Pelayanan Kontrasepsi KESEHATAN IBU

123 Bab V KESEHATAN KELUARGA Untuk pelayanan di masyarakat, Kelompok Lanjut Usia yang dibina oleh puskesmas, mencapai 76.547 Kelompok dan tersebar di semua provinsi. Pada tingkat pelayanan kesehatan rujukan, rumah sakit rujukan dengan Klinik Geriatri Terpadu terdapat di 10 rumah sakit di 8 provinsi yaitu DKI Jakarta RSCM, Jawa Barat RS Hasan Sadikin-Bandung, Jawa Tengah RSUP Karyadi-Semarang dan RSUD Moewardi-Solo, Yogyakarta RSUD Sardjito, Jawa Timur RSUD Soetomo-Surabaya dan RSU Syaiful Anwar-Malang, Bali RSUP Sanglah- Denpasar, Sulawesi Selatan RSUP Wahidin-Makasar dan Sumatera Utara RSUP Adam Malik-Medan. Beberapa rumah sakit lain telah mulai berproses untuk memiliki poliklinik khusus geriatri. Mengingat penanganan pasien geriatri sangat kompleks, maka dibutuhkan Pelayanan Kesehatan Geriatri Komprehensif preventif, promotif, kuratif, rehabilitatif dan paliatif dengan pendekatan holistik oleh tim terpadu. Pelayanan tersebut diselenggarakan secara berjenjang Geriatric Health Continuum Care, mulai dari pelayanan kesehatan berbasis masyarakat, pelayanan kesehatan dasar dan rujukan. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan lanjut usia di fasilitas kesehatan telah diterbitkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 79 tahun 2014 tentang Pelayanan Geriatri di Rumah Sakit dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 67 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Kesehatan Lanjut Usia di puskesmas. Perencanaan pelayanan kesehatan harus dirancang berdasarkan kondisi lanjut usia dan pola pelayanan yang dibutuhkan, mengacu pada pilihan sarana pelayanan kesehatan yang diakses lanjut usia dalam mencari pengobatan. Data lanjut usia dengan tempat berobat menunjukkan bahwa proporsi terbesar 33,71 berobat ke tenaga kesehatan, diikuti dengan yang berobat ke praktek dokter 31,70, ke puskesmaspustu 27,05, ke rumah sakit pemerintah 7,83 dan rumah sakit swasta 5,12 Susenas 2014. Sebagai sasaran pelayanan kesehatan, yang harus diperhatikan pada lanjut usia adalah bahwa penyakit kronis dan kecacatan di usia tua mempengaruhi kualitas hidup secara keseluruhan dan merupakan tantangan bagi keluarga, masyarakat dan pemerintah secara nasional. Oleh karena itu, perlu dilakukan intervensi sejak dini sesuai dengan tahapan siklus hidup, agar ketika memasuki masa lanjut usia, mereka tidak sakit-sakitan, lemah, dan kurang mandiri. Untuk mewujudkan lanjut usia sehat berkualitas, harus dilakukan pembinaan kesehatan sedini mungkin dan selama siklus hidup manusia sampai memasuki masa lanjut usia dengan meminimalkan faktor risiko yang harus dihindari dan memaksimalkan faktor protektif yang dapat melindungi dan meningkatkan status kesehatan. Salah satu upaya untuk memberdayakan lanjut usia di masyarakat adalah melalui pembentukan dan pembinaan Kelompok Lanjut Usia yangdi beberapa daerah disebut dengan Kelompok Usia Lanjut Poksila, Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia Posyandu Lansia atau Pos Pembinaan Terpadu Lanjut Usia Posbindu Lansia. Pelaksanaan Kelompok 124 PROFIL KESEHATAN INDONESIA Tahun 2016 124 PROFIL KESEHATAN INDONESIA Tahun 2016 Lanjut Usia ini, selain mendorong peran aktif masyarakat, dan Lembaga Swadaya Masyarakat, juga harus melibatkan lintas sektor terkait.

