JAMINAN KESEHATAN NASIONAL Profil Kesehatan Indonesia 2016
91
Bab IV PEMBIAYAAN KESEHATAN
GAMBAR 4.10 PROPORSI JENIS FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA FKTP
YANG BEKERJA SAMA DENGAN BPJS KESEHATAN PER 31 DESEMBER 2016
Sumber : BPJS Kesehatan, 2017
Jenis FKTP yang paling banyak bekerja sama dengan BPJS Kesehatan per 31 Desember 2016 adalah Puskesmas sebanyak 9.813, kemudian diikuti oleh Dokter Praktik Perorangan
DPP sebanyak 4.578, Klinik Pratama sejumlah 3.880, dan yang terendah adalah RS Tipe D Pratama sebanyak 15. Jumlah FKTP tersebut ditambah dengan jumlah FKTP Gigi yaitu Dokter
Gigi Praktek Perorangan sebanyak 1.150. Namun jika dilihat dari persentase penambahan dari tahun sebelumnya, FKTP yang persentase penambahannya terbesar ialah RS Tipe D
Pratama sebesar 50,00 dan kemudian Klinik Pratama sebesar 18,29.
GAMBAR 4.11 GAMBARAN JUMLAH FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA FKTP
YANG BEKERJA SAMA DENGAN BPJS KESEHATAN DAN PERSENTASE PENAMBAHANNYA MENURUT JENIS TAHUN 2014
– 2016
Sumber : BPJS Kesehatan, 2017 RS Tipe D
Pratama 0,07
Klinik POLRI 2,74
Klinik TNI 3,40
Praktik Dokter Gigi
5,55
Klinik Pratama 18,74
DPP 22,11
Puskesmas 47,39
720 571
9.799
1.148 4.441
3.280 10
704 568
9.813
1.150 4.578
3.880
15
-2,22 -0,53
0,14 0,17
3,08 18,29
50,00
-20 -10
10 20
30 40
50 60
- 2.000
4.000 6.000
8.000 10.000
12.000
KLINIK TNI KLINIK POLRI
PUSKESMAS PRAKTIK
DOKTER GIGI DOKTER
PRAKTIK PERORANGAN
KLINIK PRATAMA
RS TIPE D Pratama
Pe n
am b
ah an
Ju m
lah FK
TP
2.015 2016
Penambahan
92
PROFIL KESEHATAN INDONESIA Tahun 2016
Bila dilihat dari distribusi jumlah FKTP yang bekerja sama dengan BPJS kesehatan, jumlah FKTP tertinggi ada pada Provinsi Jawa Tengah dengan jumlah 2.749. Sedangkan
jumlah FKTP yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan terendah berada di Provinsi Kalimantan Utara dengan jumlah 104 FKTP. Data dan informasi mengenai FKTP yang bekerja
sama dengan BPJS pada tahun 2016 disajikan pada Lampiran 4.7.
GAMBAR 4.12 JUMLAH FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA FKTP
YANG BEKERJA SAMA DENGAN BPJS KESEHATAN MENURUT PROVINSI PER 31 DESEMBER 2016
Sumber : BPJS Kesehatan, 2017
Gambar 4.13 memberikan gambaran mengenai sebaran jumlah FKTP yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan pada tahun 2016. Gambaran distribusi jumlah FKTP ini dibagi
menjadi tiga kelompok. Ketiga kelompok tersebut yaitu 1 yang berwarna kuning ialah provinsi yang jumlah FKTP yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatannya berkisar di antara
104 128
140 153
197 203
207 250
283 298
299 309
317 343
362 369
374 445
457 508
520 522
543 548
566 590
598 632
709 866
1.125 2.336
2.658 2.749
500 1.000
1.500 2.000
2.500 3.000
Kalimantan Utara Kepulauan Bangka Belitung
Sulawesi Barat Gorontalo
Maluku Utara Papua Barat
Kepulauan Riau Maluku
Sulawesi Tengah Nusa Tenggara Barat
Bengkulu Kalimantan Tengah
Jambi D I Yogyakarta
Sulawesi Tenggara Kalimantan Barat
Sulawesi Utara Kalimantan Timur
Kalimantan Selatan Sumatera Barat
Riau Papua
Aceh Lampung
Nusa Tenggara Timur Bali
Banten DKI Jakarta
Sumatera Selatan Sulawesi Selatan
Sumatera Utara Jawa Timur
Jawa Barat Jawa Tengah
93
Bab IV PEMBIAYAAN KESEHATAN
104 – 986 FKTP, 2 yang berwarna hijau muda berjumlah antara 986-1.867 FKTP, dan 3
yang berwarna hijau tua berjumlah 1.867 – 2.749 FKTP.
