170
PROFIL KESEHATAN INDONESIA Tahun 2016
TABEL 6.2 REKAPITULASI KLB DIARE TAHUN 2016
No Provinsi
KabupatenKota Kasus
Kematian CFR
1 NTT
KAB. KUPANG 107
3 2,80
2 JAWA TENGAH
KAB. PORWOREJO 56
3 5,36
3 SUMATERA UTARA
KAB. BINJAI 35
0,00
Total 198
6 3,04
Angka kematian CFR saat KLB diare diharapkan 1. Pada tabel berikut dapat dilihat rekapitulasi KLB diare dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2016. Terlihat bahwa CFR saat
KLB masih cukup tinggi 1 kecuali pada tahun 2011 CFR pada saat KLB sebesar 0,40, sedangkan tahun 2016 CFR diare saat KLB meningkat menjadi 3,04.
TABEL 6.3 REKAPITULASI KLB DIARE DI INDONESIA
TAHUN 2008 – 2016
Tahun Jumlah Provinsi
Jumlah Kejadian Kasus
Kematian CFR
2008 15
47 8.133
239 2,94
2009 14
24 5.756
100 1,74
2010 11
33 4.204
73 1,74
2011 15
19 3.003
12 0,40
2012 17
34 1.625
25 1,53
2013 6
8 633
7 1,11
2014 5
6 2.549
29 1,14
2015 13
21 1.213
30 2,47
2016 3
3 198
6 3,04
Target cakupan pelayanan penderita diare yang datang ke sarana kesehatan dan kader kesehatan adalah 10 dari perkiraan jumlah penderita diare insidens diare dikali
jumlah penduduk di satu wilayah kerja dalam waktu satu tahun. Insidensi diare nasional hasil Survei Morbiditas Diare tahun 2014 yaitu sebesar 2701.000 penduduk, maka
diperkirakan jumlah penderita diare di fasilitas kesehatan pada tahun 2016 sebanyak 6.897.463 orang, sedangkan jumlah penderita diare yang dilaporkan ditangani di fasilitas
kesehatan adalah sebanyak 3.198.411 orang atau 46,4 dari target. Rincian menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 6.11.
171
Bab VI PENGENDALIAN PENYAKIT
B. PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI PD3I
1. Tetanus Neonatorum
Tetanus Neonatorum TN disebabkan oleh basil Clostridium tetani, yang masuk ke tubuh melalui luka. Penyakit ini menginfeksi bayi baru lahir yang salah satunya disebabkan
oleh pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak steril. Kasus tetanus neonatorum banyak ditemukan di negara berkembang khususnya negara dengan cakupan persalinan oleh tenaga
kesehatan yang rendah. Pada tahun 2016, dilaporkan terdapat 33 kasus dari 7 provinsi dengan jumlah
meninggal 14 kasus atau CFR 42,4. Kasus TN paling banyak terjadi di provinsi Jawa Timur 19 kasus. Dibandingkan tahun 2015, terjadi penurunan baik jumlah kasus maupun CFR-nya,
yaitu 53 kasus dari 13 provinsi dengan CFR sebesar 50,9.
GAMBAR 6.18 DISTRIBUSI KASUS TETANUS NEONATORUM PER PROVINSI
TAHUN 2016
Sumber : Ditjen P2P, Kemenkes RI, 2017
Gambaran kasus menurut faktor risiko penolong persalinan, 25 atau 75,8 kasus ditolong oleh penolong persalinan tradisional, misalnya dukun. Menurut cara perawatan tali
pusat terdapat 3 bayi yang dirawat menggunakan alkoholiodium yang terkena penyakit ini. Menurut alat yang digunakan untuk pemotongan tali pusat, terdapat 11 kasus 33,3
menggunakan gunting, 16 kasus 48,5 menggunakan bambu, dan sisanya menggunakan alat lain atau tidak diketahui. Menurut status imunisasi sebanyak 23 kasus 69,7 terjadi
pada kelompok yang tidak diimunisasi. Rincian kasus tetanus neonatorum beserta persentase kasus menurut faktor risiko dan provinsi dapat dilihat pada Lampiran 6.18.
