228
PROFIL KESEHATAN INDONESIA
Tahun 2016
GAMBAR 7.4 PERSENTASE RUMAH TANGGA DENGAN AKSES AIR MINUM LAYAK TAHUN 2016
Sumber: Badan Pusat Statistik, Susenas Kor 2016
Kebutuhan air minum, tidak hanya dilihat dari kuantitasnya tetapi juga dari kualitas air minum. Pemenuhan kebutuhan air minum di rumah tangga dapat diukur dari akses air
minum layak, beberapa faktor yang berpengaruh terhadap akses air minum layak diantaranya adalah:
1. jenis sumber air utama yang digunakan untuk diminum;
2. jenis sumber air utama yang digunakan untuk memasak, mandi, dan mencuci;
3. jarak su ber air ke pe a pu ga li bahkotora ti ja terdekat ≥ eter.
Data dari Statistik Kesejahteraan Rakyat tahun 2016, Badan Pusat Statistik secara
nasional menunjukkan sumber air utama yang paling banyak digunakan rumah tangga untuk minum adalah air kemasan 31,30 dan sumur terlindung 21, untuk memasak sumber
air utama yang digunakan yaitu sumur terlindungtak terlindung 32,50 dan sumur borpompa 23,74, sedangkan sumber air utama yang digunakan rumah tangga untuk
mandi, mencuci, dll, adalah air dari sumur terlindungtak terlindung dan sumur borpompa sebesar 28,85.
37,35 52,41
52,69 58,63
58,99 60,04
61,26 62,15
62,99 63,23
63,31 63,77
63,95 66,19
67,20 67,33
67,47 67,62
68,76 70,22
70,61 71,59
73,42 73,98
75,49 75,82
75,83 76,30
78,93 81,04
82,69 85,31
88,71 92,44
71,14
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
Bengkulu Lampung
Papua Kalimantan Selatan
Sulawesi Barat Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Tengah Sulawesi Tengah
Maluku Utara Jambi
Aceh Sumatera Selatan
Kep. Bangka Belitung Kalimantan Barat
Maluku Sumatera Barat
Banten Jawa Barat
Papua Barat Sulawesi Utara
Sumatera Utara Gorontalo
Sulawesi Selatan Nusa Tenggara Barat
Riau Sulawesi Tenggara
Jawa Timur Jawa Tengah
Kalimantan Timur DI Yogyakarta
Kalimantan Utara Kepulauan Riau
Bali DKI Jakarta
INDONESIA
229
Bab VII KESEHATAN LINGKUNGAN
Gambar 7.4 menunjukkan bahwa secara nasional persentase rumah tangga dengan akses air minum layak sebesar 71,14. Provinsi dengan persentase rumah tangga dengan
akses air minum layak tertinggi yaitu DKI Jakarta 92,44, Bali 88,71 dan Kepulauan Riau 85,31. Sedangkan provinsi dengan persentase rumah tangga menurut akses air minum
layak terendah adalah Bengkulu 37,35, Lampung 52,41, dan Papua 52,69. Rincian lengkap tentang persentase rumah tangga menurut akses air minum layak tahun 2016 dapat
dilihat pada Lampiran 7.3.
