INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA IPM

20 PROFIL KESEHATAN INDONESIA Tahun 2016 layak yang mengalami peningkatan 0,80 poin. Sementara itu indeks kesehatan yang diwakili oleh angka harapan hidup saat lahir peningkatannya yang tidak terlalu signifikan. GAMBAR 1.17 KOMPONEN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA INDONESIA TAHUN 2015 - 2016 Sumber: Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi Juli 2017, Badan Pusat Statistik, 2017 Pada periode 2015-2016, tercatat tiga provinsi dengan kemajuan pembangunan manusia paling cepat, yaitu Papua 1,40, Sumatera selatan 1,16 dan Jawa Timur 1,15. Sebaliknya pada periode yang sama, tercatat tiga provinsi dengan kemajuan pembangunan manusia paling lambat, yaitu Kepulauan Riau 0,33, Kalimantan Barat 0,44 dan Riau 0,51. Untuk melihat capaian IPM antar wilayah dapat dilihat melalui pengelompokan IPM ke dalam beberapa kategori, yaitu: o IPM 60 : IPM rendah o 60 IPM 70 : IPM sedang o 70 IPM 80 : IPM tinggi o 80 : IPM sangat tinggi Gambar 1.18 menunjukkan nilai IPM menurut provinsi tahun 2016. Berdasarkan pembagian tersebut, belum ada provinsi di Indonesia yang mempunyai nilai IPM kategori sangat tinggi. Ada 12 provinsi 35,29 masuk dalam kategori IPM tinggi, 21 provinsi 61,76 masuk kategori IPM sedang. Sejak tahun 2015 hingga tahun 2016, masih terdapat satu provinsi di Indonesia masuk dalam kategori IPM rendah yaitu Papua. Otonomi daerah diharapkan dapat meningkatkan kemajuan pembangunan khususnya dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Provinsi dengan peringkat IPM tertinggi adalah DKI Jakarta. Sejak pertama kali dihitung hingga tahun 2016, capaian IPM Provinsi DKI Jakarta selalu paling tinggi di antara 78,12 78,31 61,00 61,83 70,59 71,39 10 20 30 40 50 60 70 80 90 2015 2016 2015 2016 2015 2016 Indeks Kesehatan Indeks Pendidikan Indeks Standar Hidup Layak 21 Bab I DEMOGRAFI provinsi lainnya. Ketersediaan sarana kesehatan, pendidikan dan perekonomian serta kemudahan akses terhadap semua sarana tersebut membuat Provinsi DKI Jakarta lebih unggul dibandingkan wilayah lain di Indonesia. Kondisi ini menjadi salah satu faktor pendorong tingginya capaian pembangunan manusia di Provinsi DKI Jakarta. GAMBAR 1.18 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA MENURUT PROVINSI TAHUN 2016 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2017 58,05 62,21 63,13 63,60 65,81 65,88 66,29 66,63 67,47 67,60 67,65 68,24 69,05 69,13 69,20 69,31 69,33 69,55 69,62 69,74 69,76 69,98 70,00 70,00 70,05 70,73 70,96 71,05 71,20 73,65 73,99 74,59 78,38 79,60 70,18 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Papua Papua Barat Nusa Tenggara Timur Sulawesi Barat Nusa Tenggara Barat Kalimantan Barat Gorontalo Maluku Utara Sulawesi Tengah Maluku Lampung Sumatera Selatan Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah Kalimantan Utara Sulawesi Tenggara Bengkulu Kepulauan Bangka Belitung Jambi Jawa Timur Sulawesi Selatan Jawa Tengah Aceh Sumatera Utara Jawa Barat Sumatera Barat Banten Sulawesi Utara Riau Bali Kepulauan Riau Kalimantan Timur DI Yogyakarta DKI Jakarta Indonesia 25 Bab II SARANA KESEHATAN Derajat kesehatan masyarakat suatu negara dipengaruhi oleh keberadaan sarana kesehatan. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat danatau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, danatau masyarakat. Sarana kesehatan yang diulas pada pada bagian ini terdiri dari fasilitas pelayanan kesehatan, sarana kefarmasian dan alat kesehatan, serta institusi pendidikan kesehatan milik pemerintah yang menghasilkan tenaga kesehatan. Fasilitas pelayanan kesehatan yang dibahas pada bagian ini terdiri dari Puskesmas dan rumah sakit.

A. PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas menyebutkan bahwa Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya Kecamatan Sehat. Selain melaksanakan tugas tersebut, Puskesmas memiliki fungsi sebagai penyelenggara Upaya Kesehatan Masyarakat UKM tingkat pertama dan Upaya Kesehatan Perseorangan UKP tingkat pertama serta sebagai wahana pendidikan tenaga kesehatan. Upaya kesehatan masyarakat adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat. Upaya kesehatan perseorangan adalah suatu kegiatan danatau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit, dan memulihkan kesehatan perseorangan. BAB II SARANA KESEHATAN 26 PROFIL KESEHATAN INDONESIA Tahun 2016 Jumlah Puskesmas di Indonesia sampai dengan Desember 2016 adalah 9.767 unit, yang terdiri dari 3.411 unit Puskesmas rawat inap dan 6.356 unit Puskesmas non rawat inap. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun 2015 yaitu sebanyak 9.754 unit, dengan jumlah Puskesmas rawat inap sebanyak 3.396 unit dan Puskesmas non rawat inap sebanyak 6.358 unit. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, terjadi peningkatan jumlah Puskesmas yang dapat dilihat pada gambar berikut. GAMBAR 2.1 JUMLAH PUSKESMAS TAHUN 2012 – 2016 Sumber: Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2017 Sejak tahun 2012 jumlah Puskesmas semakin meningkat, dari 9.510 unit menjadi 9.767 unit pada tahun 2016. Namun demikian, peningkatan jumlah Puskesmas tidak secara langsung menggambarkan pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan primer di suatu wilayah. Pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan primer dapat dilihat secara umum dari rasio Puskesmas terhadap kecamatan. Rasio Puskesmas terhadap kecamatan pada tahun 2016 sebesar 1,36. Hal ini menggambarkan bahwa rasio ideal Puskesmas terhadap kecamatan yaitu minimal 1 Puskesmas di 1 kecamatan, secara nasional sudah terpenuhi, tetapi perlu diperhatikan distribusi dari Puskesmas tersebut di seluruh kecamatan. 9.510 9.655 9.731 9.754 9.767 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 7.000 8.000 9.000 10.000 2012 2013 2014 2015 2016 Ju m lah Pu ske sm as 27 Bab II SARANA KESEHATAN GAMBAR 2.2 RASIO PUSKESMAS PER KECAMATAN DI INDONESIA TAHUN 2012 –2016 Sumber: Ditjen Kesehatan Masyarakat, Kemenkes RI, 2017 Provinsi dengan rasio Puskesmas terhadap kecamatan tertinggi adalah Provinsi DKI Jakarta sebesar 7,73 Puskesmas per kecamatan, sedangkan Papua Barat memiliki rasio terendah sebesar 0,69 Puskesmas per kecamatan. Rasio Puskesmas per kecamatan tersebut dapat menggambarkan kondisi aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan primer. Aksesibilitas masyarakat dipengaruhi oleh berbagai faktor di antaranya kondisi geografis, luas wilayah, ketersediaan sarana dan prasarana dasar, dan kemajuan suatu daerah. Sebagai contoh, dua provinsi dengan rasio terendah seluruhnya berada di wilayah timur yaitu Papua Barat dan Papua. Hal ini dapat disebabkan karena wilayah kerja yang luas dengan medan yang sulit serta keterbatasan sistem transportasi untuk menjangkau pelayanan kesehatan. 0,69 0,70 0,98 1,04 1,08 1,11 1,13 1,18 1,21 1,21 1,27 1,29 1,30 1,31 1,31 1,32 1,36 1,36 1,37 1,39 1,41 1,43 1,45 1,46 1,47 1,50 1,51 1,53 1,55 1,68 1,69 1,70 2,11 7,73 1,36 1 2 3 4 5 6 7 8 Papua Barat Papua Kalimantan Utara Kepulauan Riau Sulawesi Tengah Maluku Utara Sulawesi Utara Aceh Gorontalo Nusa Tenggara Timur Sulawesi Tenggara Lampung Jambi Riau Sumatera Utara Kepulauan Bangka Belitung Nusa Tenggara Barat Sulawesi Barat Kalimantan Barat Sumatera Selatan Bengkulu Kalimantan Tengah Jawa Timur Sulawesi Selatan Sumatera Barat Banten Kalimantan Selatan Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Barat Maluku Kalimantan Timur Bali DKI Jakarta Indonesia 28 PROFIL KESEHATAN INDONESIA Tahun 2016 Berdasarkan indikator RPJMN tahun 2015 - 2019 terkait pelayanan kesehatan primer, yaitu jumlah Puskesmas non rawat Inap dan Puskesmas rawat inap yang memberikan pelayanan sesuai standar, diharapkan 6.000 Puskesmas di tahun 2019 dapat memberikan pelayanan sesuai standar di Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas. Dari hasil pengisian instrumen self assessment oleh Puskesmas, pada tahun 2016 terdapat 2.692 Puskesmas yang telah memberikan pelayanan sesuai standar, dari 3.392 Puskesmas yang telah melaporkan ke pusat. GAMBAR 2.3 JUMLAH PUSKESMAS YANG MEMBERIKAN PELAYANAN SESUAI STANDAR DI INDONESIA TAHUN 2016 Sumber: Ditjen Kesehatan Masyarakat, Kemenkes RI, 2017 Berikut disajikan perkembangan jumlah Puskesmas rawat inap dan non rawat inap dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2016. 1 2 4 6 8 8 11 12 13 17 18 19 22 28 30 47 49 54 55 59 60 66 69 80 82 88 100 111 117 455 499 502 2692 500 1000 1500 2000 2500 3000 Bengkulu Sulawesi Barat Kalimantan Utara Kepulauan Riau Kalimantan Tengah Papua Barat Maluku Utara Bangka Belitung Maluku Jambi Sumatera Utara DKI Jakarta Nusa Tenggara Timur Riau Gorontalo Kalimantan Timur Sulawesi Tengah Kalimantan Barat Lampung Sumatera Barat Bali Nusa Tenggara Barat Sumatera Selatan Banten Aceh Sulawesi Utara DI Yogyakarta Sulawesi Selatan Kalimantan Selatan Jawa Timur Jawa Barat Jawa Tengah Indonesia