86
PROFIL KESEHATAN INDONESIA Tahun 2016
C. JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
Untuk mewujudkan komitmen global sebagaimana amanat resolusi WHA ke-58 tahun 2005 di Jenewa yang menginginkan setiap negara mengembangkan Universal Health
Coverage UHC bagi seluruh penduduk, pemerintah bertanggung jawab atas pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat melalui program Jaminan Kesehatan Nasional JKN.
Usaha ke arah itu sesungguhnya telah dirintis pemerintah dengan menyelenggarakan beberapa bentuk jaminan sosial di bidang kesehatan, di antaranya adalah melalui PT Askes
Persero dan PT Jamsostek Persero yang melayani antara lain pegawai negeri sipil, penerima pensiun, veteran, dan pegawai swasta. Untuk masyarakat miskin dan tidak
mampu, pemerintah pusat memberikan jaminan melalui skema Jaminan Kesehatan Masyarakat Jamkesmas dan pemerintah daerah dengan Jaminan Kesehatan Daerah
Jamkesda. Namun demikian, skema-skema tersebut masih terfragmentasi atau terbagi- bagi, sehingga biaya kesehatan dan mutu pelayanan menjadi sulit terkendali.
Untuk mengatasi hal tersebut, pada tahun 2004 dikeluarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional SJSN. Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2004 ini mengamanatkan bahwa program jaminan sosial wajib bagi seluruh penduduk termasuk program Jaminan Kesehatan melalui suatu badan penyelenggara jaminan sosial.
Badan penyelenggara jaminan sosial telah diatur dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS yang terdiri dari BPJS Kesehatan
dan BPJS Ketenagakerjaan. Untuk program Jaminan Kesehatan yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan, implementasinya telah dimulai sejak 1 Januari 2014. Program tersebut
selanjutnya disebut sebagai program JKN. JKN diselenggarakan untuk memberikan perlindungan kesehatan dalam bentuk
manfaat pemeliharaan kesehatan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh
pemerintah. Manfaat JKN terdiri atas dua jenis, yaitu manfaat medis dan manfaat non- medis. Manfaat medis berupa pelayanan kesehatan yang komprehensif promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif sesuai dengan indikasi medis yang tidak terikat dengan besaran iuran yang dibayarkan. Manfaat non-medis meliputi akomodasi dan ambulans. Manfaat
akomodasi untuk layanan rawat inap sesuai hak kelas perawatan peserta. Manfaat ambulans hanya diberikan untuk pasien rujukan antar fasilitas kesehatan dengan kondisi tertentu yang
ditetapkan oleh BPJS Kesehatan. Manfaat JKN mencakup pelayanan pencegahan dan pengobatan termasuk pelayanan
obat dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis. Untuk pelayanan pencegahan promotif dan preventif, peserta JKN akan mendapatkan pelayanan penyuluhan
kesehatan perorangan yang meliputi paling sedikit penyuluhan mengenai pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilaku hidup bersih dan sehat; imunisasi dasar yang meliputi Baccile
Calmett Guerin BCG, Difteri Pertusis Tetanus dan Hepatitis B DPT-HB, Polio dan Campak; keluarga berencana yang meliputi konseling, kontrasepsi dasar, vasektomi dan tubektomi;
skrining kesehatan diberikan secara selektif yang ditujukan untuk mendeteksi risiko penyakit
87
Bab IV PEMBIAYAAN KESEHATAN
dan mencegah dampak lanjutan dari risiko penyakit tertentu, jenis penyakit kanker, bedah jantung, hingga dialisis gagal ginjal.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 tentang Pedoman Pelaksanaan Program JKN, peserta dalam program JKN meliputi setiap orang, termasuk orang asing yang
