66
PROFIL KESEHATAN INDONESIA Tahun 2016
GAMBAR 3.17 RASIO BIDAN TERHADAP 100.00 PENDUDUK DI INDONESIA
TAHUN 2016
Sumber : Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Kemenkes RI, 2017 http:bppsdmk.kemkes.go.id dan diolah oleh Pusat Data dan Informasi
Rasio bidan di Indonesia pada tahun 2016 adalah sebesar 63,22 per 100.000 penduduk. Angka ini masih jauh dari target 2019 yaitu 120 per 100.000 penduduk. Ada
empat provinsi yang telah memenuhi target tahun 2019 yaitu Aceh, Bengkulu, Maluku Utara, dan Jambi. Provinsi dengan rasio terendah yaitu Jawa Barat sebesar 37,21 per
100.000 penduduk.
C. REGISTRASI TENAGA KESEHATAN
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan Pasal 44 menyebutkan bahwa setiap tenaga kesehatan yang menjalankan praktik wajib memiliki
Surat Tanda Registrasi STR. STR berlaku selama lima tahun dan dapat diregistrasi ulang. STR diberikan oleh masing-masing konsil tenaga kesehatan setelah memenuhi persyaratan.
37,21 40,53
42,03 43,38
44,28 46,39
48,59 51,46
51,94 54,63
55,58 55,93
57,64 60,58
61,79 67,10
68,02 73,13
76,70 81,68
82,20 85,64
89,95 90,20
96,14 102,18
107,03 107,25
108,76 117,05
130,76 144,02
162,27 172,44
63,22
0,00 40,00
80,00 120,00
160,00 200,00
Jawa Barat DI Yogyakarta
Lampung DKI Jakarta
Banten Jawa Timur
Sulawesi Utara Kalimantan Selatan
Jawa Tengah Kalimantan Utara
Kalimantan Barat Papua
Kepulauan Riau Nusa Tenggara Barat
Papua Barat Sulawesi Selatan
Maluku Kalimantan Tengah
Nusa Tenggara Timur Kepulauan Bangka Belitung
Kalimantan Timur Bali
Sulawesi Tengah Gorontalo
Riau Sulawesi Barat
Sumatera Selatan Sumatera Barat
Sumatera Utara Sulawesi Tenggara
Jambi Maluku Utara
Bengkulu Aceh
INDONESIA
Target Tahun 2019: 120 bidan per 100.000
penduduk
67
Bab III SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
Registrasi tenaga dokterdokter gigi dikelola oleh Konsil Kedokteran Indonesia KKI. Registrasi dokter dan dokter gigi diatur dalam Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia
Nomor 6 Tahun 2011 tentang Registrasi Dokter dan Dokter Gigi. Registrasi dimaksudkan untuk memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada masyarakat, dokter, dan
dokter gigi. Selain itu dengan adanya registrasi, KKI memiliki pencatatan resmi terhadap dokter dan dokter gigi yang telah memiliki sertifikat kompetensi dan telah mempunyai
kualifikasi tertentu lainnya. Dalam Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 21 Tahun 2014 tentang
Registrasi Dokter dan Dokter Gigi Peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis dan Dokter Gigi Spesialis Pasal 2 disebutkan bahwa setiap dokter dan dokter gigi yang telah menjadi
peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis dan Dokter Gigi Spesialis PPDSPPDGS wajib memiliki STR Peserta PPDSPPDGS. PPDSPPDGS adalah program pendidikan profesi fase
lanjutan dari program profesi dokter dan dokter gigi dengan metode pembelajaran secara mandiri dan di bawah pengawasan untuk menjadi dokter spesialis dan dokter gigi spesialis.
