203
Bab VI PENGENDALIAN PENYAKIT
Sampai dengan tahun 2016 terdapat 226 atau 44,0 kabupatenkota yang sudah mempunyai peraturan Kawasan Tanpa Rokok KTR. Jika dilihat menurut provinsi, semua
kabupatenkota di Bali, DKI Jakarta, dan Kep. Bangka Belitung sudah mempunyai peraturan KTR, diikuti oleh Kalimantan Timur sebesar 90,0, dan Lampung sebesar 86,7. Sementara
itu, di Papua hanya terdapat 3,4 kabupatenkota yang mempunyai peraturan KTR. Target Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2016 adalah secara nasional, sebesar 20,2
kabupatenkota sudah melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok KTR minimal pada 50 sekolah. Berdasarkan implementasi KTR, diketahui bahwa sampai dengan tahun 2016,
sebesar 21,2 kabupatenkota sudah melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok KTR minimal pada 50 sekolah. Dengan demikian, target Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan tahun 2016 sudah tercapai. Kabupatenkota yang sudah mempunyai peraturan KTR dan sudah melaksanakan kebijakan KTR minimal pada 50 sekolah dapat dilihat pada
Gambar 6.48 dan 6.49.
GAMBAR 6.49 PERSENTASE KABUPATENKOTA YANG MELAKSANAKAN KEBIJAKAN KTR
MINIMAL PADA 50 SEKOLAH MENURUT PROVINSI S.D. TAHUN 2016
Sumber: Ditjen P2P, Kemenkes RI, 2017
5,3 6,1
6,9 8,6
8,7 9,1
11,8 15,4
15,4 16,7
16,7 18,2
20,0 20,0
20,0 21,4
21,4 23,1
23,5 25,0
26,7 28,6
28,6 29,6
30,0 30,0
33,3 33,3
36,4 40,0
42,1 100,0
100,0 100,0
21,2
20 40
60 80
100 Jawa Timur
Sumatera Utara Papua
Jawa Tengah Aceh
Nusa Tenggara Timur Sulawesi Tenggara
Sulawesi Tengah Papua Barat
Riau Sulawesi Selatan
Maluku Bengkulu
Sulawesi Utara Maluku Utara
Kalimantan Barat Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan Sumatera Selatan
Banten Lampung
Kep. Bangka Belitung Kepulauan Riau
Jawa Barat Nusa Tenggara Barat
Kalimantan Timur Gorontalo
Sulawesi Barat Jambi
Kalimantan Utara Sumatera Barat
DKI Jakarta DI Yogyakarta
Bali INDONESIA
KabKota Implementasi KTR min. pada 50 Sekolah
204
PROFIL KESEHATAN INDONESIA Tahun 2016
4. Deteksi Dini Kanker Serviks dan Payudara
Deteksi dini dilakukan untuk menemukan faktor risiko PTM sedini mungkin terhadap individu danatau kelompok yang berisiko atau tidak berisiko secara rutin. Kegiatan deteksi
dini faktor risiko ini dapat dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan atau pada kelompok masyarakat khusus melalui Posbindu. Sejak tahun 2007 sampai dengan 2016 sudah dilakukan
deteksi dini kanker serviks dan payudara terhadap 1.925.943 perempuan usia 30-50 tahun. Pemeriksaan dilakukan menggunakan metode Pemeriksaan Payudara Klinis SADANIS dan
pemeriksaan Inspeksi Vistual Asam Asetat IVA atau Pap Smear.
GAMBAR 6.50 PERSENTASE PEMERIKSAAN IVA
MENURUT PROVINSI S.D. TAHUN 2016
Sumber: Ditjen P2P, Kemenkes RI, 2017
Sejak tahun 2007-2016 sudah dilakukan 5,15 pemeriksaan IVA pada perempuan di Indonesia. Cakupan pemeriksaan IVA tertinggi terdapat di Bali yaitu sebesar 19,57, diikuti
oleh DKI Jakarta sebesar 12,09, dan Nusa Tenggara Barat sebesar 11,42. Pemeriksaan IVA menurut provinsi sampai dengan tahun 2016 lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 6.50.
0,68 0,68
0,89 0,98
1,16 1,22
1,25 1,39
1,46 1,49
1,78 2,21
2,24 2,60
2,64 2,84
2,91 3,14
3,49 4,13
4,56 4,68
5,02 5,66
6,65 6,75
7,16 7,54
7,58 7,68
7,71 11,42
12,09 19,57
5,15
5 10
15 20
25 Papua
Gorontalo Banten
Sumatera Selatan Nusa Tenggara Timur
Maluku Sulawesi Tenggara
Maluku Utara Jambi
Sulawesi Barat Aceh
Riau Bengkulu
Sulawesi Selatan Papua Barat
Kalimantan Tengah Kepulauan Riau
Kalimantan Barat Jawa Barat
Kalimantan Utara Sulawesi Tengah
Lampung Kalimantan Timur
Jawa Tengah Kep. Bangka Belitung
Jawa Timur Sumatera Barat
Sulawesi Utara Sumatera Utara
Kalimantan Selatan DI Yogyakarta
Nusa Tenggara Barat DKI Jakarta
Bali INDONESIA
Pemeriksaan IVA
205
Bab VI PENGENDALIAN PENYAKIT
E. DAMPAK KESEHATAN AKIBAT BENCANA
Menurut UU no 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, bencana dikategorikan menjadi bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial. Bencana alam
adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa banjir, letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami,
kekeringan, angin puting beliung, dan tanah langsor. Bencana non alam antara lain kebakaran hutan dan lahan yang disebabkan oleh manusia, kecelakan transportasi,
kecelakaan industri, kegagalan teknologi, dan wabah penyakit. Bencana sosial yang dimaksud yaitu diantaranya berupa konflik sosial atau kerusuhan sosial dalam masyarakat yang terjadi.
Selama tahun 2016 di Indonesia tercatat 661 kejadian bencana yang menimbulkan krisis kesehatan. Bencana yang terjadi tersebut terdiri dari 17 jenis bencana. Pada tahun
2016, banjir merupakan bencana yang paling sering terjadi dan bencana dengan jumlah provinsi yang paling banyak terkena. Frekuensi banjir sebanyak 145 kejadian 22 dan
meliputi 26 provinsi. Jumlah total korban meninggal akibat banjir sebanyak 42 orang, luka beratrawat inap sebanyak 566 orang, luka ringanrawat jalan sebanyak 4.435 orang, hilang
sebanyak 3 orang, dan menyebabkan 143.805 orang mengungsi. Berikut gambaran kejadian bencana di Indonesia selama tahun 2016.
GAMBAR 6.51 JUMLAH KEJADIAN BENCANA MENURUT JENIS PER BULAN DI INDONESIA
TAHUN 2016
Sumber: Pusat Krisis Kesehatan, Kemenkes 2017
Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa jumlah bencana alam terendah terjadi pada bulan Agustus dan tertinggi di bulan Februari. Sedangkan jumlah bencana non alam terendah
36 62
45 34
27 30
13 12
30 36
41 34
17 11
14 9
27 21
20 33
15 30
21 19
3 2
3 3
2 4
1 1
1 3
1 56
75 62
43 57
53
37 46
46 67
65 54
10 20
30 40
50 60
70 80
Jan Feb
Mar Apr
Mei Jun
Jul Aug
Sep Okt
Nov Des
Bencana Alam Bencana Non Alam
Bencana Sosial Total Bencana