B. KESEHATAN ANAK

Upaya pemeliharaan kesehatan anak ditujukan untuk mempersiapkan generasi akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian anak. Upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak janin masih dalam kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan, dan sampai berusia 18 tahun. Dengan upaya kesehatan anak antara lain diharapkan mampu menurunkan angka kematian anak. Indikator angka kematian yang berhubungan dengan anak yakni Angka Kematian Neonatal AKN, Angka Kematian Bayi AKB, dan Angka Kematian Balita AKABA. Perhatian terhadap upaya penurunan angka kematian neonatal 0-28 hari menjadi penting karena kematian neonatal memberi kontribusi terhadap 59 kematian bayi. Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia SDKI tahun 2012, angka Kematian Neonatus AKN pada tahun 2012 sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini sama dengan AKN berdasarkan SDKI tahun 2007 dan hanya menurun 1 poin dibanding SDKI tahun 2002-2003 yaitu 20 per 1.000 kelahiran hidup. GAMBAR 5.15 TREN ANGKA KEMATIAN NEONATAL, BAYI, DAN BALITA TAHUN 1991 – 2015 Sumber: SDKI tahun 1991-2012, SUPAS tahun 2015 125 Bab V KESEHATAN KELUARGA Hasil Survei Penduduk Antar Sensus SUPAS 2015 menunjukkan AKB sebesar 22,23 per 1.000 kelahiran hidup, yang artinya sudah mencapai target MDG 2015 sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup. Begitu pula dengan Angka Kematian Balita AKABA hasil SUPAS 2015 sebesar 26,29 per 1.000 kelahiran hidup, juga sudah memenuhi target MDG 2015 sebesar 32 per 1.000 kelahiran hidup. Data dan informasi yang akan disajikan berikut ini menerangkan berbagai indikator kesehatan anak yang meliputi: penanganan komplikasi neonatal, pelayanan kesehatan neonatal, imunisasi dasar, pelayanan kesehatan pada siswa SDsetingkat, dan pelayanan kesehatan peduli remaja.

1. Pelayanan Kesehatan Neonatal

Neonatus adalah bayi baru lahir sampai dengan usia 28 hari. Pada masa tersebut terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan di dalam rahim dan terjadi pematangan organ hampir pada semua sistem. Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi dan berbagai masalah kesehatan bisa muncul. Sehingga tanpa penanganan yang tepat, bisa berakibat fatal. Beberapa upaya kesehatan dilakukan untuk mengendalikan risiko pada kelompok ini di antaranya dengan mengupayakan agar persalinan dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan serta menjamin tersedianya pelayanan kesehatan sesuai standar pada kunjungan bayi baru lahir. Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama atau KN1 merupakan indikator yang menggambarkan upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko kematian pada periode neonatal yaitu 6-48 jam setelah lahir yang meliputi antara lain kunjungan menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu Balita Muda MTBM termasuk konseling perawatan bayi baru lahir, ASI eksklusif, pemberian vitamin K1 injeksi dan Hepatitis B0 injeksi bila belum diberikan. Capaian KN1 Indonesia pada tahun 2016 sebesar 91,14 lebih tinggi dari tahun 2015 yaitu sebesar 83,67. Capaian ini sudah memenuhi target Renstra tahun 2016 yang sebesar 78. Sejumlah 26 provinsi 71 yang telah memenuhi target tersebut. Cakupan indikator kunjungan neonatal pertama menurut provinsi dapat dilihat pada Gambar 5.16. Hasil capaian nasional per provinsi masih terdapat disparitas Cakupan KN1. Disparitas terbesar terjadi di 4 provinsi dengan cakupan KN1 terkecil yaitu Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara. Beberapa provinsi mendapatkan cakupan lebih dari 100 dikarenakan data sasaran BPS lebih rendah dibandingkan dengan data sasaran riil yang didapatkan. 126 PROFIL KESEHATAN INDONESIA Tahun 2016 126 PROFIL KESEHATAN INDONESIA Tahun 2016 GAMBAR 5.16 CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL PERTAMA KN1 MENURUT PROVINSI TAHUN 2016 Sumber : Ditjen Kesehatan Masyarakat, Kemenkes RI, 2017