GAMBAR 7.5 PERSENTASE SARANA AIR MINUM YANG DILAKUKAN PENGAWASAN TAHUN 2016
Sumber: Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, Kemenkes RI, 2017
Pengawasan kualitas air minum diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 736MENKESPERVI2010 tentang Tata Laksana dan Pengawasan Kualitas Air Minum,
dalam peraturan tersebut dijelaskan bahwa pengawasan internal dilakukan oleh penyelenggara air minum komersial dan pengawasan eksternal dilakukan oleh Dinas
Kesehatan KabupatenKota. Pengawas kualitas air minum internal adalah penyelenggara air minum yang diawasi kualitas hasil produksinya secara eksternal oleh Dinas Kesehatan
ProvinsiKabupatenKota dan KKP yang dibuktikan dengan jumlah sampel pengujian kualitas
2,79 5,83
6,00 6,04
6,14 6,96
7,79 8,59
10,09 10,71
11,46 12,81
13,22 13,48
13,67 14,21
15,05 17,39
18,07 18,37
20,04 20,74
21,64 24,52
25,93 30,79
31,54 33,03
35,86 39,33
41,00 42,38
16,02
20 40
60 80
100 Bali
Aceh DKI Jakarta
Sumatera Selatan Sumatera Utara
Lampung Papua Barat
Jawa Timur Banten
Kepulauan Riau Sulawesi Selatan
Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat
Jawa Barat Sulawesi Tenggara
Kalimantan Timur Jawa Tengah
Kalimantan Selatan Nusa Tenggara Barat
Kalimantan Tengah Sulawesi Tengah
Riau Jambi
Sulawesi Utara Kalimantan Utara
Kep. Bangka Belitung DI Yogyakarta
Maluku Utara Bengkulu
Sulawesi Barat Sumatera Barat
Gorontalo Indonesia
Target Renstra 2016: 35
230
PROFIL KESEHATAN INDONESIA
Tahun 2016
air. Penyelenggara air minum adalah PDAMBPAMPT yang terdaftar di Persatuan Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia Perpamsi; Sarana air minum perpipaan non
PDAM; dan Sarana air minum bukan jaringan perpipaan komunal. Data yang diperoleh oleh Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat sampai Maret
2017, secara nasional pada tahun 2016 dari 32.578 sarana air minum terdapat 16,02 5.218 sarana air minum yang diawasi Gambar 7.5, hasil ini belum mencapai target
Renstra Kementerian Kesehatan tahun 2016 yaitu 35 sarana air minum yang dilakukan pengawasan. Terdapat 4 empat provinsi sudah memenuhi target Renstra Kemenkes tahun
2016 dengan memperoleh hasil lebih dari 35 persentase sarana air minum yang diawasi, yaitu Gorontalo 42,38, Sumatera Barat 41, Sulawesi Barat 39,33, dan Bengkulu
35,86. Sedangkan provinsi dengan persentase terendah diantaranya Bali 2,79, Aceh 5,83, dan DKI Jakarta 6.
Gambaran persentase sarana air minum yang dilakukan pengawasan tahun 2016 sangat berbeda dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2015, secara nasional dari 234.002
sarana air minum terdapat 43,58 101.972 sarana air minum yang diawasi, angka ini telah mencapai target Renstra Kementerian Kesehatan tahun 2015 yaitu 30 sarana air minum
yang dilakukan pengawasan. Gambaran sarana air minum yang dilakukan pengawasan tahun 2015 dan tahun 2016 belum dapat dibandingkan karena pada tahun 2015 jumlah
sarana air minum mencapai 234.002, merupakan jumlah seluruh jenis air minum yaitu PDAM, perpipaan non PDAM, sarana kumonal non perpipaan DAM = Depot Air Minum,
sumur gali, dll, sedangkan pada tahun 2016 jumlah 32.578 sarana air minum yang telah terdata hanyalah DAM saja. Rincian lengkap tentang persentase sarana air minum yang
dilakukan pengawasan tahun 2017 dapat dilihat pada Lampiran 7.4.
D. Akses Sanitasi Layak
Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya
lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia. Sanitasi yang baik merupakan elemen penting yang menunjang kesehatan manusia. Definisi
sanitasi dari WHO merujuk kepada penyediaan sarana dan pelayanan pembuangan limbah kotoran manusia seperti urine dan faeces. Istilah sanitasi juga mengacu kepada
pemeliharaan kondisi higienis melalui upaya pengelolaan sampah dan pengolahan limbah cair. Sanitasi berhubungan dengan kesehatan lingkungan yang mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat. Buruknya kondisi sanitasi akan berdampak negatif di banyak aspek kehidupan, mulai dari turunnya kualitas lingkungan hidup masyarakat, tercemarnya sumber
air minum bagi masyarakat, meningkatnya jumlah kejadian diare dan munculnya beberapa penyakit.
Mulai tahun 2015 definisi rumah tangga yang memiliki akses sanitasi layak adalah apabila fasilitas sanitasi yang digunakan memenuhi syarat kesehatan, antara lain dilengkapi
231
Bab VII KESEHATAN LINGKUNGAN
dengan jenis kloset leher angsa atau plengsengan dengan tutup dan memiliki tempat pembuangan akhir tinja tangki septic tank atau Sistem Pengolahan Air Limbah SPAL, dan
merupakan fasilitas buang air besar yang digunakan sendiri atau bersama. Metode pembuangan tinja yang baik yaitu menggunakan jamban dengan syarat sebagai berikut:
1. Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi.
2. Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki mata air
atau sumur. 3.
Tidak boleh terkontaminasi air permukaan. 4.
Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain. 5.
Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar, atau bila memang benar-benar diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin.
6. Jamban harus bebas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang.
7. Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal.
GAMBAR 7.6 PERSENTASE RUMAH TANGGA YANG MEMILIKI AKSES TERHADAP SANITASI LAYAK
TAHUN 2016
Sumber: Badan Pusat Statistik, Susenas Kor 2016
31,43 40,46
49,75 50,97
52,06 53,24
58,58 59,81
59,85 59,94
60,89 62,68
63,79 64,55
64,68 64,71
65,05 65,65
66,81 68,15
68,26 70,31
70,66 71,36
72,86 73,42
75,27 76,51
76,76 79,55
83,16 85,78
89,33 91,13
67,80
20 40
60 80
100 Papua
Nusa Tenggara Timur Bengkulu
Kalimantan Tengah Kalimantan Barat
Sumatera Barat Lampung
Sulawesi Barat Gorontalo
Sulawesi Tengah Kalimantan Selatan
Aceh Jawa Barat
Papua Barat Kalimantan Utara
Maluku Utara Sumatera Selatan
Jambi Maluku
Jawa Timur Sulawesi Tenggara
Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah
Riau Sumatera Utara
Banten Sulawesi Utara
Sulawesi Selatan Kalimantan Timur
Kepulauan Riau Kep. Bangka Belitung
DI Yogyakarta Bali
DKI Jakarta INDONESIA
232
PROFIL KESEHATAN INDONESIA
Tahun 2016
Gambar 7.6 menunjukkan hasil Susenas Kor 2016 mengenai persentase rumah tangga yang memiliki akses terhadap sanitasi layak. Secara nasional, terdapat 67,80 rumah
tangga yang memiliki akses terhadap sanitasi layak. Provinsi dengan persentase rumah tangga yang memiliki akses terhadap sanitasi layak tertinggi yaitu DKI Jakarta 91,13, Bali
89,33, dan DI Yogyakarta sebesar 85,78. Sedangkan provinsi dengan persentase rumah tangga yang memiliki akses terhadap sanitasi layak terendah adalah Papua 31,43
Nusa Tenggara Timur 40,46, dan Bengkulu 49,75. Rincian lengkap tentang persentase rumah tangga yang memiliki akses terhadap sanitasi layak tahun 2014-2016 dapat dilihat
pada Lampiran 7.5.
