Polio dan AFP Acute Flaccid ParalysisLumpuh Layu Akut

183 Bab VI PENGENDALIAN PENYAKIT Walaupun belum memenuhi target program, ABJ tahun 2016, yaitu sebesar 67,6 meningkat dibandingkan tahun 2015 sebesar 54,2. Hal ini dapat disebabkan Puskesmas sudah mulai menggalakkan kembali kegiatan Pemantauan Jentik Berkala PJB secara rutin sehingga kegiatan kader Juru Pemantau Jentik Jumantik sudah mulai digalakkan kembali. Selain itu, pelaporan data ABJ sudah mulai mencakup sebagian wilayah kabupatenkota di Indonesia sehingga cakupan ABJ juga semakin meningkat. Data penyakit DBD lebih rinci menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 6.27 dan Lampiran 6.28.

2. Chikungunya

Demam chikungunya demam chik adalah suatu penyakit menular dengan gejala utama demam mendadak, nyeri pada persendian, terutama pada sendi lutut, pergelangan, jari kaki dan tangan serta tulang belakang, serta ruam pada kulit. Demam chik ditularkan oleh nyamuk Aedes albopictus dan Aedes aegypty yang juga merupakan nyamuk penular penyakit DBD. Demam chik dijumpai terutama di daerah tropissubtropis dan sering menimbulkan epidemi. Beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya demam chik yaitu rendahnya status kekebalan kelompok masyarakat dan kepadatan populasi nyamuk penular karena banyaknya tempat perindukan nyamuk yang biasanya terjadi pada musim penghujan. Selama tahun 2016 terjadi demam chikungunya sebanyak 1.702 kasus di 20 kabupatenkota dari 4 provinsi yaitu Jawa Barat 1 kabupatenkota, Jawa Timur 13 kabupatenkota, Sulawesi Tengah 5 kabupatenkota, dan Bali 1 kabupatenkota. Jumlah kasus demam chikungunya terbanyak terjadi di Jawa Timur sebanyak 1.489 kasus. GAMBAR 6.33 JUMLAH KASUS CHIKUNGUNYA DI INDONESIA TAHUN 2010-2016 Sumber: Ditjen P2P, Kemenkes RI, 2017 52.703 2.998 1.831 15.324 7.341 2.282 1.702 10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 60.000 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Ju m lah Kas u s Tahun 184 PROFIL KESEHATAN INDONESIA Tahun 2016 Kejadian demam chikungunya mengalami penurunan kasus yang sangat signifikan pada tahun 2010-2012, namun kembali meningkat cukup signifikan pada tahun 2013 dan turun kembali sampai tahun 2016. Hingga saat ini belum pernah dilaporkan adanya kematian akibat chikungunya. Faktor penyebab turunnya kasus antara lain kondisi cuaca yang relatif kering dengan curah hujan yang rendah, adanya imunitas pada daerah yang pernah terjangkit, sebagian daerah tidak melaporkan kasus chikungunya dan lain-lain.

