Kondisi Jemaah Haji Indonesia

222 PROFIL KESEHATAN INDONESIA Tahun 2016 GAMBAR 7.1 CAPAIAN DESAKELURAHAN YANG MELAKSANAKAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT TAHUN 2012-2016 Sumber: Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, Kemenkes RI, 2017 Pada tahun 2016 dari seluruh desakelurahan 80.314 yang ada di Indonesia, sebanyak 76.073 desakelurahan yang telah mengentri datanya, jumlah desakelurahan yang telah melaksanakan STBM adalah 42 atau mencapai 33.927 desakelurahan, angka ini telah melebihi target Rencana Strategis Renstra Kementerian Kesehatan tahun 2016 yaitu 30.000 desakelurahan. Tren capaian total desakelurahan yang melaksanakan STBM periode tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 selalu melebih target Renstra yang ditetapkan setiap tahunnya, secara rinci dapat dilihat pada Gambar 7.1. Sedangkan untuk desa dengan SBS Stop Buang Air Besar Sembarangan atau ODF Open Defecation Free yang sudah terverifikasi, mencapai 8.814 desakelurahan atau 26 dari 33.927 desakelurahan dengan STBM. Dalam rangka mendukung pencapaian target RPJMN termasuk Universal Access 2019, pada akhir tahun 2019 harus tercapai 100 desakelurahan melaksanakan STBM, dan 50 desakelurahan STBM harus mencapai SBS ODF yang terverifikasi. SBS Terverifikasi adalah kondisi ketika setiap individu dalam suatu komunitas tidak lagi melakukan perilaku buang air besar sembarangan yang berpotensi menyebarkan penyakit dan sudah dipastikan melalui proses verifikasi. 2012 2013 2014 2015 2016 Target Renstra 11000 16000 20000 25000 30000 Realisasi 11339 16228 20420 25262 33927 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 223 Bab VII KESEHATAN LINGKUNGAN GAMBAR 7.2 PERSENTASE DESAKELURAHAN YANG MELAKSANAKAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT TAHUN 2016 Sumber: Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, Kemenkes RI, 2017 Gambar 7.2 menjelaskan rata-rata capaian nasional tahun 2016 adalah 42,24 meningkat dari rata-rata capaian tahun 2015 yaitu 32,91. Provinsi dengan persentase desakelurahan yang melaksanakan STBM tertinggi adalah DI Yogyakarta 96,35, Nusa Tenggara Barat 95,07, dan Kep. Bangka Belitung 80,62. Sedangkan provinsi dengan persentase desakelurahan yang melaksanakan STBM terendah adalah Papua 7,05, Sulawesi Utara 7,88 dan DKI Jakarta 9,74. Dilihat dari jumlah, 5 lima provinsi dengan realisasi desakelurahan yang melaksanakan STBM tertinggi yaitu Jawa Timur 5.797 desakelurahan, Jawa Tengah 5.222 desakelurahan, Jawa Barat 2.401 desakelurahan, Nusa Tenggara Timur 2.230 desakelurahan, dan Sulawesi Selatan 1.570 desakelurahan. Rincian lengkap tentang jumlah persentase desa yang melaksanakan STBM tahun 2014-2016 dapat dilihat pada Lampiran 7.1. 7,05 7,88 9,74 13,36 13,38 18,45 19,68 20,29 20,80 22,62 27,13 29,24 34,81 35,00 35,10 36,23 40,45 41,17 42,81 45,07 45,65 47,16 51,94 52,04 54,22 55,59 60,88 61,36 65,02 68,21 68,28 80,62 95,07 96,35 42,24 20 40 60 80 100 Papua Sulawesi Utara DKI Jakarta Kalimantan Utara Maluku Sumatera Utara Maluku Utara Kalimantan Timur Papua Barat Aceh Kalimantan Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Tengah Bengkulu Jambi Kepulauan Riau Jawa Barat Lampung Sumatera Selatan Gorontalo Sumatera Barat Kalimantan Tengah Sulawesi Selatan Kalimantan Selatan Banten Bali Jawa Tengah Riau Sulawesi Barat Jawa Timur Nusa Tenggara Timur Kep. Bangka