Taraf Kesukaran Instrumen Instrumen-Instumen Pengumpulan data
berdekatan depan-belakang. Hal ini dilakukan untuk memudahkan siswa ketika
memposisikan diri duduk bersama kelompok, sebab mereka telah berdekatan.
Pada saat pengerjaan LKS ini peneliti berkeliling untuk mengamati proses diskusi tiap-tiap kelompok serta memberikan bantuan bagi kelompok yang merasa
kesulitan. Kesulitan sebagian besar kelompok adalah saat harus membuka lem atau doubletip dari gambar-gambar burung yang hendak di tempel pada LKS.
Sehingga peneliti dan observer harus berkeliling dan membantu mereka. Kegiatan ini cukup menyita waktu siswa dalam pengerjaan LKS, sebab peneliti
menempelkan doble tip seukuran dengan gambar, sehingga gambar sulit dilepas dari doubletipnya. Selain itu ternyata masih ada kelompok siswa yang kesulitan
dalam memahami instruksi-instruksi LKS yang memerintahkan kelompok untuk menukar hasil jawabannya ke dalam simbol persamaan sifat.
Setelah siswa selesai mengerjakan LKS, peneliti bersama siswa mengoreksi dan membahas bersama hasil pengerjaan. Siswa menukar hasil jawaban LKS
kelompoknya dengan kelompok lain. Karena keterbatasan waktu, akhirnya kegiatan pengoreksian ini hanya sampai setengahnya. Peneliti meminta siswa
untuk segera mengumpulkan dan kegiatan pengoreksian dilanjutkan sendiri oleh guru.
Setelah beberapa langkah-langkah pembelajaran telah diaplikasikan, maka peneliti segera melakukan refleksi singkat dengan menuliskan persamaan sifat
komutatif penjumlahan di papan tulis serta membahas 1 contoh soal bersama siswa. Kemudian, segera menutup pembelajaran dengan mengucap hamdalah
bersama. Tidak lupa peneliti berpesan kepada siswa agar mempelajari sifat komutatif pada perkalian untuk materi berikutnya.
2 Pertemuan KeduaSenin, 11 Agustus 2014
Kegiatan belajar matematika pada pertemuan kedua ini berlangsung selama 2 x 40 menit. Di awal kegiatan pembelajaran, seperti biasa peneliti membuka
pelajaran dengan salam dilajutkan dengan pembacaan doa masuk kelas bersama- sama dengan dipimpin oleh ketua kelas, serta mengecek absensi. Pada pertemuan
kedua jumlah siswa yang hadir sebanyak 38 orang, dikarenakan 2 siswa sakit yaitu S5 dan S15, 2 siswa izin yaitu S1 dan S23, dan 1 siswa tidak hadir tanpa
keterangan yaitu S20. Kemudian, peneliti memimpin kegiatan ice breaking singkat dengan menyanyikan lagu bersama guna membangkitkan semangat
belajar siswa yang terekam dalam dokumentasi Gambar 4.3 a dan b berikut:
a b
Gambar 4.3 Semangat dan Antusias Siswa Saat Melakukan
Ice Breaking
Selanjutnya peneliti mereview kembali materi sifat komutatif pada penjumlahan. Setelah itu barulah guru menyamakan konsep awal bahwa
perkalian adalah penjumlahan yang berulang melalui sebuah permasalahan kontekstual yakni aturan minum obat 3 x 1 sendok takar sehari.
Peneliti melakukan apersepsi ini dengan tujuan siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami aturan sifat komutatif pada perkalian. Peneliti
memulainya dengan mengajukan permasalah, “Anak-anak, ibu punya cerita, Tolong simak baik-baik Pada suatu hari Beno adiknya Rara sakit demam.
Melihat adiknya sakit, Rara dan ibunya bergegas mengantarnya ke dokter. Dokter pun memeriksa Rara, dan memberinya resep obat. Obat tersebut akhirnya dibeli
dan dibawa mereka pulang. Sesampainya di rumah, Rara diminta ibunya untuk mengatur waktu minum obat adiknya. Ia segera saja melihat aturan yang tertulis
pada bungkus obat syrup tersebut, yaitu 3 x 1 sendok takar sehari setelah makan. Nah sekarang pertanyaannya, apakah maksud dari aturan minum obat tersebut?
Siapa yang tahu? Dengan sigap beberapa siswa menunjuk tangan dan penelti mempersilahkan S12 sebagai yang tercepat untuk menjawab. S12 menjawab,
“Diminumnya 1 sendok takar di pagi hari sehabis makan, 1 sendok takar siang