211
Bab VI PENGENDALIAN PENYAKIT
lebih banyak dari seluruh bencana lainnya yang terjadi. Sedangkan bencana non alam yang paling banyak menimbulkan korban luka beratrawat inap yaitu KLB keracunan dengan 1.945
orang, kemudian kecelakaan transportasi sebanyak 193 orang, dan gagal teknologi dengan 67 orang. Bencana dengan korban luka ringanrawat jalan terbanyak yakni bencana KLB
keracunan dengan 2.566 orang, kemudian kecelakaan transportasi dengan 391 orang dan kebakaran dengan 112 orang. Untuk korban hilang, hanya kecelakaan transportasi yang
menimbulkan korban, yaitu sebanyak 45 orang. Hanya terdapat dua bencana non alam yang menimbulkan korban pengungsi, yaitu kebakaran dan kebakaran hutan dan lahan, yaitu
sebanyak 3.104 dan 500 orang.
TABEL 6.7 JUMLAH KEJADIAN BENCANA SOSIAL DAN JUMLAH KORBAN YANG DITIMBULKAN
TAHUN 2016
Bencana Sosial Jumlah
Kejadian Bencana
Jumlah Korban
Meninggal Jumlah
Korban Luka
Berat Rawat
Inap Jumlah
Korban Luka
Ringan Rawat
Jalan Jumlah
Korban Hilang
Jumlah Pengungsi
Konflik SosialKerusuhan Sosial
16 13
91 1.808
5.391 Aksi Teror dan Sabotase
8 13
37 23
Jumlah
24 26
128 1.831
5.391 Sumber: Pusat Krisis Kesehatan, Kemenkes 2017
Jenis bencana sosial yang menimbulkan paling banyak korban luka beratrawat inap, korban luka ringanrawat jalan, dan korban pengungsi, yaitu konflik sosialkerusuhan sosial,
yakni sebanyak 91, 1.808, dan 5.391 orang. Sedangkan kedua jenis bencana sosial mengakibatkan jumlah korban meninggal yang sama banyak, yaitu 13 orang. Selain itu,
kedua jenis bencana sosial baik konflik sosialkerusuhan sosial maupun aksi teror dan sabotase tidak menimbulkan korban hilang.
F. PELAYANAN KESEHATAN HAJI
Indonesia merupakan negara dengan jamaah haji terbesar di dunia. Jumlah jamaah haji Indonesia pada tahun 2016 sebanyak 168.800 orang.
Tahun 2016, penyelenggaraan kesehatan haji memasuki era baru dengan terbitnya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 15 Tahun 2016 tentang Istithaah Kesehatan Jemaah
Haji. Permenkes ini membawa konsekuensi bahwa penyelenggaraan kesehatan haji mengedepankan pembinaan kesehatan untuk memperkuat pelayanan dan perlindungan
212
PROFIL KESEHATAN INDONESIA Tahun 2016
kesehatan haji. Untuk itu upaya pembinaan sudah harus dilakukan sedini mungkin yang diawali dengan pemeriksaan kesehatan awal. Berbagai faktor risiko kesehatan dikendalikan
melalui pembinaan kesehatan yang berjenjang sampai pada tahap penetapan istithaah kesehata jemaah haji di tingkat kabupaten.
Konsekuensi dari pelaksanaan Permenkes tersebut juga mengubah orientasi penyelenggaraan kesehatan haji dengan penguatan upaya promotif dan preventif pada
setiap tahap kegiatan penyelenggaraan kesehatan haji. Kegiatan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit pada jemaah haji yang dilaksanakan di Indonesia sampai Arab Saudi
diapresiasi oleh Kementerian Kesehatan Arab Saudi dengan memberikan penghargaan The Ambasador of Health Awareness in Hajj season 2016 kepada Misi Kesehatan Haji Indonesia.
Jemaah Haji selama menjalankan ibadah haji mendapat pendampingan petugas kesehatan yang menyertai di kelompok terbang kloter terdiri dari petugas 1 dokter dan 2
para medis serta petugas non kloter kesehatan atau Panitia Penyelenggara Ibadah Haji PPIH Arab Saudi. Pada tahun 2016, petugas kesehatan haji Indonesia di Arab Saudi terdiri
dari Tim Promotif dan Preventif TPP, Tim Gerak Cepat TGC, Tim Kuratif dan Rehabilitatif TKR dan Tenaga Pendamping Kesehatan TPK.
1. Pemeriksaan Kesehatan Jemaah Haji
Pemeriksaan dan pembinaan kesehatan jemaah haji sudah dimulai pada awal tahun 2016. Data hasil kegiatan tersebut kemudian diinput ke aplikasi Sistem Komputerisasi Haji
Terpadu Bidang Kesehatan Siskohatkes. Indikator penyelenggaraan kesehatan haji adalah cakupan hasil pemeriksaan dan pembinaan kesehatan jemaah haji yang diinput kedalam
Siskohatkes 3 tiga bulan sebelum operasional haji. Karena pemberangkatan kloter pertama musim haji tahun 2016 jatuh pada tanggal 8 Agustus 2016, maka Indikator tersebut harus
sudah tercapai pada tanggal 8 Mei 2016, dengan target sebesar 65. Sedangkan hasil cakupan yang dicapai pada tahun 2016 secara nasional adalah 65,68 atau 109.720
pemeriksaan, dan telah mencapai target yang ditentukan. Provinsi dengan capaian tertinggi adalah DKI Jakarta 102,55 dan terendah Maluku 6,04. Capaian hasil pemeriksaan
pertama jemaah haji berdasarkan tempat pemeriksaan adalah sebagai berikut.