GAMBAR 3.18 JUMLAH DOKTER UMUM, DOKTER GIGI, DOKTER SPESIALIS, DAN DOKTER GIGI SPESIALIS
YANG MEMILIKI STR PER 31 DESEMBER 2016
Sumber: Sekretariat Konsil Kedokteran Indonesia, 2017 Catatan:
- Data dokter umum dan dokter gigi merupakan data kumulatif dari awal tahun
pengumpulan data STR tahun 2006
-
Data dokter spesialis dan dokter gigi spesialis merupakan data daftar ulang STR selama lima tahun terakhir
Jumlah tenaga dokterdokter gigi yang telah memiliki STR per 31 Desember 2016 adalah 180.481 orang dengan jumlah terbanyak yaitu dokter umum 116.834 orang dan
jumlah paling sedikit dokter gigi spesialis 3.064 orang. Dari jumlah dokter umum yang memiliki STR ini, tidak semua bekerja sesuai fungsinya, yaitu di pelayanan medis. Hal ini
merupakan salah satu penyebab persebaran dokter yang kurang merata dan adanya kekurangan dokter di fasilitas pelayanan kesehatan di beberapa provinsi. Rincian lengkap
116.834
28.369 32.214
3.064 20.000
40.000 60.000
80.000 100.000
120.000 140.000
Dokter Umum Dokter Gigi
Dokter Spesialis Dokter Gigi Spesialis
68
PROFIL KESEHATAN INDONESIA Tahun 2016
mengenai jumlah dokter umum, dokter gigi, dokter spesialis, dan dokter gigi spesialis yang memiliki STR dapat dilihat di Lampiran 3.9.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 889 Tahun 2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian, tenaga kefarmasian adalah tenaga yang
melakukan pekerjaan kefarmasian yang terdiri atas apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan
sumpah jabatan apoteker. Sedangkan tenaga teknis kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas sarjana
farmasi, ahli madya farmasi, analis farmasi dan tenaga menengah farmasiasisten apoteker. Pada Pasal 2 di peraturan yang sama disebutkan bahwa setiap tenaga kefarmasian
yang menjalankan pekerjaan kefarmasian wajib memiliki STR. STR bagi tenaga kefarmasian berupa Surat Tanda Registrasi Apoteker STRA bagi apoteker dan Surat Tanda Registrasi
Tenaga Teknis Kefarmasian STRTTK bagi tenaga teknis kefarmasian. STRA dan STRTTK dikeluarkan oleh Menteri Kesehatan dan dalam hal pemberiannya didelegasikan kepada
Komite Farmasi Nasional KFN untuk STRA dan kepala dinas kesehatan provinsi untuk STRTTK.
STR tenaga kesehatan selain tenaga dokterdokter gigi dan tenaga kefarmasian dikelola oleh Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia MTKI sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 46 Tahun 2013 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan. Pada tahun 2016, jumlah penerbitan STR oleh MTKI adalah 219.654 orang. Jumlah ini merupakan jumlah total
penerbitan STR baik STR baru maupun STR registrasi ulang. Proporsi terbanyak tenaga kesehatan yang memiliki STR yaitu perawat sebanyak 41,8 dan bidan sebanyak 35,9.
GAMBAR 3.19 JUMLAH PENERBITAN STR MENURUT RUMPUN TENAGA KESEHATAN TAHUN 2016
Sumber: Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia, Kemenkes RI, 2016
Perawat; 91.797
Bidan; 78.788 Kesehatan
Masyarakat; 17.294 Teknik Biomedika;
12.194 Keteknisian Medis;
7.674 Gizi; 4.699
Kesehatan Lingkungan; 3.722
Keterapian Fisik; 2.459
Psikologi Klinis; 1.027 Tenaga Kesehatan
Tradisional; 0
69
Bab III SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
Khusus penerbitan STR dengan pengajuan baru, pada tahun 2016 terdapat 202.801 orang. Proporsi terbanyak STR baru yang diterbitkan yaitu STR perawat 41,7 dan bidan 36,7.
Rincian lengkap mengenai jumlah tenaga kesehatan yang memiliki STR dapat dilihat di Lampiran 3.10 dan 3.11.