2. Imunisasi

Dalam Undang - Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 dinyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh imunisasi dasar sesuai dengan ketentuan untuk mencegah terjadinya penyakit yang dapat dihindari melalui imunisasi dan pemerintah wajib memberikan imunisasi lengkap kepada setiap bayi dan anak. Penyelenggaraan imunisasi tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 42 Tahun 2013. 19,15 26,69 34,45 49,49 65,63 67,92 69,33 77,50 78,74 78,88 79,26 82,60 84,51 84,84 85,28 85,47 85,65 86,50 87,26 87,41 92,40 94,10 95,46 95,52 97,10 97,26 97,30 98,80 99,20 100,02 100,14 100,24 100,29 104,66 91,14 0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00 Maluku Utara Maluku Papua Barat Papua Nusa Tenggara Timur Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Riau Sulawesi Utara D I Yogyakarta Sulawesi Tenggara Kalimantan Tengah Sumatera Barat Gorontalo Aceh Kalimantan Utara Kalimantan Selatan Sulawesi Selatan Sumatera Utara Kalimantan Barat Bengkulu Banten Kepulauan Bangka Belitung Lampung Nusa Tenggara Barat Bali Kalimantan Timur Jawa Barat Jawa Timur Jambi DKI Jakarta Sumatera Selatan Jawa Tengah Kepulauan Riau INDONESIA Target Renstra 2016 : 78 127 Bab V KESEHATAN KELUARGA Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkanmeningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit tertentu, sehingga bila suatu saat terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Beberapa penyakit menular yang termasuk ke dalam Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi PD3I antara lain TBC, Difteri, Tetanus, Hepatitis B, Pertusis, Campak, Polio, radang selaput otak, dan radang paru-paru. Anak yang telah diberi imunisasi akan terlindungi dari berbagai penyakit berbahaya tersebut, yang dapat menimbulkan kecacatan atau kematian. Imunisasi merupakan salah satu intervensi kesehatan yang terbukti paling cost-effective murah, karena dapat mencegah dan mengurangi kejadian kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat PD3I yang diperkirakan 2 hingga 3 juta kematian tiap tahunnya. Proses perjalanan penyakit diawali ketika virusbakteriprotozoajamur, masuk ke dalam tubuh. Setiap makhluk hidup yang masuk ke dalam tubuh manusia akan dianggap benda asing oleh tubuh atau yang disebut dengan antigen. Secara alamiah sistem kekebalan tubuh akan membentuk zat anti yang disebut antibodi untuk melumpuhkan antigen. Pada saat pertama kali antibodi berinteraksi dengan antigen, respon yang diberikan tidak terlalu kuat. Hal ini disebabkan antibodi belum mengenali antigen. Pada interaksi antibodi-antigen yang kedua dan seterusnya, sistem kekebalan tubuh sudah mengenali antigen yang masuk ke dalam tubuh, sehingga antibodi yang terbentuk lebih banyak dan dalam waktu yang lebih cepat. Proses pembentukan antibodi untuk melawan antigen secara alamiah disebut imunisasi alamiah. Sedangkan program imunisasi melalui pemberian vaksin merupakan upaya menstimulasi sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan antibodi dalam upaya melawan penyakit tertentu dengan melumpuhkan antigen yang telah dilemahkan yang berasal dari vaksin. Program imunisasi merupakan salah satu upaya untuk memberikan perlindungan kepada penduduk terhadap penyakit tertentu. Program imunisasi diberikan kepada populasi yang dianggap rentan terjangkit penyakit menular, yaitu bayi, balita, anak-anak, wanita usia subur, dan ibu hamil.

a. Imunisasi Dasar pada Bayi

Penentuan jenis imunisasi didasarkan atas kajian ahli dan analisis epidemiologi atas penyakit-penyakit yang timbul. Di Indonesia, program imunisasi mewajibkan setiap bayi usia 0-11 bulan mendapatkan imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari 1 dosis Hepatitis B, 1 dosis BCG, 3 dosis DPT-HB-Hib, 4 dosis polio, dan 1 dosis campak. Dari imunisasi dasar lengkap yang diwajibkan tersebut, campak menjadi salah satu jenis imunisasi yang mendapat perhatian lebih, hal ini sesuai dengan komitmen Indonesia pada global untuk turut serta dalam eliminasi campak pada tahun 2020 dengan mencapai cakupan campak minimal 95 di semua wilayah secara merata. Hal ini terkait dengan realita bahwa campak menjadi salah satu penyebab utama kematian pada balita. Dengan demikian pencegahan campak memiliki