E. Tempat-Tempat Umum TTU Yang Memenuhi Syarat Kesehatan
Tempat-Tempat Umum TTU adalah tempat atau sarana umum yang digunakan untuk kegiatan masyarakat dan diselenggarakan oleh pemerintahswasta atau perorangan,
antara lain pasar rakyat, sekolah, fasyankes, terminal, bandara, stasiun, pelabuhan, bioskop, hotel dan tempat umum lainnya. TTU yang memenuhi syarat kesehatan adalah tempat dan
fasilitas umum minimal sarana pendidikan dan pasar rakyat yang memenuhi syarat kesehatan. TTU dinyatakan sehat apabila memenuhi persyaratan fisiologis, psikologis, dan
dapat mencegah penularan penyakit antar pengguna, penghuni, dan masyarakat sekitarnya serta memenuhi persyaratan dalam pencegahan terjadinya masalah kesehatan. Pemerintah
Daerah minimal wajib mengelola 2 tempat-tempat umum, yaitu: 1.
Sarana pendidikan dasar yang dimaksud adalah Sekolah Dasar SDMI, Sekolah Menengah Pertama SMPMTs dan yang sederajat milik pemerintah dan swasta
yang terintegrasi. 2.
Pasar rakyat yang dimaksud adalah pasar yang berlokasi permanen, ada pengelola, sebagian besar barang yang diperjual belikan yaitu kebutuhan dasar sehari-hari
dengan fasilitas infrastruktur sederhana, dan dikelola oleh Pemerintah Daerah dan Badan Usaha Milik Daerah.
Pada Gambar 7.7 menunjukkan secara nasional persentase TTU yang telah memenuhi syarat kesehatan pada tahun 2016 adalah mencapai 52,64, pencapaian ini
telah melebihi target Renstra Kementerian Kesehatan 2016 yaitu 52. Namun capaian tersebut cenderung menurun dibandingkan capaian tahun 2015 61,44. Provinsi dengan
persentase tertinggi adalah Kalimantan Utara 89,47, Kep. Bangka Belitung 88,53, dan Bengkulu 86,76. Terdapat 8 delapan provinsi yang belum mencapai target 2016
diantaranya Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Sulawesi Barat, Papua Barat, Jawa Timur, Maluku Utara, Jawa Tengah, dan provinsi dengan persentase terendah adalah Lampung
1,41. Rincian lengkap tentang persentase TTU yang memenuhi syarat kesehatan tahun 2016 dapat dilihat pada Lampiran 7.6.
233
Bab VII KESEHATAN LINGKUNGAN
GAMBAR 7.7 PERSENTASE TEMPAT-TEMPAT UMUM YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN
TAHUN 2016
Sumber: Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, Kemenkes RI, 2017
Masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan upaya peningkatan jumlah TTU yang memenuhi syarat diantaranya adalah anggaran daerah untuk program kesehatan lingkungan
masih rendah, belum semua daerah kabupatenkota termasuk puskesmas memiliki peralatan pengukuran parameter kualitas lingkungan yang sesuai, pendataan ulang di
daerah untuk
akurasi data
yang tercatat,
tumpang tindih
regulasi antar
kementerianlembaga yang belum bersinergi, dan masih belum optimalnya koordinasi baik
1,41 2,98
7,90 21,47
32,56 41,79
45,85 49,65
58,93 61,09
62,50 64,46
66,23 66,67
67,39 67,79
69,14 69,70
71,81 74,25
75,47 75,79
75,97 77,33
80,01 81,17
82,62 82,65
83,03 83,68
84,46 86,76
88,53 89,47
0,00 52,64
20 40
60 80
100 Lampung
Jawa Tengah Maluku Utara
Jawa Timur Papua Barat
Sulawesi Barat Kepulauan Riau
Sumatera Utara Maluku
Sumatera Barat Kalimantan Barat
Jambi Papua
Aceh Gorontalo
Nusa Tenggara Timur Kalimantan Selatan
Riau Jawa Barat
DI. Yogyakarta Kalimantan Tengah
Bali Sulawesi Utara
Kalimantan Timur Banten
Sulawesi Tenggara DKI Jakarta
Sulawesi Selatan Sulawesi Tengah
Nusa Tenggara Barat Sumatera Selatan
Bengkulu Kep. Bangka Belitung
Kalimantan Utara Indonesia
Target Renstra 2016 52