GAMBAR 3.20 JUMLAH PENERBITAN STR BARU MENURUT RUMPUN TENAGA KESEHATAN TAHUN 2016
Sumber: Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia, Kemenkes RI, 2016
Selain tenaga kesehatan di atas, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2013 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan Pasal 8 menyatakan bahwa tenaga kesehatan warga
negara asing atau tenaga kesehatan warga negara indonesia lulusan luar negeri yang akan melakukan profesi atau vokasinya di Indonesia harus memiliki Sertifikat Kompetensi atau
pengakuan kompetensi dari institusi pendidikannya yang dilegalisasi oleh pejabat yang berwenang dari negara asal. Tenaga kesehatan ini harus mengikuti evaluasi kompetensi dan
memiliki STR sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
D. JUMLAH LULUSAN POLITEKNIK KESEHATAN
Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan Pasal 9, tenaga kesehatan harus memiliki kualifikasi minimal Diploma III kecuali tenaga medis. Lebih
lanjut pada Pasal 17 dijelaskan bahwa pengadaan tenaga kesehatan dilakukan melalui pendidikan tinggi bidang kesehatan. Pendidikan tinggi bidang kesehatan bertujuan untuk
menghasilkan tenaga kesehatan yang bermutu, sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan profesi. Penyelenggaraan pendidikan tinggi bidang kesehatan harus
Perawat; 84.706
Bidan; 74.326 Kesehatan
Masyarakat; 16.139 Teknik Biomedika;
10.390 Keteknisian Medis;
6.953 Gizi; 4.018
Kesehatan Lingkungan; 3.225
Keterapian Fisik; 2.017
Psikologi Klinis; 1.027 Tenaga Kesehatan
Tradisional; 0
70
PROFIL KESEHATAN INDONESIA Tahun 2016
memperhatikan keseimbangan antara kebutuhan penyelenggaraan upaya kesehatan dan dinamika kesempatan kerja baik di dalam maupun di luar negeri, keseimbangan antara
kemampuan produksi tenaga kesehatan dan sumber daya yang tersedia, dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pendidikan tinggi bidang kesehatan yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan adalah Politeknik Kesehatan Poltekkes yang merupakan Unit Pelaksana Teknis
Kementerian Kesehatan di bawah Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan BPPSDMK. Di Indonesia, terdapat 38 Poltekkes yang tersebar di 33
provinsi. Total program studi Poltekkes terdiri dari 18 program studi Diploma III dan 14 program studi Diploma IV.
GAMBAR 3.21 JUMLAH LULUSAN DIPLOMA III DAN DIPLOMA IV POLITEKNIS KESEHATAN MENURUT
JENIS TENAGA KESEHATAN TAHUN 2016
Sumber : Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Kemenkes RI, 2017
Pada tahun 2016, total jumlah lulusan Poltekkes sebanyak 20.315 orang yang terdiri dari 18.749 orang lulusan Diploma III dan 1.566 orang lulusan Diploma IV. Proporsi lulusan
terbanyak adalah program studi keperawatan 62,9 yang terdiri dari 12.172 orang lulusan Diploma III dan 610 orang lulusan Diploma IV. Proporsi lulusan paling sedikit yaitu program
studi keterapian fisik 2,1 dengan jumlah 333 orang lulusan Diploma III dan 92 orang lulusan Diploma IV. Rincian lebih lengkap mengenai jumlah lulusan program Diploma III dan
Diploma IV Poltekkes dapat dilihat pada Lampiran 3.18 dan 3.19. Selain lulusan Poltekkes yang dikelola oleh Kementerian Kesehatan, kebutuhan tenaga kesehatan juga dipenuhi oleh
lulusan sekolah tinggi ilmu kesehatan swasta. Data tersebut tidak termasuk data yang disajikan dalam profil ini.
12.172
908 1.456
1.762 333
2.118 610
347 312
92 205
2.000 4.000
6.000 8.000
10.000 12.000
14.000
Keperawatan Kefarmasian Kesehatan
Masyarakat Gizi
Keterapian Fisik
Keteknisian Medis
Diploma III Diploma IV