GAMBAR 4.13 SEBARAN JUMLAH FKTP YANG BEKERJA SAMA DENGAN BPJS KESEHATAN
TAHUN 2016
Sumber : BPJS Kesehatan, 2017
Jumlah Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan FKRTL yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan per 31 Desember 2016 yaitu sebanyak 2.069 FKRTL. Bila
dibandingkan dengan tahun 2014, jumlah FKRTL yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan meningkat sebesar 18.75 yaitu dari 1.681 FKRTL pada tahun 2014 menjadi 2.068 FKRTL
pada tahun 2016. FKRTL penerima rujukan wajib merujuk kembali peserta JKN disertai jawaban dan tindak lanjut yang harus dilakukan jika secara medis peserta sudah dapat
dilayani di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama FKTP yang merujuk.
GAMBAR 4.14 PERKEMBANGAN JUMLAH FASILITAS KESEHATAN RUJUKAN TINGKAT LANJUTAN FKRTL
YANG BEKERJA SAMA DENGAN BPJS KESEHATAN TAHUN 2014 -2016
Sumber : BPJS Kesehatan, 2017 1.681
1.847 2.068
500 1.000
1.500 2.000
2.500
Tahun 2014 Tahun 2015
Tahun 2016
Ju m
lah
106-986 986,1-1.867
1.867,1-2.749
94
PROFIL KESEHATAN INDONESIA Tahun 2016
GAMBAR 4.15 PROPORSI JENIS FASILITAS KESEHATAN RUJUKAN TINGKAT LANJUTAN FKRTL
YANG BEKERJA SAMA DENGAN BPJS KESEHATAN PER 31 DESEMBER 2016
Sumber : BPJS Kesehatan, 2017
Jenis FKRTL yang paling banyak bekerja sama dengan BPJS Kesehatan per 31 Desember 2016 adalah RS Swasta yaitu sebanyak 876 43,17, kemudian diikuti oleh RS
Pemerintah sebanyak 667 32,87, RS Khusus sejumlah 196 9,47, dan yang terendah adalah RS Khusus Jiwa sebanyak 35 1,72. Namun jika dilihat dari persentase penambahan
dari tahun sebelumnya, FKRTL yang persentase penambahannya terbesar ialah Klinik Utama sebesar 39,71, kemudian RS Swasta sebesar 16,26. Penambahan jumlah rumah sakit
swasta terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Barat dan Jawa Timur, masing-masing sebanyak 27 dan 16 rumah sakit. Sedangkan penambahan klinik utama terbanyak ada di Jawa Barat,
Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan.
