b Ikonik
Setelah siswa menemukan jawaban yang tepat melalui percobaan pada tahap enaktif, maka peneliti kemudian mengarahkan siswa pada tahap selanjutnya yaitu
ikonik. Tahap ikonik adalah tahap di mana siswa dibimbing untuk mulai memahami suatu masalah dan memecahkannya tanpa melalui kegiatan nyata,
akan tetapi melalui obyek gambar. Oleh karena itu pada tahap ini, peneliti menggambar akuarium dan ikan-ikan yang mewakili soal no 1 dan 2 di papan
tulis. Kemudian, peneliti kembali mengecek pemahaman siswa terhadap gambar melalui beberapa pertanyaan yang diajukan. Berdasarkan kegiatan tanya jawab
singkat tersebut, diketahui bahwa ternyata siswa telah memahami maksud gambar.
c Simbolik
Setelah siswa memahami maksud gambar yang mewakili soal yang diajukan di awal, barulah siswa dibimbing untuk masuk ke tahap simbolik atau
penyimbolan. Pada tahap ini peneliti membimbing siswa untuk menyimbolkan hasil jawaban dari dua permasalahan sebelumnya, lalu menuliskannya di papan
tulis. Melalui kegiatan tanya jawab, siswa akhirnya dapat menemukan pemahamannya atas persamaan sifat komutatif pada penjumlahan. Sifat tersebut
diperoleh setelah jawaban permasalahan didiskusikan bersama, hingga menghasilkan kesepahaman bahwa 4 + 2 = 2 + 4 dan sejalan dengan persamaan
a + b = b + a sebagaimana yang ada di buku.
3. Tahap Pengecekan atau Evaluasi
Setelah siswa melalui tahapan-tahapan penemuan tersebut, barulah peneliti masuk ke langkah evaluasi atau pengecekan. Pada tahap ini siswa dievaluasi
apakah telah benar-benar memahami sifat yang baru mereka pelajari melalui uraian jawaban LKS yang dituliskan. Peneliti dengan dibantu observer II
membagi siswa menjadi 10 kelompok, membagikan LKS, serta media gambar burung pada masing-masing kelompok. Pada hari sebelumnya, peneliti telah
menginformasikannama-nama kelompok ini kepada siswa, serta juga telah mengatur posisi duduk siswa yang sekelompok untuk duduk di baris yang
berdekatan depan-belakang. Hal ini dilakukan untuk memudahkan siswa ketika
memposisikan diri duduk bersama kelompok, sebab mereka telah berdekatan.
Pada saat pengerjaan LKS ini peneliti berkeliling untuk mengamati proses diskusi tiap-tiap kelompok serta memberikan bantuan bagi kelompok yang merasa
kesulitan. Kesulitan sebagian besar kelompok adalah saat harus membuka lem atau doubletip dari gambar-gambar burung yang hendak di tempel pada LKS.
Sehingga peneliti dan observer harus berkeliling dan membantu mereka. Kegiatan ini cukup menyita waktu siswa dalam pengerjaan LKS, sebab peneliti
menempelkan doble tip seukuran dengan gambar, sehingga gambar sulit dilepas dari doubletipnya. Selain itu ternyata masih ada kelompok siswa yang kesulitan
dalam memahami instruksi-instruksi LKS yang memerintahkan kelompok untuk menukar hasil jawabannya ke dalam simbol persamaan sifat.
Setelah siswa selesai mengerjakan LKS, peneliti bersama siswa mengoreksi dan membahas bersama hasil pengerjaan. Siswa menukar hasil jawaban LKS
kelompoknya dengan kelompok lain. Karena keterbatasan waktu, akhirnya kegiatan pengoreksian ini hanya sampai setengahnya. Peneliti meminta siswa
untuk segera mengumpulkan dan kegiatan pengoreksian dilanjutkan sendiri oleh guru.
Setelah beberapa langkah-langkah pembelajaran telah diaplikasikan, maka peneliti segera melakukan refleksi singkat dengan menuliskan persamaan sifat
komutatif penjumlahan di papan tulis serta membahas 1 contoh soal bersama siswa. Kemudian, segera menutup pembelajaran dengan mengucap hamdalah
bersama. Tidak lupa peneliti berpesan kepada siswa agar mempelajari sifat komutatif pada perkalian untuk materi berikutnya.
2 Pertemuan KeduaSenin, 11 Agustus 2014
Kegiatan belajar matematika pada pertemuan kedua ini berlangsung selama 2 x 40 menit. Di awal kegiatan pembelajaran, seperti biasa peneliti membuka
pelajaran dengan salam dilajutkan dengan pembacaan doa masuk kelas bersama- sama dengan dipimpin oleh ketua kelas, serta mengecek absensi. Pada pertemuan
kedua jumlah siswa yang hadir sebanyak 38 orang, dikarenakan 2 siswa sakit yaitu S5 dan S15, 2 siswa izin yaitu S1 dan S23, dan 1 siswa tidak hadir tanpa