klasifikasi aktivitas belajar menurut Paul D. Dierich tersebut pada aspek visual activities, oral activities, drawing activities, motor activities, mental activities,
dan emotional activities. Penjabaran indikator aktivitas-aktivitas belajar siswa tersebut akan difokuskan pada beberapa indikator pilihan, yang disusun guna
mempermudah pengamat observer dalam mengamati aktivitas belajar siswa dalam penelitian ini. Adapun indikator-indikator pilihan tersebut dapat dijabarkan
sebagai berikut ini:
Tabel 2.3 Indikator Aktivitas Belajar Siswa No. Aspek Aktivitas
Indikator Aktivitas Belajar Siswa
1. Visual Activities
1 Memperhatikan penjelasan materi guruteman 2.
Oral Activities 1 Mengajukanmembuat pertanyaan
2 Menanggapi pertanyaanmemberikan penjelasan menjawab pertanyaan guruteman saat diskusi
3. Drawing Activities
1 Menggambar atau mengubah soal pemecahan masalah ke dalam bentuk gambarsimbol
matematika. 4.
Motor Activities 1 Melakukan
percobaanmembuat konstruksi
memanipulasi obyek bendamedia 2 Mengerjakan soal dengan cepat
5. Mental Activities
1 Menyelesaikan soalmasalah dalam LKS 2 Mengingat materi
6. Emotional Activities
1 Minatantusias siswa selama belajar 2 Senang selama belajar
Jadi, dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Selain itu,
guru bukanlah satu-satunya sumber belajar dikelas tetapi guru berperan sebagai fasilitator bagi siswa dalam memperoleh informasi. Dengan demikian, siswa
sendirilah yang berperan sebagai subjek belajar yang harus aktif dalam mencari, menemukan dan mengembangkan pemahamannya. Guru berfungsi sebagai
fasilitator dan moderator pada saat pembelajaran berlangsung yang mampu mendorong siswa agar termotivasi untuk aktif dalam proses pembelajaran.
B. Penelitian yang Relevan
Beberapa hasil penelitian lainnya yang relevan sebagai bahan penguat penelitian terkait dengan penerapan metode penemuan terbimbing untuk
meningkatkan pemahaman sifat-sifat operasi hitung bilangan adalah sebagai berikut:
1. Ropidatul Hijriyah dalam penelitiannya tahun 2013 yang berjudul “Pembelajaran dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan
Pemahaman Konsep Bangun Datar pada Siswa Kelas IV SDN Al-Fajar Kedaung”, pada pokok bahasan keliling dan luas jajargenjang, segitiga. Proses
pembelajaran dengan menggunakan metode penemuan terbimbing dapat memberikan pengalaman baru bagi siswa dalam belajar matematika. Dengan
adanya semangat dan antusias siswa dalam belajar dengan metode penemuan terbimbing, dapat menginformasikan bahwa metode penemuan terbimbing
dapat menciptakan suasana mandiri dan aktif dalam pembelajaran matematika khususnya pada pokok bahasan bangun datar. Pada siklus I siswa masih
kurang memahami mengenai bangun datar dan jajargenjang. Namun setelah menggunakan metode penemuan terbimbing yang dibantu LKS dan alat
peraga berupa model-model jajargenjang siswa diajak beradaptasi dengan metode penemuan terbimbing untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa.
Pada siklus II aktivitas siswa terlihat meningkat di mana siswa sudah lebih aktif dan antusias dalam proses pembelajaran, serta siswa dapat menanggapi
pertanyaan dan menjawab soal latihan dengan baik. Secara empiris pemahaman konsep siswa dapat dilihat dari nilai rata-rata pada siklus I, yaitu
sebesar 66,92 dengan 48 persen siswa yang nilainya di atas KKM, kemudian meningkat pada siklus II menjadi 74,80 dengan 75 persen siswa yang
mendapat nilai di atas KKM. Pemahaman konsep yang diukur oleh peneliti
meliputi tiga aspek, yaitu translasi, interpretasi dan ekstrapolasi.
