. c. Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami
persoalan yang dihadapinya. d. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan
masalah. e. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru.
f. Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya. g. Melatih diri dalam memecahkan soal dan masalah yang sejenis.
h. Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah
diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.
53
Aktivitas belajar mencakup aktivitas baik fisik maupun mental. Kedua aktivitas tersebut selalu berkaitan dimana keduanya akan membuahkan aktivitas
belajar yang optimal. Akan tetapi aktivitas mental tentulah sulit untuk diamati secara langsung. Ketika seorang siswa berpikir mengenai pemecahan masalah,
maka siswa sedang melakukan aktivitas mental. Proses berlangsungnya aktivitas mental tersebut sulit untuk diamati secara langsung, namun peneliti merujuk pada
teori Paul D. Dierich bahwa dampak dari aktivitas tersebut dapat dilihat dari jawaban yang dikemukakan siswa atau pertanyaan yang diajukan siswa sebagai
bentuk kegitannya menanggapi permasalahan. Selain itu, kemampuan siswa dalam mengingat informasi dan mememecahkan soal menurutnya juga dipandang
sebagai hasil aktivitas mental siswa yang dapat diamati. Berdasarkan kondisi tersebut, maka pada penelitian ini aktivitas yang
diamati meliputi aktivitas fisik dan mental yang dijabarkan dalam klasifikasi aktivitas belajar menurut Paul D. Dierich. Kemudian, peneliti kembali membatasi
53
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Rosdakarya, 2004, h. 61.