40
PROFIL KESEHATAN INDONESIA Tahun 2016
C. SARANA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
1. Sarana Produksi dan Distribusi Bidang Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Ketersediaan farmasi dan alat kesehatan memiliki peran yang signifikan dalam pelayanan kesehatan. Akses masyarakat terhadap obat khususnya obat esensial merupakan
salah satu hak asasi manusia. Dengan demikian penyediaan obat esensial merupakan kewajiban bagi pemerintah dan institusi pelayanan kesehatan baik publik maupun privat.
Sebagai komoditi khusus, semua obat yang beredar harus terjamin keamanan, khasiat dan mutunya agar dapat memberikan manfaat bagi kesehatan. Oleh karena itu, selain
meningkatkan jumlah tenaga pengelola yang terlatih, salah satu upaya yang dilakukan untuk menjamin mutu obat hingga diterima konsumen adalah menyediakan sarana penyimpanan
obat dan alat kesehatan yang dapat menjaga keamanan secara fisik serta dapat mempertahankan kualitas obat.
Salah satu kebijakan dalam Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan adalah meningkatkan akses dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan Perbekalan Kesehatan
Rumah Tangga PKRT sesuai tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan yaitu meningkatkan ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat dan
alat kesehatan serta menjamin keamanankhasiat, kemanfaatan, dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan. Hal ini bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya
yang disebabkan oleh penyalahgunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan atau penggunaan yang salahtidak tepat serta tidak memenuhi mutu keamanan dan pemanfaatan yang
dilakukan sejak proses produksi, distribusi hingga penggunaannya di masyarakat. Cakupan sarana produksi bidang kefarmasian dan alat kesehatan menggambarkan tingkat
ketersediaan sarana pelayanan kesehatan yang melakukan upaya produksi di bidang kefarmasian dan alat kesehatan. Sarana produksi di bidang kefarmasian dan alat kesehatan
antara lain Industri Farmasi, Industri Obat Tradisional IOT, Usaha Kecil Obat TradisionalUsaha Mikro Obat Tradisional UKOTUMOT, Produksi Alat Kesehatan Alkes
dan Produksi Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga PKRT, dan Industri Kosmetika. Sarana produksi dan distribusi di Indonesia masih menunjukkan adanya ketimpangan
dalam hal persebaran jumlah. Sebagian besar sarana produksi maupun distribusi berlokasi di Pulau Sumatera dan Jawa sebesar 93,67 sarana produksi dan 77,40 sarana distribusi.
Ketersediaan ini terkait dengan sumber daya yang dimiliki dan kebutuhan pada wilayah setempat. Kondisi ini dapat dijadikan sebagai salah satu acuan dalam kebijakan untuk
mengembangkan jumlah sarana produksi dan distribusi kefarmasian dan alat kesehatan di wilayah Indonesia lainnya, sehingga terjadi pemerataan jumlah sarana tersebut di seluruh
Indonesia. Selain itu, hal ini bertujuan untuk membuka akses keterjangkauan masyarakat terhadap sarana kesehatan di bidang kefarmasian dan alat kesehatan.
Jumlah sarana produksi pada tahun 2015 sebesar 1.927 sarana. Provinsi dengan jumlah sarana produksi terbanyak adalah Jawa Barat, yaitu sebesar 538 sarana. Hal ini dapat
disebabkan karena Jawa Barat memiliki populasi yang besar dan wilayah yang luas. Jumlah
41
Bab II SARANA KESEHATAN
sarana produksi kefarmasian dan alat kesehatan pada tahun 2015 terdapat pada gambar berikut.
GAMBAR 2.14 JUMLAH SARANA PRODUKSI KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN DI INDONESIA
TAHUN 2015
Sumber : Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kemenkes RI, 2017
Sarana distribusi kefarmasian dan alat kesehatan yang dipantau jumlahnya oleh Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan antara lain Pedagang Besar Farmasi
PBF, Apotek, Toko Obat, dan Penyalur Alat Kesehatan PAK. Jumlah sarana distribusi kefarmasian dan alat kesehatan pada tahun 2015 sebesar 38.727 sarana. Jumlah tersebut
meningkat dibandingkan tahun 2014 yaitu sebesar 35.566 sarana. Gambar berikut menyajikan jumlah sarana distribusi kefarmasian pada tahun 2015.