2. Campak
Penyakit campak disebabkan oleh virus campak golongan Paramyxovirus. Penularan dapat terjadi melalui udara yang telah terkontaminasi oleh droplet ludah orang yang telah
172
PROFIL KESEHATAN INDONESIA Tahun 2016
terinfeksi. Sebagian besar kasus campak menyerang anak-anak usia pra sekolah dan usia SD. Jika seseorang pernah menderita campak, maka dia akan mendapatkan kekebalan terhadap
penyakit tersebut seumur hidupnya. Pada tahun 2016, dilaporkan terdapat 12.681 kasus campak, lebih rendah
dibandingkan tahun 2015 yang sebesar 10.655 kasus. Kasus campak rutin terbanyak lebih dari 1.000 kasus dilaporkan dari Provinsi Jawa Timur 2.937 kasus, Provinsi Jawa Tengah
2.043 kasus, dan Provinsi Aceh 1.452 kasus. Dari seluruh kasus campak rutin tersebut, terdapat 1 kasus meninggal yang dilaporkan berasal dari Provinsi Jawa Barat.
GAMBAR 6.19 DISTRIBUSI KASUS CAMPAK RUTIN DI INDONESIA
TAHUN 2016
Sumber : Ditjen P2P, Kemenkes RI,2017
Incidence Rate IR campak pada tahun 2016 sebesar 5,0 per 100.000 penduduk, meningkat dibandingkan tahun 2015 yang sebesar 3,20 per 100.000 penduduk. Gambar 6.20
menyajikan IR campak menurut provinsi. Sebanyak 12 provinsi melaporkan tidak terjadi kasus campak di daerahnya. Adapun Nusa Tenggara Barat, Bali, dan dan Sulawesi Selatan
merupakan provinsi dengan IR campak terendah. Sedangkan Jambi, Kepulauan Riau dan Aceh merupakan provinsi dengan IR campak tertinggi.
173
Bab VI PENGENDALIAN PENYAKIT
GAMBAR 6.20 INCIDENCE RATE IR CAMPAK PER 100.000 PENDUDUK
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2016
Sumber: Ditjen P2P, Kemenkes RI, 2017
Menurut kelompok umur, proporsi kasus campak terbesar terdapat pada kelompok umur 5-9 tahun dan kelompok umur 1-4 tahun dengan proporsi masing-masing sebesar
31,6 dan 25,4. Adapun dari 12.681 kasus campak ternyata hanya 4.466 35,2 yang divaksinasi. Gambar 6.21 berikut memperlihatkan proporsi kasus campak per kelompok
umur. Rincian kasus campak per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 6.19 dan 6.20.
34,0 31,7
29,0 23,8
12,2 9,9
9,8 9,1
7,6 7,5
6,0 5,4
5,1 3,8
2,7 2,1
1,4 1,3
1,3 0,8
0,1 0,1
0,0 0,0
0,0 0,0
0,0 0,0
0,0 0,0
0,0 0,0
0,0 0,0
5,0
5 10
15 20
25 30
35 40
Jambi Kepulauan Riau
Aceh Sulawesi Tengah
Kalimantan Tengah Sulawesi Utara
Sumatera Selatan Sumatera Barat
Jawa Timur Gorontalo
Jawa Tengah Lampung
Bengkulu Sulawesi Tenggara
DKI Jakarta Papua
Kalimantan Barat Sumatera Utara
Jawa Barat Sulawesi Selatan
Bali Nusa Tenggara Barat
Riau Kep. Bangka Belitung
DI Yogyakarta Banten
Nusa Tenggara Timur Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur Kalimantan Utara
Sulawesi Barat Maluku
Maluku Utara Papua Barat
Indonesia