Pengertian Pembelajaran Matematika Pembelajaran Matematika

Menurut Markaban “Metode Penemuan Murni tersebut kurang tepat karena umumnya sebagian besar siswa masih membutuhkan konsep dasar untuk menemu kan sesuatu.” 24 Selain itu, penemuan tanpa bimbingan dapat memakan waktu berhari-hari dalam pelaksanaannya atau bahkan sebagian siswa tidak tahu harus melakukan apa dalam penemuannya. Dengan demikian, jelaslah model atau metode penemuan ini kurang tepat untuk siswa sekolah dasar maupun lanjutan apabila tidak disertai dengan bimbingan guru, sebab akan banyak memakan waktu, dan siswa cenderung tergesa-gesa menarik kesimpulan sehingga hasil temuan yang diharapkan tidak tercapai. Mengingat hal tersebut, maka muncullah metode penemuan degan bimbingan dan panduan guru. Metode penemuan yang dipandu oleh guru atau penemuan terbimbing ini menurut Cooney dalam Markaban pertama kali dikenalkan oleh Plato dalam suatu dialog antara Socrates dan seorang anak, maka dari itulah sering juga disebut dengan Socratic. Metode ini melibatkan suatu dialog antara siswa dan guru dimana siswa mencari kesimpulan yang diinginkan melalui suatu urutan pertanyaan yang diatur oleh guru. Salah satu buku yang pertama menggunakan teknik penemuan terbimbing adalah oleh Warren Colburn yang pelajaran pertamanya berjudul: Intelectual Arithmetic upon the Inductive Method of Instruction, yang isinya menekankan penggunaan suatu urutan pertanyaan dalam mengembangkan konsep dan prinsip matematika. 25 Sebagai suatu metode pembelajaran dari sekian banyak metode pembelajaran yang ada, metode penemuan terbimbing, menempatkan guru sebagai fasilitator, guru membimbing siswa jika diperlukan. Dalam metode ini, siswa di dorong untuk berpikir sendiri, menganalisis sendiri, sehingga dapat menemukan prinsip umum berdasarkan bahan atau data yang telah disediakan guru. Sampai seberapa jauh siswa dibimbing, tergantung pada kemampuannya dan materi yang sedang dipelajari. 26 Sund mengatakan bahwa penggunaan metode penemuan terbimbing guided discovery lesson dalam batas-batas tertentu adalah baik untuk kelas-kelas rendah. 24 Markaban, loc.cit., h. 9 25 ibid., h. 10 26 Esti Yuli Widayanti, dkk., op. cit., h. 1-16. J. Richard dan asistennya mencoba self learning siswa, sehingga “proses pembelajaran berpindah dari situasi teacher dominated learning vertical ke situasi student dominated learning horizontal ” 27 , dengan menggunakan discovery yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat dengan diskusi, tanya jawab, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri. “Salah satu bentuknya adalah Guided Discovery Lesson”. 28 Sehingga metode penemuan terbimbing dapat diartikan sebagai prosedur pembelajaran yang berpusat pada kegiatan aktif siswa dalam mengkaji informasi atau masalah, mengolahnya, menggeneralisasinya, dan mengevaluasinya hingga akhirnya mampu menemukan makna bagi pengetahuannya, dan guru diposisikan sebagai fasilitator yang membimbing siswa dalam proses penemuannya. Berdasarkan pengertian kedua jenis metode penemuan yang diuraikan sebelumnya, maka dapatlah peneliti simpulkan letak perbedaan dan persamaan keduanya, yakni sebagai berikut: Tabel 2.1 Persamaan dan Perbedaan Metode Penemuan Murni dan Terbimbing Metode Penemuan Metode Penemuan Murni Metode Penemuan Terbimbing 1. Siswa dihadapkan pada sebuah permasalahanpertanyaan yang harus dipecahkan secara mandiri, dengan bantuan alatsumberbahan yang diberikan guru. 2. Siswa secara perseorangan dan mandiri aktif dan reflektif dalam memanipulasi obyek, melakukan percobaan, menyusun kesimpulan 1. Siswa diberikan sejumlah urutan pertanyaan oleh guru yang memandu atau mengarahkan siswa untuk dapat aktif memecahkan masalah. 2. Melalui bimbinganpanduan guru siswa secara perorangankelompok secara aktif memanipulasi obyek, melakukan percobaan, menyusun kesimpulan 27 B. Suryosubroto, op. cit., h. 179 28 Ibid. 3. Penilaian pembelajaran berorientasi pada proses siswa dalam mengarahkan sendiri, mencari sendiri serta reflektif. 4. Melibatkan aktifitas mental,dan adanya kenaikan fungsi intelektual secara mandiri 5. Proses pembelajaran melalui 3 tahap enaktif,ikonik, simbolik 6. Tidak ada pemberian bimbingan, dan guru di akhir memberikan hasil jawaban pemecahan masalah yang benar untuk dicocokkan. 3. Penilaian pembelajaran berorientasi pada proses dan hasil siswa secara individu atau kelompok dalam mencari dan memecahkan masalah. 4. Melibatkan aktifitas mental, adanya kenaikan fungsi intelektual secara terarah, sesuai perkembangan siswa 5. Proses pembelajarannya dibimbing ke dalam 3 tahap yakni enaktif, ikonik, dan simbolik 6. Pemberian bimbingan oleh guru disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan siswa dan di akhir pembelajaran, guru bersama siswa menyamakan pemahaman Dengan demikian secara umum dalam metode penemuan terbimbing, langkah yang ditempuh guru adalah menyatakan masalah kemudian membimbing siswa melalui suatu dialog, arahan, instruksi ataupun serentetan pertanyaan guna mengarahkan siswa dalam menemukan penyelesaian masalahnya. Intruksi-intruksi tersebut seminimal mungkin diberikan guru, sedangkan siswa mengikuti intruksi- intruksi yang sedikit itu, dan berusaha menemukan sendiri penyelesaiannya. Selain itu, untuk mengetahui langkah-langkah metode penemuan terbimbing peneliti juga berusaha menelaah teori pembelajaran Bruner mengenai klasifikasi tiga tahapan proses pengembangan kognitif siswa saat pembelajaran, yakni: 1. Perolehan informasi, yaitu tahap permulaan, di mana informasi atau ilmu pengetahuan diterima dari luar. 2. Pengolahan informasi, yaitu penyesuaian informasi-informasi yang telah diperoleh berupa pengklasifikasian secara obyektif. 3. Evaluasi atau pengecekan Checking yakni mengadakan “tes kecukupan” atau kebenarann terhadap informasi yang telah diolahnya tersebut. 29 Sebab metode penemuan terbimbing merupakan pengembangan dari teori metode penemuan murni Bruner, maka dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah perkembangan kognitif siswa dalam pembelajaran penemuan terbimbing tidak jauh berbeda dengan ketiga langkah pembelajaran Bruner tersebut. Hanya saja, jika dalam penemuan murni ketiga langkah tersebut diaplikasikan siswa secara mandiri, maka dalam pembelajaran penemuan terbimbing siswa melakukan proses tersebut melalui bimbingan dan arahan guru. Namun agar pelaksanaan metode penemuan terbimbing dapat berjalan dengan efektif dan jelas, secara lebih rinci Shadiq membagi prosesnya ke dalam langkah-langkah sebagai berikut: 1. Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data secukupnya. Perumusan harus jelas dan hindari pernyataan yag menimbulkan salah tafsir agar arah yang ditempuh siswa tidak salah. 2. Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses, mengorganisir, dan menganalisis data tersebut. Dalam hal ini bimbingan guru dapat diberikan sejauh yang diperlukan saja. Bimbingan ini sebaiknya mengarahkan siswa pada tujuan yang hendak dituju, melalui pertanyaan-pertanyaan atau LKS Lembar Kerja Siswa. 3. Siswa Menyusun konjektur perkiraan dari hasil analisis yang dilakukan 4. Bila dipandang perlu, konjektur yang telah dibuat siswa tersebut diperiksa oleh guru. Hal ini perlu dilakukan untuk meyakinkan kebenaran perkiraan siswa, sehingga akan menuju ke arah yang hendak dicapai. 5. Apabila diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur tersebut, maka verbalisasi konjektur sebaiknya diserahkan juga kepada siswa untuk menyusunnya. 29 Zulfikar Ali Buto, loc.cit.