Belitung Nusa Tenggara Barat DI Yogyakarta Indonesia 224 PROFIL KESEHATAN INDONESIA Tahun 2016 Provinsi D.I Yogyakarta tahun 2016 menempati peringkat pertama secara nasional menurut persentase desakelurahan yang melaksanakan STBM, capaian kemajuan tersebut diperoleh karena adanya upaya dan semangat warga DI Yogyakarta ingin terlepas dari BABS, hal ini dibuktikan dengan adanya Deklarasi Program Kecamatan Stop Buang Air Besar Sembarangan SBS di 24 Kecamatan yang tersebar di Kota Yogyakarta 12 kecamatan, Kabupaten Gunungkidul 5 kecamatan, Kabupaten Sleman 1 kecamatan dan Kabupaten Bantul 6 kecamatan. Deklarasi ini yang diselenggarakan bertepatan dengan peringatan Hari Kesehatan Nasional HKN pada 19 November 2015. Provinsi NTB menempati peringkat kedua secara nasional menurut persentase desakelurahan yang melaksanakan STBM, capaian itu diperoleh karena adanya dukungan dari pemerintah daerah salah satunya adalah ditebitkan Peraturan Gubernur NTB tentang gerakan tidak buang air besar sembarangan Buang Air Besar Sembarangan NO BASNO yang dilengkapi dengan adanya sanksi bagi siapa yang melanggarnya. Adanya bantuan kemudahan dari lintas sektor seperti perbankan dalam hal pemberian pinjaman untuk wirausahawan sanitasi, sehingga masyarakat mudah mendapatkan kebutuhan sanitasinya. Sejak ditetapkan sebagai kebijakan nasional pada tahun 2008, pendekatan STBM dirasakan cukup efektif dari sisi anggaran. Provinsi Jawa Timur adalah provinsi dengan desakelurahan STBM paling banyak mencapai 5.797 puskemas, hal ini terjadi karena berbagai dukungan pemerintah daerah seperti diterbitkannya Surat Edaran Gubernur Jawa Timur No. 440118410312013 tanggal 21 Juni 2013 tentang Pelaksanaan Program STBM yang ditindaklanjuti dengan instruksi Bupati se-provinsi Jawa Timur, adanya kecukupan alokasi anggaran, bersinergi dengan lintas sektor, lintas program serta mitra terkait termasuk lembaga swadaya masyarakat serta perguruan tinggi, terbangunnya komitmen di tingkat kabupatenkota untuk menindaklanjuti kebijakan dan komitmen di tingkat provinsi, sosialisasi yang intensif tentang STBM termasuk jamban murah melalui kegiatan wirausaha sanitasi, melakukan monitoring dan evaluasi secara ketat dan terus menerus, serta melaksanakan kegiatan yang memiliki daya ungkit besar misalnya gotong royong. Dalam upaya pencapaian target Universal Access 2019 ini masih ada beberapa kendala yang dihadapi diantaranya adalah proses peningkatan perubahan perilaku cenderung membutuhkan waktu yang relatif lama dan masalah kecukupan pendampingan petugas kepada masyarakat untuk menerapkan perilaku yang lebih sehat dalam kehidupan sehari-hari secara berkesinambungan. Adanya disparitas capaian desakelurahan melaksanakan STBM sebagai akibat dari belum semua puskesmas dan petugas yang terkait melaporkan hasil kegiatannya. Untuk mengatasi kendala ini, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan seperti melakukan advokasi dan sosialisasi secara terpadu bersama lintas programsektor serta mitra terkait Promkes, Poltekkes, Bappenas, Kemendagri, Kemen PU dalam rangka internalisasi program di provinsikabupatenkota, meningkatkan dan memperkuat strategi Kemitraan Pemerintah - Swasta KPS dalam rangka efektivitas intervensi kegiatan serta peningkatan dan penguatan sistem monitoring dan evaluasi STBM menggunakan sistem monev berbasis website dan SMS gateway dalam skala nasional.