GAMBAR 4.16 GAMBARAN JUMLAH FASILITAS KESEHATAN RUJUKAN TINGKAT LANJUT FKRTL
YANG BEKERJA SAMA DENGAN BPJS KESEHATAN DAN PERSENTASE PENAMBAHANNYA MENURUT JENIS TAHUN 2014
– 2016
Sumber : BPJS Kesehatan, 2017
RS SWASTA; 43,17
RS PEMERINTAH;
32,87 RS KHUSUS;
9,47 KLINIK
UTAMA; 7,39
RS TNIPOLRI; 7,15
RS KHUSUS JIWA; 1,72
95 758
166 649
145 34
150 876
196 667
145 35
39,71
16,26
4,40 3,84
1,40 0,00
5 10
15 20
25 30
35 40
45
- 100
200 300
400 500
600 700
800 900
1.000
KLINIK UTAMA RS SWASTA
RS KHUSUS RS PEMERINTAH RS TNIPOLRI RS KHUSUS JIWA
P e
nam bahan
Ju ml
ah F
K R
T L
2015 2016
Penambahan
95
Bab IV PEMBIAYAAN KESEHATAN
Jumlah FKRTL yang bekerja sama dengan BPJS kesehatan menurut provinsi tertinggi ada pada Provinsi Jawa Barat yaitu sebanyak 283 FKRTL. Sedangkan jumlah FKRTL terendah
yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan berada di Provinsi Kalimantan Utara yaitu sebanyak 7 FKRTL. Data dan informasi lebih lengkap mengenai jumlah FKRTL yang bekerja
sama dengan BPJS Kesehatan per 31 Desember 2016 menurut jenis dan provinsi terdapat pada Lampiran
4.8 .
GAMBAR 4.17 JUMLAH FASILITAS KESEHATAN RUJUKAN TINGKAT LANJUTAN FKRTL
YANG BEKERJA SAMA DENGAN BPJS KESEHATAN PER 31 DESEMBER 2016
Sumber : BPJS Kesehatan, 2017
Secara umum, terjadi peningkatan jumlah FKRTL yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan sejak tahun 2014 hingga tahun 2016, yaitu meningkat sebanyak 22,04. Pada
tahun 2014, terdapat 1.613 FKRTL dan jumlah ini meningkat menjadi 2.069 FKRTL pada tahun 2016. Jika dilihat dari jenisnya, peningkatan jumlah terbanyak terdapat pada klinik
utama. Selain itu, pada tahun 2014 tidak terdapat klinik utama yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan, namun pada tahun 2015 telah terdapat 95 klinik utama yang bekerja sama
7 9
14 14
14 20
21 21
22 26
26 28
28 29
29 32
35 36
39 43
47 47
51 51
51 64
66 72
79 127
128 253
257 283
50 100
150 200
250 300
Kalimantan Utara Sulawesi Barat
Gorontalo Maluku Utara
Papua Barat Kalimantan Tengah
Bengkulu Kepulauan Bangka Belitung
Sulawesi Tenggara Sulawesi Tengah
Papua Nusa Tenggara Barat
Maluku Jambi
Kepulauan Riau Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur Sulawesi Utara
Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur
Riau Bali
Sumatera Barat Sumatera Selatan
Lampung Aceh
D I Yogyakarta Banten
Sulawesi Selatan DKI Jakarta
Sumatera Utara Jawa Timur
Jawa Tengah Jawa Barat
96
PROFIL KESEHATAN INDONESIA Tahun 2016
dengan BPJS Kesehatan dan kemudian meningkat lagi menjadi 150 klinik utama pada tahun 2016.
Gambar 4.18 memberikan gambaran mengenai sebaran jumlah FKRTL yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan pada tahun 2016. Gambaran distribusi jumlah FKRTL ini dibagi
menjadi tiga kategori. Ketiga kategori tersebut yakni 1 yang berwarna kuning ialah provinsi yang jumlah FKRTL yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatannya berkisar di antara 0
– 99 fasilitas kesehatan, 2 yang berwarna hijau muda berjumlah antara 99-191 FKRTL, dan 3
yang berwarna hijau tua berjumlah 191 – 283 FKRTL.
GAMBAR 4.18 SEBARAN JUMLAH FKRTL YANG BEKERJA SAMA DENGAN BPJS KESEHATAN
TAHUN 2016
Sumber : BPJS Kesehatan, 2017
GAMBAR 4.19 ALOKASI ANGGARAN DAN REALISASI PENERIMA BANTUAN IURAN PBI BPJS
TAHUN 2014-2016
Keterangan : dalam trilyun rupiah Sumber : BPJS Kesehatan, 2017
19,93 20,35
25,5 19,93
19,88 24,81
5 10
15 20
25 30
2014 2015
2016 Alokasi
Realisasi
97
Bab IV PEMBIAYAAN KESEHATAN
Gambar 4.19 menunjukan kondisi penyerapan anggaran Penerima Bantuan Iuran PBI BPJS selama kurun waktu tahun 2014-2016. Untuk alokasi PBI mengalami kenaikan dari
tahun ke tahun, dari sekitar 19,93 trilyun rupiah pada tahun 2014 menjadi sekitar 25,5 trilyun rupiah pada tahun 2015, dan meningkat lagi di tahun 2016 menjadi 25,5 trilyun
rupiah. Realisasi PBI sempat mengalami sedikit penurunan dari sebesar 19,93 trilyun rupiah
pada tahun 2014 menjadi 19,88 trilyun rupiah pada tahun 2015, namun kemudian meningkat lagi di tahun 2016 menjadi sebesar 24,81 trilyun rupiah.
TABEL 4.1 SEPULUH KODE CBGS TERBANYAK PADA TINGKAT LAYANAN RAWAT JALAN TINGKAT
LANJUT RJTL SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2016
No Kode CBGs Nama CBGs
Realisasi s.d. Desember 2016 Jumlah Kasus
Biaya Rp
1 2
3 4
5
1 Q-5-44-0 Penyakit kronis kecil lain-lain
27.839.482 5.067.479.611.674
2 M-3-16-0 Prosedur terapi fisik dan prosedur kecil
muskulosketal 3.202.708
531.371.659.900 3 N-3-15-0
Prosedur dialisis 3.006.576
2.955.811.449.900 4 Q-5-42-0
Penyakit akut kecil lain-lain 2.103.208
309.025.512.600 5 Z-3-27-0
Perawatan luka 1.590.023
319.497.618.800 6 Z-3-12-0
Prosedur rehabilitasi 1.458.461
398.585.149.400 7 Q-5-18-0
Konsultasi atau pemeriksaan lain-lain 1.223.216
170.892.397.900 8 Z-3-25-0
Prosedur ultrasound ginekologik 1.109.940
362.676.646.900 9 U-3-15-0
Prosedur pada gigi 1.015.879
191.374.064.700 10 H-3-12-0
Prosedur lain-lain pada mata 673.829
137.674.948.500
Sumber : BPJS Kesehatan, 2017 Keterangan : CBGs : Case Base Groups, artinya cara pembayaran perawatan pasien berdasarkan diagnosis-
diagnosis atau kasus-kasus yang relatif sama.
Tabel 4.1 menampilkan bahwa prosedur terapi fisik dan prosedur kecil muskulosketal jumlah kasusnya menduduki peringkat kedua tertinggi namun pembiayaannya hanya
mencapai 531 milyar rupiah, sedangkan jumlah kasus prosedur dialisis memiliki peringkat ketiga namun mempunyai jumlah pembiayaan terbesar yaitu sebesar 2,955 trilyun rupiah. Di
98
PROFIL KESEHATAN INDONESIA Tahun 2016
peringkat kesepuluh terdapat jumlah kasus prosedur lain-lain pada mata dengan 673.829 kasus dan pembiayaan sebesar 137,6 milyar rupiah.