bekerja paling singkat enam bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran atau yang iurannya dibayar pemerintah. Peserta program Jaminan Kesehatan Nasional JKN terdiri atas
dua kelompok yaitu Peserta Penerima Bantuan Iuran PBI jaminan kesehatan dan peserta bukan PBI jaminan kesehatan. Peserta PBI jaminan kesehatan adalah fakir miskin dan orang
tidak mampu. Peserta bukan PBI jaminan kesehatan adalah pekerja penerima upah dan anggota keluarganya, pekerja bukan penerima upah dan anggota keluarganya, serta bukan
pekerja dan anggota keluarganya. Kepersertaan program JKN yang dimulai pada 1 Januari 2014 terdiri dari peserta PBI
JKN pengalihan dari program Jamkesmas, anggota TNI dan PNS di lingkungan Kementerian Pertahanan dan anggota keluarganya, anggota POLRI dan PNS di lingkungan POLRI dan
anggota keluarganya, peserta asuransi kesehatan sosial dari PT. Askes Persero beserta anggota keluarganya, peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan JPK dari PT. Persero
Jamsostek dan anggota keluarganya, peserta Jaminan Kesehatan Daerah Jamkesda yang telah berintegrasi, dan peserta mandiri pekerja bukan penerima upah dan pekerja penerima
upah. Sampai dengan Desember 2016, cakupan kepesertaan program JKN berjumlah
171.939.254 peserta. Bila dibandingkan dengan tahun 2014, jumlah peserta BPJS Kesehatan meningkat sebesar 22,40 yaitu dari 133.423.653 jiwa pada tahun 2014 menjadi
171.939.254 jiwa pada tahun 2016.
GAMBAR 4.5 PERKEMBANGAN JUMLAH PESERTA BPJS KESEHATAN
TAHUN 2014 -2016
Sumber : BPJS Kesehatan, 2017 133.423.653
156.790.287 171.939.254
40.000.000 80.000.000
120.000.000 160.000.000
200.000.000
Tahun 2014 Tahun 2015
Tahun 2016 Jumlah Peserta Jiwa
88
PROFIL KESEHATAN INDONESIA Tahun 2016
Peserta BPJS Kesehatan pada tahun 2016 terdiri dari peserta PBI yang berjumlah 106.514.567 jiwa dan peserta non PBI yang berjumlah 65.424.687 jiwa. Peserta PBI terdiri
dari peserta dengan iuran bersumber dari APBN sebanyak 91.099.279 peserta dan yang bersumber dari APBD berjumlah 15.415.288 peserta. Sedangkan peserta non PBI terdiri atas
pekerja penerima upah yang berjumlah 41.027.229 peserta, pekerja bukan penerima upah yang berjumlah 19.336.531 peserta, dan bukan pekerja yang berjumlah 5.060.927 peserta.
Menurut proporsinya, jumlah peserta BPJS Kesehatan tertinggi pada tahun 2016 yaitu segmen peserta PBI APBN sebesar 52,98, disusul kemudian oleh segmen peserta Pekerja
Penerima Upah PPU sebesar 23,86, dan segmen peserta Pekerja Bukan Penerima Upah PBPU sebesar 11,25. Proporsi jumlah peserta BPJS Kesehatan terendah yaitu dari segmen
peserta Bukan Pekerja BP sebesar 2.94. Proporsi jumlah peserta BPJS Kesehatan per 31 Desember 2016 menurut segmen peserta dapat dilihat pada gambar berikut.
GAMBAR 4.6 PROPORSI JUMLAH PESERTA BPJS KESEHATAN
PER 31 DESEMBER 2016
Sumber : BPJS Kesehatan, 2017
Namun jika dilihat dari persentase penambahan dari tahun sebelumnya, jumlah peserta BPJS Kesehatan yang persentase penambahannya terbesar yaitu pada segmen PBI
APBD sebesar 38,00 dan kemudian segmen peserta Pekerja Bukan Penerima Upah PBPU sebesar 29,24. Jumlah peserta BPJS Kesehatan dan persentase penambahannya tahun
2015 - 2016 menurut segmen peserta dapat dilihat pada Gambar 4.7.
PBI APBN 52,98
PBI APBD 8,97
Pekerja Penerima
Upah 23,86
Pekerja Bukan Penerima
Upah 11,25
Bukan Pekerja 2,94