GAMBAR 2.15 JUMLAH SARANA DISTRIBUSI KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN DI INDONESIA
TAHUN 2015
Sumber : Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kemenkes RI, 2017 828
454 210
165 158
112 100
200 300
400 500
600 700
800 900
UKOT Industri
Kosmetika Industri
Farmasi PKRT
Produksi Alkes
IOT
Ju m
la h
Sarana Produksi
25.339
8.599 2.742
2.047 5.000
10.000 15.000
20.000 25.000
30.000
Apotek Toko Obat
Penyalur Alat Kesehatan
Pedagang Besar Farmasi
Ju m
la h
Sarana Produksi
42
PROFIL KESEHATAN INDONESIA Tahun 2016
Data lebih rinci mengenai jumlah sarana produksi dan distribusi kefarmasian menurut provinsi terdapat pada Lampiran 2.18 dan Lampiran 2.19.
2. Ketersediaan Obat dan Vaksin
Dalam upaya peningkatan ketersediaan obat publik dan perbekalan kesehatan melalui tersedianya obat, vaksin dan perbekalan kesehatan yang bermutu, merata dan
terjangkau di pelayanan kesehatan pemerintah, Kementerian Kesehatan telah menetapkan indikator rencana strategis tahun 2015-2019 terkait program kefarmasian dan alat
kesehatan, yaitu meningkatnya akses dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga PKRT. Indikator tercapainya sasaran hasil tersebut
pada tahun 2016 yaitu persentase ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas sebesar 80. Pemantauan ketersediaan obat tahun 2016 digunakan untuk mengetahui kondisi
tingkat ketersediaan obat di Puskesmas. Kegiatan ini dilakukan untuk mendukung pemerintah pusat dan daerah dalam rangka menentukan langkah-langkah kebijakan yang
akan diambil di masa yang akan datang. Di era otonomi daerah, pengelolaan obat merupakan salah satu kewenangan yang diserahkan ke kabupatenkota, kemudian
didistribusikan ke Puskesmas ditiap kabupatenkota tersebut. Adanya data ketersediaan obat di provinsi atau kabupatenkota akan mempermudah penyusunan prioritas bantuan
maupun intervensi program di masa yang akan datang. Untuk mendapatkan gambaran ketersediaan obat dan vaksin di Indonesia, dilakukan
pemantauan ketersediaan obat dan vaksin. Obat yang dipantau ketersediaannya merupakan obat indikator yang digunakan untuk pelayanan kesehatan dasar dan obat yang mendukung
pelaksanaan program kesehatan. Jumlah item obat yang dipantau adalah 20 item obat dan vaksin. Jumlah Puskesmas yang melapor sebanyak 1.013 dari 1.328 Puskesmas yang
dipantau. Pemilihan Puskesmas yang dipantau berdasarkan metode proportional random
sampling berbasis provinsi sesuai jumlah Puskesmas dan rasio Puskesmas perawatan dan non perawatan.
Berdasarkan data dan perhitungan yang dilakukan oleh Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan didapatkan bahwa 81,75 item obat dan vaksin esensial tersedia di Puskesmas.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas telah mencapai target Renstra tahun 2016. Data dan informasi lebih rinci mengenai Puskesmas
yang menyediakan 20 item obat dan vaksin terdapat pada Lampiran 2.20.
3. Instalasi Farmasi KabupatenKota yang Melakukan Manajemen Pengelolaan Obat dan Vaksin Sesuai Standar
Rencana Strategis Renstra Kementerian Kesehatan juga memantau instalasi farmasi kabupatenkota yang melakukan manajemen pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar.