186
PROFIL KESEHATAN INDONESIA Tahun 2016
GAMBAR 6.35 CAKUPAN POPM FILARIASIS TAHUN 2010
– 2016
Sumber: Ditjen P2P, Kemenkes RI, 2017
4. Malaria
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia, ditularkan oleh nyamuk malaria
Anopheles betina, dapat menyerang semua orang baik laki-laki ataupun perempuan pada semua golongan umur dari bayi, anak-anak dan orang dewasa.
Gambar 6.36 menunjukkan bahwa menurut tingkat endemisitas malaria tahun 2016, sebanyak 48,1 kabupatenkota sudah tersertifikasi bebas malaria, 32,2 kabupatenkota
memiliki status endemis rendah API1, 11,7 kabupatenkota memiliki status endemis sedang API 1-5, dan 8,0 kabupatenkota memiliki status endemis tinggi API5.
GAMBAR 6.36 PROPORSI KABUPATENKOTA MENURUT TINGKAT ENDEMISITAS MALARIA TAHUN 2016
Sumber: Ditjen P2P, Kemenkes RI, 2017 39,4
37,7 56,5
66,9 73,9
69,5 76,7
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
2010 2011
2012 2013
2014 2015
2016
POPM Fi
lar iasi
s
Tahun
Eliminasi; 48,1
Endemis Rendah; 32,3
Endemis Sedang; 11,7
Endemis Tinggi; 8,0
187
Bab VI PENGENDALIAN PENYAKIT
a. Angka Kesakitan Malaria
Secara nasional angka kesakitan malaria selama tahun 2009 –2016 cenderung
menurun yaitu dari 1,8 per 1.000 penduduk berisiko pada tahun 2009 menjadi 0,84 per 1.000 penduduk berisiko pada tahun 2016. Penurunan API tersebut dapat dilihat pada
Gambar 6.37.
GAMBAR 6.37 ANGKA KESAKITAN MALARIA ANNUAL PARACITE INCIDENCE API
PER 1.000 PENDUDUK BERISIKO TAHUN 2009-2016
Sumber: Ditjen P2P, Kemenkes RI, 2017
Papua merupakan provinsi dengan API tertinggi, yaitu 45,85 per 1.000 penduduk. Angka ini sangat tinggi jika dibandingkan dengan provinsi lainnya. Empat provinsi dengan API
per 1.000 penduduk tertinggi lainnya, yaitu Papua Barat 10,20, Nusa Tenggara Timur 5,17, Maluku 3,83, dan Maluku Utara 2,44. Sebanyak 83 kasus berasal dari Papua, Papua
Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Angka kesakitan malaria menurut provinsi dapat dilihat pada Gambar 6.38.
Secara nasional, sebesar 95 suspek malaria diperiksa secara laboratorium Rapid Diagnostic Test dan Mikroskop. Informasi lengkap mengenai jumlah kasus malaria dan jenis
tes sediaan darah menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 6.25.
1,8 1,96
1,75 1,69
1,38 0,99
0,85 0.84
0,0 0,5
1,0 1,5
2,0 2,5
3,0
2009 2010
2011 2012
2013 2014
2015 2016
A PI per
1.000 p e
n d
u d
u k
Tahun
188
PROFIL KESEHATAN INDONESIA Tahun 2016
GAMBAR 6.38 ANGKA KESAKITAN MALARIA ANNUAL PARACITE INCIDENCEAPI
PER 1.000 PENDUDUK BERISIKO MENURUT PROVINSI TAHUN 2016
Sumber: Ditjen P2P, Kemenkes RI, 2017
Pada tahun 2016 terdapat 413 kabupatenkota dengan API1 per 1.000 penduduk, sementara target Rencana Strategi Kementerian Kesehatan untuk angka kesakitan malaria
atau Annual Parasite Incidence API tahun 2016 adalah jumlah kabupatenkota dengan API1 per 1.000 penduduk sebanyak 360 kabupatenkota. Dengan demikian cakupan API
2016 mencapai target Renstra. Jumlah kabupatenkota dengan API1 per 1.000 penduduk menurut provinsi dapat dilihat pada Gambar 6.39.
0,01 0,01
0,01 0,03
0,03 0,03
0,03 0,05
0,06 0,09
0,11 0,12
0,12 0,14
0,15 0,19
0,24 0,27
0,28 0,35
0,36 0,40
0,44 0,49
0,52 0,72
1,45 2,44
3,95 5,41
6,79 45,85
0,84
5 10
15 20
25 30
35 40
45 50
Bali Banten
DKI Jakarta Jawa Barat
Jawa Timur DI Yogyakarta
Riau Jawa Tengah
Kalimantan Utara Aceh
Kalimantan Barat Sulawesi Barat
Kep. Bangka Belitung Sulawesi Selatan
Sumatera Barat Jambi
Gorontalo Kalimantan Tengah
Nusa Tenggara Barat Sumatera Utara
Sumatera Selatan Kalimantan Timur
Kepulauan Riau Lampung
Sulawesi Tenggara Sulawesi Tengah
Kalimantan Selatan Sulawesi Utara
Bengkulu Maluku Utara
Maluku Nusa Tenggara Timur
Papua Barat Papua
INDONESIA
API per 1.000 Penduduk
189
Bab VI PENGENDALIAN PENYAKIT
GAMBAR 6.39 JUMLAH KABUPATENKOTA DENGAN API1 PER 1.000 PENDUDUK
MENURUT PROVINSI TAHUN 2016
Sumber: Ditjen P2P, Kemenkes RI, 2017
b. Pengobatan Malaria
Pengobatan malaria harus dilakukan secara efektif. Pemberian jenis obat harus benar dan cara meminumnya harus tepat waktu yang sesuai dengan acuan program pengendalian
malaria. Pengobatan efektif adalah pemberian ACT Artemicin-based Combination Therapy pada 24 jam pertama pasien panas dan obat harus diminum habis. Persentase ACT menurut
provinsi tahun 2016 dapat dilihat pada Gambar 6.40.
1 1
2 3
5 5
5 6
6 6
6 6
7 8
8 9
9 10
11 11
12 12
12 14
14 14
16 18
23 24
27 29
35 38
5 10
15 20
25 30
35 40
45 50
Papua Barat Papua
Maluku Utara Maluku
Bengkulu DI Yogyakarta
Kalimantan Utara Kepulauan Riau
DKI Jakarta Nusa Tenggara Timur
Gorontalo Sulawesi Barat
Kep. Bangka Belitung Banten
Kalimantan Timur Bali
Sulawesi Tengah Nusa Tenggara Barat
Jambi Kalimantan Selatan
Riau Lampung
Sulawesi Utara Sumatera Selatan
Kalimantan Barat Kalimantan Tengah
Sulawesi Tenggara Sumatera Barat
Aceh Sulawesi Selatan
Jawa Barat Sumatera Utara
Jawa Tengah Jawa Timur
Jumlah Kabkota dengan API1
190
PROFIL KESEHATAN INDONESIA Tahun 2016
GAMBAR 6.40 PERSENTASE PEMBERIAN ARTEMICIN-BASED COMBINATION THERAPY ACT
MENURUT PROVINSI TAHUN 2016
Sumber: Ditjen P2P, Kemenkes RI, 2017
5. Rabies
Rabies merupakan penyakit mematikan baik pada manusia maupun hewan yang disebabkan oleh infeksi virus golongan Rhabdovirus yang ditularkan melalui gigitan hewan
seperti anjing, kucing, kelelawar, kera, musang dan serigala yang di dalam tubuhnya mengandung virus.
Tahun 2016 terdapat 24 provinsi tertular rabies dari 34 provinsi di Indonesia. Sebanyak sepuluh provinsi lainnya dinyatakan bebas Rabies, lima diantaranya provinsi bebas
57 60
64 71
77 78
79 80
83 84
86 86
88 89
89 92
93 93
94 94
96 97
97 97
97 98
99 100
100 100
100 100
100 100
20 40
60 80
100
Kepulauan Riau Sulawesi Tengah
Kalimantan Utara Jawa Barat
Riau Kalimantan Barat
Papua Barat Maluku Utara
Jawa Tengah Sumatera Selatan
Aceh Jawa Timur
Kalimantan Timur Nusa Tenggara Barat
Bengkulu Papua
Kalimantan Selatan Jambi
Sumatera Utara Sulawesi Selatan
Kalimantan Tengah Nusa Tenggara Timur
Sulawesi Tenggara Lampung
Maluku Gorontalo
Sulawesi Barat Sumatera Barat
Kep. Bangka Belitung DKI Jakarta
DI Yogyakarta Banten
Bali Sulawesi Utara
ACT Target Indikator
Program Janji PresidenWakil
Presiden 2016: ≥85