Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil

109 Bab V KESEHATAN KELUARGA GAMBAR 5.5 CAKUPAN IMUNISASI TT2+ PADA IBU HAMIL DI INDONESIA TAHUN 2016 Sumber: Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes RI, 2016 Pada gambar di atas dapat diketahui bahwa Provinsi Jawa Barat, Jambi, dan Kepulauan Bangka Belitung memiliki capaian imunisasi TT2+ pada ibu hamil tertinggi di Indonesia masing-masing sebesar 102,14, 94,44, dan 91,03. Sedangkan provinsi dengan capaian terendah yaitu Sumatera Utara sebesar 13,43, Kalimantan Utara sebesar 15,03 dan Papua sebesar 19,55. Informasi lebih rinci mengenai imunisasi TT pada wanita usia subur dan ibu hamil dapat dilihat pada Lampiran 5.12 dan Lampiran 5.13.

3. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin

Upaya lain yang dilakukan untuk menurunkan kematian ibu dan kematian bayi yaitu dengan mendorong agar setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih yaitu 13,43 15,03 19,55 25,21 27,23 35,83 38,95 39,82 40,83 45,58 49,22 51,71 53,50 53,98 55,65 56,31 56,78 57,31 58,28 58,40 61,01 61,07 61,24 61,94 64,53 71,43 73,29 73,80 79,92 82,69 89,65 91,03 94,44 102,14 65,28 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 Sumatera Utara Kalimantan Utara Papua Kalimantan Timur Papua Barat Nusa Tenggara Timur Riau Kalimantan Tengah DKI Jakarta Kalimantan Selatan Bengkulu Aceh Sulawesi Tenggara Kalimantan Barat Sulawesi Barat Kepulauan Riau Bali Sumatera Barat Sulawesi Utara Lampung Sulawesi Tengah Maluku Maluku Utara Sulawesi Selatan Jawa Tengah Jawa Timur Nusa Tenggara Barat Gorontalo Banten DI Yogyakarta Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Jambi Jawa Barat Indonesia 110 PROFIL KESEHATAN INDONESIA Tahun 2016 110 PROFIL KESEHATAN INDONESIA Tahun 2016 dokter spesialis kebidanan dan kandungan SpOG, dokter umum, dan bidan, serta diupayakan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan. Pertolongan persalinan adalah proses pelayanan persalinan yang dimulai pada kala I sampai dengan kala IV persalinan. Keberhasilan program ini diukur melalui indikator persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan cakupan PF. Sejak tahun 2015, penekanan persalinan yang aman adalah persalinan ditolong tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019 menetapkan persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan sebagai salah satu indikator upaya kesehatan ibu, menggantikan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan. Berikut ini disajikan gambaran cakupan persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan di 34 provinsi di Indonesia tahun 2015. GAMBAR 5.6 CAKUPAN PERSALINAN DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2016 Sumber : Ditjen Kesehatan Masyarakat, Kemenkes RI, 2016 17,79 25,71 39,18 42,08 47,64 47,74 59,30 59,87 60,15 60,24 63,03 64,88 64,93 71,35 71,78 73,22 75,58 75,73 76,70 78,48 78,53 79,64 79,64 81,06 81,19 86,32 86,48 88,71 92,69 94,18 95,06 96,04 97,29 100,02 80,61 20 40 60 80 100 Maluku Utara Maluku Papua Kalimantan Tengah Sulawesi Tenggara Papua Barat Kalimantan Selatan Riau Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Jambi Sulawesi Barat Sulawesi Tengah Bengkulu Sulawesi Selatan Banten DI Yogyakarta Sumatera Utara Kalimantan Utara Sulawesi Utara Aceh Gorontalo Sumatera Barat Sumatera Selatan Kalimantan Timur Kep. Bangka Belitung Lampung Jawa Barat Bali Jawa Timur Jawa Tengah Kepulauan Riau DKI Jakarta Nusa Tenggara Barat Indonesia Target Renstra 216 : 77 111 Bab V KESEHATAN KELUARGA Gambar di atas menunjukkan bahwa terdapat 80,61 ibu hamil yang menjalani persalinan dengan ditolong oleh tenaga kesehatan dan dilakukan difasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia. Secara nasional, indikator tersebut telah memenuhi target Renstra sebesar 77. Namun demikian masih terdapat 19 provinsi 55,9 yang belum memenuhi target tersebut. Provinsi NTB memiliki capaian tertinggi sebesar 100,02, diikuti oleh DKI Jakarta sebesar 97,29, dan Kepulauan Riau sebesar 96,04. Sedangkan Provinsi Maluku Utara memiliki capaian terendah sebesar 17,79, diikuti oleh Maluku sebesar 25,71, dan Papua sebesar 39,18. Informasi lebih rinci mengenai persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan dapat dilihat pada Lampiran 5.1. Analisis kematian ibu yang dilakukan Direktorat Bina Kesehatan Ibu pada tahun 2010 membuktikan bahwa kematian ibu terkait erat dengan penolong persalinan dan tempat fasilitas persalinan. Persalinan yang ditolong tenaga kesehatan terbukti berkontribusi terhadap turunnya risiko kematian ibu. Demikian pula dengan tempatfasilitas, jika persalinan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan, juga akan semakin menekan risiko kematian ibu. Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan tetap konsisten dalam menerapkan kebijakan bahwa seluruh persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan dan didorong untuk dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan. Kebijakan Dana Alokasi Khusus DAK Bidang Kesehatan menggariskan bahwa pembangunan puskesmas harus satu paket dengan rumah dinas tenaga kesehatan. Demikian pula dengan pembangunan poskesdes yang harus bisa sekaligus menjadi rumah tinggal bagi bidan di desa. Dengan disediakan rumah tinggal, tenaga kesehatan termasuk bidan akan siaga di tempat tugasnya dan dapat memberikan pertolongan persalinan setiap saat. Untuk daerah dengan akses sulit, kebijakan Kementerian Kesehatan yaitu mengembangkan program Kemitraan Bidan dan Dukun serta Rumah Tunggu Kelahiran. Para dukun diupayakan bermitra dengan bidan dengan hak dan kewajiban yang jelas. Pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan tidak lagi dikerjakan oleh dukun, namun dirujuk ke bidan. Bagi ibu hamil yang di daerah tempat tinggalnya tidak ada bidan atau jauh dari fasilitas pelayanan kesehatan, maka menjelang hari taksiran persalinan diupayakan sudah berada di dekat fasilitas pelayanan kesehatan, yaitu di Rumah Tunggu Kelahiran. Rumah Tunggu Kelahiran tersebut dapat berupa rumah tunggu khusus yang dikembangkan melalui pemberdayaan masyarakat maupun di rumah sanak saudara yang letak rumahnya berdekatan dengan fasilitas pelayanan kesehatan. 112 PROFIL KESEHATAN INDONESIA Tahun 2016 112 PROFIL KESEHATAN INDONESIA Tahun 2016

4. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas

Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan pada ibu nifas sesuai standar, yang dilakukan sekurang-kurangnya tiga kali sesuai jadwal yang dianjurkan, yaitu pada enam jam sampai dengan tiga hari pasca persalinan, pada hari ke empat sampai dengan hari ke-28 pasca persalinan, dan pada hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 pasca persalinan. Masa nifas dimulai dari enam jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan. Jenis pelayanan kesehatan ibu nifas yang diberikan terdiri dari : a pemeriksaan tanda vital tekanan darah, nadi, nafas, dan suhu; b pemeriksaan tinggi puncak rahim fundus uteri; c pemeriksaan lokhia dan cairan per vaginam lain; d pemeriksaan payudara dan pemberian anjuran ASI eksklusif; e pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi KIE kesehatan ibu nifas dan bayi baru lahir, termasuk keluarga berencana; f pelayanan keluarga berencana pasca persalinan. Gambar berikut menyajikan cakupan kunjungan nifas di Indonesia sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2015. GAMBAR 5.7 CAKUPAN KUNJUNGAN NIFAS KF3 DI INDONESIA TAHUN 2008 – 2016 Sumber: Ditjen Kesehatan Masyarakat, Kemenkes RI, 2016 17,90 55,58 73,61 76,96 85,16 86,64 86,41 87,06 84,41 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00 100,00 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 113 Bab V KESEHATAN KELUARGA Cakupan kunjungan nifas KF3 di Indonesia menunjukkan kecenderungan peningkatan dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2016. Namun demikian nampak adanya penurunan cakupan KF3 pada tahun 2016, yaitu lebih rendah dibandingkan tahun 2015. Penurunan tersebut disebabkan karena banyaknya faktor, yaitu penetapan sasaran kabupatenkota terlalu tinggi, kondisi geografi yang sulit di beberapa wilayah, belum optimalnya koordinasi dan pelaporan antar kabupatenkota dan provinsi, dan kurangnya kesadaran dan pengetahuan ibu dan keluarga tentang pentingnya pemeriksaan kesehatan pada saat nifas. Capaian kunjungan nifas menurut provinsi di Indonesia terdapat pada gambar berikut ini. GAMBAR 5.8 CAKUPAN KUNJUNGAN NIFAS KF3 DI INDONESIA MENURUT PROVINSI TAHUN 2016 Sumber: Ditjen Kesehatan Masyarakat, Kemenkes RI, 2016 30,46 48,11 59,20 60,41 70,34 71,67 72,10 72,27 72,63 74,63 75,90 75,96 78,33 78,48 78,63 78,86 79,19 80,20 80,58 82,28 83,21 84,32 86,46 88,47 89,42 90,67 91,57 93,30 93,76 94,02 94,30 94,38 94,65 84,41 20 40 60 80 100 Papua Papua Barat Nusa Tenggara Timur Maluku Aceh Sulawesi Tengah DI Yogyakarta Sulawesi Tenggara Gorontalo Riau Sulawesi Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Sumatera Barat Sumatera Utara Kalimantan Barat Kalimantan Timur Sulawesi Selatan Kalimantan Utara Sulawesi Utara Bengkulu Bali Banten Lampung Kep. Bangka Belitung Jawa Barat Nusa Tenggara Barat Kepulauan Riau Jawa Timur Sumatera Selatan Jawa Tengah Jambi DKI Jakarta Indonesia