3. Filariasis

Filariasis adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh parasit berupa cacing filaria, yang terdiri dari tiga spesies yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori. Penyakit ini menginfeksi jaringan limfe getah bening. Filariasis menular melalui gigitan nyamuk yang mengandung cacing filaria dalam tubuhnya. Dalam tubuh manusia, cacing tersebut tumbuh menjadi cacing dewasa dan menetap di jaringan limfe sehingga menyebabkan pembengkakan di kaki, tungkai, payudara, lengan dan organ genital. Sebagai upaya untuk mengeliminasi filariasis pada tahun 2020 WHO menetapkan kesepakatan global The Global Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public Health problem by The Year 2020. Di dunia terdapat 1,3 miliar penduduk yang berisiko tertular penyakit filariasis atau yang dikenal juga dengan penyakit kaki gajah yang berada pada lebih dari 83 negara dan 60 kasus berada di Asia Tenggara. Di Indonesia, pada tahun 2016 terdapat 13.009 kasus filariasis. Grafik berikut menggambarkan peningkatan kasus filariasis di Indonesia sejak tahun 2010. GAMBAR 6.34 JUMLAH KASUS KRONIS FILARIASIS DI INDONESIA TAHUN 2010 – 2016 Sumber: Ditjen P2P, Kemenkes RI, 2017 12.156 12.242 12.106 12.917 14.932 13.032 13.009 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 14.000 16.000 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Ju m lah K as u s Tahun 185 Bab VI PENGENDALIAN PENYAKIT Lima Provinsi dengan kasus kronis filariasis tertinggi pada tahun 2016 yaitu Nusa Tenggara Timur 2.864, Aceh 2.372, dan Papua Barat 1.244, Papua 1.184, dan Jawa Barat 955. Jumlah kasus kronis filariasis di Sumatera Barat dan Sumatera Selatan pada tahun 2016 menurun menjadi 249 dan 178 kasus dari 270 dan 232 kasus pada tahun 2015. Sedangkan terdapat pula provinsi dengan jumlah kasus kronis filariasis meningkat, yaitu Jawa Barat dan Jawa Tengah sebesar 904 dan 504 kasus pada tahun 2015 menjadi 955 dan 505 kasus pada tahun 2016. Pemberantasan filariasis diwujudkan dengan melaksanakan program eliminasi filariasis agar filariasis tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia pada tahun 2020. Tujuan khusus program eliminasi adalah menurunkan angka mikrofilaria menjadi kurang dari 1 di setiap kabupatenkota dan mencegah serta membatasi kecacatan karena filariasis. Sampai dengan tahun 2016, terdapat 22 kabupatenkota yang melaksanakan eliminasi filariasis. Sebanyak 46 kabupatenkota berhasil menurunkan angka mikrofilaria menjadi kurang dari 1. Jumlah kabupatenkota tersebut mencapai target Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2016 sebanyak 45 kabupatenkota. Indonesia memberantas filariasis sebagai bagian dari eliminas filariasis global melalui dua pilar kegiatan yaitu: 1. memutuskan mata rantai penularan filariasis dengan Pemberian Obat Pencegahan Massal POPM filariasis di daerah endemis sekali setahun selama lima tahun berturut-turut obat yang dipakai adalah DEC Diethylcarbamazine Citrate 6 mgkg BB dikombinasikan dengan Albendazole 400 mg; 2. mencegah dan membatasi kecacatan dengan penatalaksanaan kasus filariasis mandiri. Pada tahun 2016, berdasarkan hasil pemetaan daerah endemis di Indonesia diperoleh sebanyak 236 kabupatenkota merupakan daerah endemis filariasis sedangkan daerah non endemis sebanyak 278 kabupatenkota dari total 514 kabupatenkota se- Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk Indonesia yang berisiko tertular filariasis tinggal di daerah endemis sehingga. Sebanyak 181 kabupatenkota atau sebesar 76,7 dari kabupatenkota endemis melaksanakan POPM filariasis. Dengan demikian jumlah kabupatenkota yang melaksanakan POPM filariasis mencapai target program POPM filariasis tahun 2016 sebesar 170 kabupatenkota. Cakupan POPM filariasis selama tujuh tahun terakhir cenderung meningkat, dari 39,4 pada tahun 2010 menjadi 75,1 pada tahun 2016 seperti terlihat pada Gambar 6.35 berikut ini. 186 PROFIL KESEHATAN INDONESIA Tahun 2016 GAMBAR 6.35 CAKUPAN POPM FILARIASIS TAHUN 2010 – 2016 Sumber: Ditjen P2P, Kemenkes RI, 2017

4. Malaria

Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia, ditularkan oleh nyamuk malaria Anopheles betina, dapat menyerang semua orang baik laki-laki ataupun perempuan pada semua golongan umur dari bayi, anak-anak dan orang dewasa. Gambar 6.36 menunjukkan bahwa menurut tingkat endemisitas malaria tahun 2016, sebanyak 48,1 kabupatenkota sudah tersertifikasi bebas malaria, 32,2 kabupatenkota memiliki status endemis rendah API1, 11,7 kabupatenkota memiliki status endemis sedang API 1-5, dan 8,0 kabupatenkota memiliki status endemis tinggi API5. GAMBAR 6.36 PROPORSI KABUPATENKOTA MENURUT TINGKAT ENDEMISITAS MALARIA TAHUN 2016 Sumber: Ditjen P2P, Kemenkes RI, 2017 39,4 37,7 56,5 66,9 73,9 69,5 76,7 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 POPM Fi lar iasi s Tahun Eliminasi; 48,1 Endemis Rendah; 32,3 Endemis Sedang; 11,7 Endemis Tinggi; 8,0