2. Fardiansyah dalam penelitiannya pada tahun 2010 yang berjudul “Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing Guided
Discovery Lesson untuk meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa. Penelitian ini dilakukan di kelas VIII SMP Islam Plus Mardhotillah pada
pokok bahasan lingkaran dan garis singgung lingkaran. Pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam
belajar matematika, karena memang prinsip dari metode ini adalah membimbing dan mengarahkan siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran.
Dalam pembelajaran dengan metode tersebut, siswa tidak hanya mendengar penjelasan guru, namun juga aktif untuk bertanya, dan dalam menyelesaikan
soal siswa tidak hanya mendengarkan bimbingan dari guru, tetapi juga ikut menemukan jawabannya. Secara empiris peningkatan aktivitas belajar
matematika siswa dapat dilihat dari hasil skor rata-rata lembar observasi pada siklus I sebesar 65,3 dan pada siklus II sebesar 69,79. Peningkatan hasil skor
rata-rata lembar observasi siklus I ke siklus II sebesar 4,49. Selain itu juga dapat dilihat dari skor rata-rata angket aktivitas siswa yang menunjukkan skor
rata-rata yang tinggi sebesar 76,3. 3.
Mahmudah dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran dengan Metode Penemuan Terbimbing guide discovery terhadap pemahaman
konsep matematika Siswa”, studi eksperimen di kelas VIII-1 dan VIII-3 SMP Islam Terpadu Nurul Falah. Penelitiannya dibatasi pada pokok bahasan materi
persamaan relasi dan fungsi. Pada proses pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing di kelas eksperimen, tugas siswa adalah menemukan
sendiri konsep matematika secara teoritis dan urutan secara berkelompok maupun individu. Pada pembelajaran penemuan terbimbing secara
berkelompok, peneliti membagi kelompok siswa secara heterogen, sehingga sebagian besar siswa dalam kelompok terlihat lebih bersemangat dalam
memahami konsep dan aktif saling membantu satu sama lain. Selain itu, guru juga menempatkan satu ketua kelompok yang bertugas mengarahkan dan
membantu kesulitan-kesulitan anggota kelompoknya saat memahami konsep matematika. Pada kelas eksperimen setiap siswa diberikan LKS yang dapat
membantu siswa menemukan dan memahami kosep matematika. Proses pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing di SMP Islam Nurul Falah
memberikan dampak positif, yaitu siswa mampu menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari dalam bahasa sendiri, mengklarifikasi objek-objek
berdasarkan dipenuhi atau tidaknya persyaratan yang memenuhi konsep tersebut, menerapkan konsep secara algoritmik, memberikan contoh dari
konsep yang dipelajari, menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika, dan mengaitkan berbagai konsep internal dan
eksternal matematika. Pengaruh metode penemuan terbimbing terhadap pemahaman konsep matematika siswanya dapat dilihat dari data empiris
berupa nilai rata-rata kelas eksperimen yang lebih besar dari kelas kontrol, yakni sebesar 64,56 untuk kelas eksperimen dan 55,68 untuk kelas kontrol.
Artinya ada perbedaan signifikan pemahaman konsep matematika antar dua kelas tersebut.
4. Q orri‟ah dalam penelitiannya yang berjudul “Penggunaan Metode Guided
Discovery Learning untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung
”, studi kuasi eksperimen di SMP Paramarta. Melalui pembelajaran dengan metode Guided Discovery
Learning, siswa dapat menemukan dan membuktikan sendiri konsep bangun ruang sisi lengkung serta dapat mengeksplorasinya dalam pemikiran
matematis. Di samping itu, siswa dapat terlatih menganalisis, membandingkan dan membedakan suatu permasalahan dengan cermat sehingga siswa dengan
sendirinya dapat mengembangkan daya kreatifitas untuk menemukan hubungan baru mengenai konsep yang dimiliki dengan permasalahan yang
dihadapi. Peningkatan pemahaman konsep siswa dapat dilihat dari hasil perhitungan data empiris hasil skor rata-rata posttest yang lebih tinggi pada
kelompok eksperimen dibandingkan dengan kelompok kontrol dan hasil uji perbedaan rata-rata posttest menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara rata-rata posttest kedua kelompok tersebut. Adapun pencapaian indikator pemahaman konsep pada kelompok eksperimen untuk
pretest diperoleh sebesar 35 dan pencapaian indikator pemahaman konsep
untuk posttest diperoleh sebesar 72 gain = 0,57. Sedangkan pencapaian indikator pemahaman konsep kelas kontrol untuk pretest diperoleh sebesar 34
dan pencapaian indikator untuk posttest diperoleh sebesar 62 gain =
0,42.