TABEL 4.2 SEPULUH KODE CBGS TERBANYAK PADA TINGKAT LAYANAN RAWAT INAP TINGKAT
LANJUT RITL SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2016
No Kode
CBGs Nama CBGs
Realisasi s.d. Desember 2016 Jumlah Kasus
Biaya Rp
1 2
3 4
5
1 O-6-10-I
Operasi pembedahan caesar ringan 480.622
2.247.613.920.775 2
A-4-13-I Infeksi non bakteri ringan
440.068 1.019.446.528.900
3 K-4-17-I
Nyeri abdomen dan gastroenteritis lain- lain ringan
380.744 946.214.050.445
4 A-4-14-I
Penyakit infeksi bakteri dan parasit lain- lain ringan
333.227 1.089.019.205.476
5 O-6-13-I
Persalinan vaginal ringan 309.223
703.538.103.100 6
K-4-18-I Diagnosis sistem pencernaan lain-lain
ringan 190.396
615.000.825.800
7 P-8-17-I
Neonatal, bbl group-5 tanpa prosedur mayor ringan
149.626 303.749.973.000
8 W-1-11-I
Prosedur dilatasi, kuret, intrauterin serviks ringan
119.725 370.798.577.200
9 D-4-13-I
Gangguan sel darah merah selain krisis anemia sel sickle ringan
110.357 447.334.620.723
10 L-1-40-I Prosedur pada kulit, jaringan bawah kulit
dan payudara ringan 110.000
435.817.317.949
Sumber : BPJS Kesehatan, 2017
Tabel 4.2 menampilkan bahwa pada tahun 2016 operasi pembedahan caesar ringan jumlah kasusnya menduduki peringkat tertinggi dengan pembiayaan mencapai 2,247 trilyun
rupiah, kemudian infeksi bakteri ringan menduduki peringkat jumlah kasus kedua dengan pembiayaan sebesar 1,019 trilyun rupiah. Pada peringkat kesepuluh terdapat prosedur pada
kulit, jaringan bawah kulit, dan payudara ringan dengan 110.000 kasus dan pembiayaan sebesar 435,81 milyar rupiah.
101
Bab V KESEHATAN KELUARGA
Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga mendefinisikan keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat
yang terdiri dari suami istri, atau suami, istri, dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Menurut Salvicion dan Cells 1998, di dalam keluarga terdapat dua atau lebih
dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan di hidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di
dalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan. Lebih jauh lagi, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2014
tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana, dan Sistem Informasi Keluarga, menyebutkan bahwa pembangunan keluarga dilakukan
dalam upaya untuk mewujudkan keluarga berkualitas yang hidup dalam lingkungan yang sehat. Selain lingkungan yang sehat, masih menurut peraturan pemerintah tersebut, kondisi
kesehatan dari tiap anggota keluarga sendiri juga merupakan salah satu syarat dari keluarga yang berkualitas.
Sebagai komponen yang tidak terpisahkan dari masyarakat, keluarga memiliki peran signifikan dalam status kesehatan. Keluarga berperan terhadap optimalisasi pertumbuhan,
perkembangan, dan produktivitas seluruh anggotanya melalui pemenuhan kebutuhan gizi dan menjamin kesehatan anggota keluarga. Di dalam komponen keluarga, ibu dan anak
merupakan kelompok rentan. Hal ini terkait dengan fase kehamilan, persalinan dan nifas pada ibu dan fase tumbuh kembang pada anak. Hal ini yang menjadi alasan pentingnya
upaya kesehatan ibu dan anak menjadi salah satu prioritas pembangunan kesehatan di Indonesia.
Ibu dan anak merupakan anggota keluarga yang perlu mendapatkan prioritas dalam penyelenggaraan upaya kesehatan, karena ibu dan anak merupakan kelompok rentan
terhadap keadaan keluarga dan sekitarnya secara umum. Sehingga penilaian terhadap status kesehatan dan kinerja upaya kesehatan ibu dan anak penting untuk dilakukan.
BAB V KESEHATAN KELUARGA
102
PROFIL KESEHATAN INDONESIA Tahun 2016
102
PROFIL KESEHATAN INDONESIA Tahun 2016