Dokumen yang terkait

Pengaruh permainan kartu milenium ular angka terhadap hasil belajar matematika pada materi operasi hitung bilangan: quasi ekpserimen di SDN Cengkareng Timur 17 Pagi

2 4 92

Pembelajaran matematika dengan menggunakan metode penemuan terbimbing (guided discorvery lesson) untuk meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa

1 9 95

PENEMENIN Penerapan Papan Magnetik Dan CD Warna Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Operasi Hitung Bilangan Bulat Kelas IV SDN Kleco I Surakarta.

0 1 16

PENDAHULUAN Penerapan Papan Magnetik Dan CD Warna Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Operasi Hitung Bilangan Bulat Kelas IV SDN Kleco I Surakarta.

0 2 8

UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATEMATIKA OPERASI HITUNG CAMPURAN DENGAN METODE PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS Upaya Meningkatkan Pemahaman Matematika Operasi Hitung Campuran Dengan Metode Pembelajaran Numbered Heads Together Pada Siswa Kelas III SD Negeri 2

0 1 13

PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI SIFAT-SIFAT OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DI KELAS V SEKOLAH DASAR (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SDN Pengadilan 1 Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya).

0 2 34

PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SIFAT-SIFAT OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT SISWA SD.

0 0 20

bab 2 sifat operasi hitung bilangan

0 0 52

Operasi Hitung Bilangan Bulat Matematika Bab 1

0 0 2

PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 4 PALU PADA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT | Nurhidayah | Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako 8293 27197 1 PB

0 0 12