C. Pengajuan Konseptual IntervensiPerencanaan Tindakan
Konsep atau pokok bahasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bilangan, khususnya pada Standar Kompetensi melakukan memahami dan
menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan dalam pemecahan masalah. Standar Kompetensi matematika ini dijarkan pada kelas IV SDMI semester
ganjil pada Kompetensi Dasar mengidentifikasi sifat-sifat operasi hitung. Pemilihan Penelitian Tindakan Kelas PTK dalam meningkatkan pemahaman
sifat-sifat operasi hitung bilangan matematika ini karena pokok bahasan tersebut masih menjadi materi matematika yang dianggap sulit oleh beberapa siswa sebab
pembelajarannya kurang menarik dan cenderung teoritis serta menuntut siswa mengingat atau menghafal sifat-sifat tersebut. Sehingga pembelajaran materi ini
dipandang siswa kurang kontekstual atau berhubungan dengan dunia nyata, yang berakibat pada kurangnya pemahaman siswa terhadap materi tersebut. Oleh
karena itu, maka dibutuhkanlah bantuan berupa tindakan pembelajaran yang terencana dengan menerapkan metode yang lebih mengaktifkan siswa serta
menghubungkan siswa dengan masalah nyata. Pengambilan konseppokok bahasan bahasan
bilangan khususnya penggunaan sifat-sifat operasi hitung bilangan dalam pemecahan masalah ini juga
disesuaikan dengan metode penemuan terbimbing. Dalam proses pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing siswa diarahkan dan dibimbing untuk aktif
memecahkan masalah serta membangun pemahaman sendiri dalam pemecahan masalah tersebut. Tugas guru disini ialah memberikan sejumlah permasalahan
nyata dengan bantuan media pembelajaran serta membimbing dan mengarahkan siswa untuk dapat memecahkan masalah tersebut secara bersama-sama dan
dengan anggota kelompoknya. Setelah mereka membangun pemahamannya dan menemukan cara pemecahan dari beberapa permasalahan tersebut, maka guru
menuntun mereka untuk mengoreksi dan menguji kembali kebenaran jawaban yang diperoleh. Kemudian setelah teruji, barulah guru menuntun mereka untuk
menghubungkannya dengan sifat-sifat operasi hitung yang ada dan memberikan sejumlah permasalahan lain yang serupa untuk dipecahkan dengan sifat-sifat
tersebut. Dengan demikian diharapkan proses pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran
matematika mereka.
D. Hipotesis Penelitian Tindakan
Berdasarkan pada deskripsi teori dan kerangka berfikir diatas, maka penulis mengajukan hipotesis penelitian bahwa:
“Pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan pemahaman penggunaan sifat-sifat operasi hitung
bilangan dalam pemecahan masalah dan aktivitas siswa kelas IV SDN Pesanggrahan 01 Pagi
.”
54
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDNPesanggrahan 01 Pagi, yang beralamat di Jl. Penerangan IV, Komplek Penerangan, Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta
Selatan. Penelitian ini dilakukan terhadap siswa kelas IV SD tahun pelajaran 20142015 semester ganjil. Jadwal penelitian yang dilaksanakan dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian
Kegiatan April
Mei Juli
Agust. Sep.
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Persiapan, perencanaan √
√ √
√ √
√ √
Observasi √
Kegiatan Penelitian √
√ Analisis Data
√ √
√ Laporan Penelitian
√ √
√
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Penelitian Tindakan PTK. PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar
berupa tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan.
1
Tujuan utama dari penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme pendidik dalam menangani
proses belajar mengajar. Penelitian diterapkan melalui urutan yang terdiri dari beberapa siklus cylical. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu
perencanaan planing, tindakan acting, pengamatan observing dan refleksi reflecting. Kemudian keempat tahapan itu diulang kembali dalam siklus
selanjutnya. Berikut ini deskripsi dari empat tahapan kegiatan PTK.
1
Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008, h.3