39
Bab II SARANA KESEHATAN
4. Akreditasi Rumah Sakit
Akreditasi terhadap suatu produk atau layanan dianggap sangat penting sebagai indikator dari jaminan mutu. Operasional di setiap rumah sakit pun sangat beragam,
tergantung dari metode kepemimpinan, infrastruktur dan dukungan teknologi informasi yang dimiliki. Karena keberagaman sistem pelayanan tersebut, Menteri Kesehatan Republik
Indonesia membuat keputusan No.214MenkesSKII2007 mengenai standarisasi sistem pelayanan berstandar internasional melalui program akreditasi. Definisi Akreditasi Rumah
Sakit dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 adalah pengakuan terhadap rumah sakit yang diberikan oleh lembaga independen penyelenggara
akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan, setelah dinilai bahwa rumah sakit itu memenuhi Standar Pelayanan Rumah Sakit yang berlaku untuk meningkatkan mutu
pelayanan rumah sakit secara berkesinambungan. Sampai tahun 2016, rumah sakit yang terakreditasi di Indonesia sebesar 33,12 dari
2.500 rumah sakit. Provinsi dengan rumah sakit terakreditas tertinggi dan di atas 50 adalah Bali, DKI Jakarta dan Lampung masing masing 69,09, 53,30 dan 52,94. Provinsi
Kalimantan Utara dari 7 rumah sakit belum ada satupun rumah sakit yang terakreditasi.
GAMBAR 2.13 PERSENTASE AKREDITASI RUMAH SAKIT DI INDONESIA
TAHUN 2016
Sumber: Ditjen Pelayanan Kesehatan, Kemenkes RI, 2017 0,00
2,50 8,33
10,00 10,53
12,50 13,79
15,38 17,65
18,18 19,35
21,74 24,20
25,00 25,00
25,71 26,19
26,92 29,63
31,91 32,26
32,31 33,71
34,40 35,00
35,00 37,65
38,64 41,18
45,95 47,09
52,94 53,30
69,09 33,12
10 20
30 40
50 60
70 Kalimantan Utara
Papua Sulawesi Barat
Sulawesi Utara Maluku Utara
Papua Barat Sulawesi Selatan
Sumatera Barat Riau
Aceh Sulawesi Tengah
Sumatera Utara Jawa Barat
Nusa Tenggara Barat Kalimantan Barat
Kalimantan Selatan Gorontalo
Jambi Maluku
Kalimantan Tengah Kepulauan Riau
Bengkulu Jawa Tengah
DI Yogyakarta Kepulauan Bangka Belitung
Kalimantan Timur Sulawesi Tenggara
Nusa Tenggara Timur Sumatera Selatan
Jawa Timur Banten
Lampung DKI Jakarta
Bali Indonesia
40
PROFIL KESEHATAN INDONESIA Tahun 2016
C. SARANA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
1. Sarana Produksi dan Distribusi Bidang Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Ketersediaan farmasi dan alat kesehatan memiliki peran yang signifikan dalam pelayanan kesehatan. Akses masyarakat terhadap obat khususnya obat esensial merupakan
salah satu hak asasi manusia. Dengan demikian penyediaan obat esensial merupakan kewajiban bagi pemerintah dan institusi pelayanan kesehatan baik publik maupun privat.
Sebagai komoditi khusus, semua obat yang beredar harus terjamin keamanan, khasiat dan mutunya agar dapat memberikan manfaat bagi kesehatan. Oleh karena itu, selain
meningkatkan jumlah tenaga pengelola yang terlatih, salah satu upaya yang dilakukan untuk menjamin mutu obat hingga diterima konsumen adalah menyediakan sarana penyimpanan
obat dan alat kesehatan yang dapat menjaga keamanan secara fisik serta dapat mempertahankan kualitas obat.
Salah satu kebijakan dalam Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan adalah meningkatkan akses dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan Perbekalan Kesehatan
Rumah Tangga PKRT sesuai tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan yaitu meningkatkan ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat dan
alat kesehatan serta menjamin keamanankhasiat, kemanfaatan, dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan. Hal ini bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya
yang disebabkan oleh penyalahgunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan atau penggunaan yang salahtidak tepat serta tidak memenuhi mutu keamanan dan pemanfaatan yang
dilakukan sejak proses produksi, distribusi hingga penggunaannya di masyarakat. Cakupan sarana produksi bidang kefarmasian dan alat kesehatan menggambarkan tingkat
ketersediaan sarana pelayanan kesehatan yang melakukan upaya produksi di bidang kefarmasian dan alat kesehatan. Sarana produksi di bidang kefarmasian dan alat kesehatan
antara lain Industri Farmasi, Industri Obat Tradisional IOT, Usaha Kecil Obat TradisionalUsaha Mikro Obat Tradisional UKOTUMOT, Produksi Alat Kesehatan Alkes
dan Produksi Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga PKRT, dan Industri Kosmetika. Sarana produksi dan distribusi di Indonesia masih menunjukkan adanya ketimpangan
dalam hal persebaran jumlah. Sebagian besar sarana produksi maupun distribusi berlokasi di Pulau Sumatera dan Jawa sebesar 93,67 sarana produksi dan 77,40 sarana distribusi.
Ketersediaan ini terkait dengan sumber daya yang dimiliki dan kebutuhan pada wilayah setempat. Kondisi ini dapat dijadikan sebagai salah satu acuan dalam kebijakan untuk
mengembangkan jumlah sarana produksi dan distribusi kefarmasian dan alat kesehatan di wilayah Indonesia lainnya, sehingga terjadi pemerataan jumlah sarana tersebut di seluruh
Indonesia. Selain itu, hal ini bertujuan untuk membuka akses keterjangkauan masyarakat terhadap sarana kesehatan di bidang kefarmasian dan alat kesehatan.
Jumlah sarana produksi pada tahun 2015 sebesar 1.927 sarana. Provinsi dengan jumlah sarana produksi terbanyak adalah Jawa Barat, yaitu sebesar 538 sarana. Hal ini dapat
disebabkan karena Jawa Barat memiliki populasi yang besar dan wilayah yang luas. Jumlah